Part 1 - Pak Batara Jonas

41.6K 2.3K 343
                                    

Hai, hai semua. Aku balik lagi dengan cerita baru.

Yuk cek semangat dulu, say yeeeee 👉

Spam nama kamu 👉

Jangan lupa doa dulu sebelum baca. Komen yang banyak di setiap paragraf 🤗🤗🤗

Happy reading ♥️

Siap, Pak!
________

"Halo, Sophia?"

"Bukan! Ini bukan Sophia."

"Sophia Pamela."

Oke, dia memang Sophia.

"Ya saya, Pak?" Perempuan yang dipanggil Sophia itu akhirnya pasrah.

"Shopia, kamu di mana?"

Shopia menjauhkan ponsel dari telinganya. Teriakan si bos dari ujung sana membuat indra pendengaran Shopia berdengung, walau tidak benar-benar berdengung sebenarnya.

"Di mana-mana hati saya senang, Pak," canda Sophia.

"Mana rekap sales yang saya minta, Shopia?!"

Demi Tuhan, ini hari minggu. Apa tidak bisa Shopia tenang sedikit saja?

Bos Shopia ini tidak tahu aturan atau bagaimana?

Padahal dia sudah sengaja tidak membaca chat WA dari bosnya sejak tadi pagi agar terhindar dari suruhan. Tapi apa mau dikata. Cungpret kayak Sophia tidak bisa menolak perintah. Dia bisa kehilangan cuan jika terus membantah.

"Pak, ini hari minggu loh," ringis Sophia.

"Ya bagaimana lagi, saya butuh laporan itu sekarang."

Sophia langsung cemberut. Dengan sorot mata tak enak hati Sophia menatap pria yang sedang duduk di depannya. Hari ini Sophia sedang berkenalan dengan anak dari teman ibunya. Istilah klasiknya Sophia sedang dijodohkan.

"Saya lagi ada urusan, Pak."

"Kirim via email."

"Saya lagi nggak di rumah, Pak. Nggak bawa laptop."

"Ya dijemput dong Shopia laptopnya ke rumah. Jangan diambil pusing."

Bapak yang buat saya pusing, batin Shopia.

"Sekalian rekap sales tahun kemarin, ya."

Sophia ingin menangis saja. Bagaimana bisa dapat jodoh kalau begini terus setiap pendekatan selalu diganggu?

Tahun ini usia Shopia memasuki angka 25 tahun. Angka yang sudah sangat wajar untuk punya anak. Tapi sebelum punya anak dia harus cari pendamping hidup dulu.

"Sebelum jam 11 siang sudah dikirim."

"Besok ya, Pak."

"Kamu memerintah saya, Shopia?"

"Tapi saya lagi cari jodoh, Pak," Sophia setengah berbisik.

"Apa jodoh kamu lebih penting dari pada laporan belance sheet saya?"

"Umur saya udah dua lima loh, Pak." Suara Shopia terdengar seperti orang mengadu.

"Belum dua enam, kan?"

"Kan tahun depan dua enam." Shopia kesal.

"Baru tahun depan."

"Iya juga, sih." Sophia pasrah.

"Sebelum jam 11 rekapannya sudah ada."

"Agak sorean ya, Pak."

"Jam 11, Shopia."

Hey Stupid, I Love You!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang