Part 44 - Ego Setiap Orang

5.6K 775 2K
                                    

Aku balik lagi karena target di part sebelumnya udah tercapai, walau rada telat hehe

Ada yg kangen cerita ini?

Spam lalala yeyeye 👉

Spam nama Shopia 👉

Spam nama Jenny 👉

Kalian baca cerita ini jam berapa?

Udah makan?

Jomblo mana suaranya?

Happy reading ♥️

Jangan lupa spam komen disetiap paragraf

Bersamamu sakit,
Tidak bersamamu lebih sakit lagi.
_____

"Aku mau pernikahan kita ditunda."

Air mata Jenny jatuh mendengar ucapan Natha. Hal yang paling dia takutkan selama ini.

"Kenapa harus ditunda?" Jenny memberanikan diri untuk menoleh pada Natha yang duduk di sisi kirinya.

"Karena keadaannya gak memungkinkan," jawan Natha singkat.

"Kalian yang berbuat salah, kenapa harus aku yang menanggung akibatnya? Kenapa harus pernikahanku yang ditunda?" Napas Jenny memburu keras, terlihat jelas perempuan itu sedang menahan gejolak emosi dalam dirinya.

"Kamu berhak marah," sahut Natha.

"Iya! Aku memang harusnya marah!" pekik Jenny emosi.

"Maaf udah buat kamu sakit. Aku sudah berusaha agar kamu bahagia." Natha sungguh menyesal.

Jenny meluruskan pandangan pada Shopia yang terlelap di atas ranjang klinik. Shopia sudah boleh pulang jika terbangun nanti. Sejak kedatangan Natha perempuan itu tidak mengeluar sepatah kata pun, bahkan dia tidak memberikan pembelaan diri.

"Nath, kenapa kamu tega?" Air mata Jenny akhirnya jatuh, air mata yang ia tahan sejak tadi.

"Aku gak tahu, Jenny. Setiap ada Shopia aku seperti lupa segalanya. Dunia seolah hanya berputar di sekitar Shopia. Tapi, itu sebelum Shopia berniat membunuh anak yang ada dalam perutnya." Ini isi hati Natha.

Kedua tangan Jenny saling meremas sedih. Dia tidak mampu untuk menjabarkan betapa terluka ia.

"Nath, apa kamu akan bertanggung jawab atas anak itu?" tanya Jenny dengan suara bergetar.

"Iya," jawab Natha singkat.

"Apa kamu juga akan bertanggung jawab atas rasa sakit hatiku, Nath?"

Natha terdiam. Tidak mengiyakan perkataan Jenny, tidak juga membantah.

"Natha, Shopia gak mau anak itu." Jenny membersihkan sisa air matanya.

"Iya, aku tahu," ujar Natha dengan rasa kecewa yang besar. Dia mendengar semua percakapan antara Jenny dan Shopia beberapa waktu lalu.

Yang paling membekas dalam ingatan Natha adalah pengakuan Shopia yang ingin mengugurkan nyawa dalam perutnya.

"Aku--" Jenny ragu untuk melanjutkan kalimat.

Angin malam berhembus cukup kencang. Membawa hawa dingin yang menusuk kulit. Natha menantikan kalimat Jenny selanjutnya diantara hati yang membeku.

"Aku mau jadi ibu dari anak itu," lirih Jenny teramat sangat pelan.

Hey Stupid, I Love You!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang