Part 10 - Tawaran Natha

11.6K 1.6K 566
                                    

Hai semuaaa, aku balik lagi. Double up krn part disebelumnya udah 500 komen, yeeeey!

Tes semangat dulu, spam lalala yeyeye 👉

Spam nama kamu 👉

Spam judul 👉

Spam nama Shopia 👉

Spam nama Jenny 👉

Tandai kalau ada typo ya 💫

Happy reading ❤

Saya akan mengajarkan kamu bagaimana rasanya patah hati karena ditolak.
__________

"Heru minta rumah ini dikosongkan akhir bulan ini juga. Dia dan keluarganya ingin tinggal di sini."

Shopia yang duduk di depan TV memasang telinga mendengar percakapan antara kedua orangtuanya. Selama ini keluarga Shopia tinggal di rumah warisan. Sejak kakek dan nenek Shopia tiada, rumah warisan ini dibeli oleh adik Ayah Shopia. Kemudian uang hasil jual rumah dibagi sesuai dengan ketentuan pada semua saudara Ayah Shopia.

Adik dari Ayah Shopia yang berada di kampung halaman memberi izin pada keluarga Shopia untuk tinggal di rumah warisan. Namun sejak beberapa bulan yang lalu Om Heru mewanti-wanti bahwa mereka sekeluarga akan pindah, dan inilah puncaknya.

"Shopia kamu punya tabungan berapa?" tanya Ratih, Ibu Shopia.

Sial, Shopia tidak punya uang banyak saat ini. Gajinya hampir habis untuk belanja memenuhi gaya hidup.

"Dari mimik wajah kamu Mama yakin kamu nggak punya duit. Kamu sih disuruh nikah nggak mau. Dijodohin malah jual mahal," cibir Ratih.

Shopia mendumel dalam hati. Cibiran Ibu Shopia persis seperti tante-tante KEPO.

"Lebih baik kita pulang ke kampung. Harga propeti di sana lebih murah," saran Herman pasrah. "Usaha rumah makan kita di sini juga sepi, untuk bayar listrik aja kita harus putar otak."

"Shopia nggak mau ikut," kata Shopia yakin. "Aku kos di sini aja."

"Nggak ngekos aja kamu masih ngos-ngosan masalah ekonomi. Apalagi ngekos. Bisa-bisa makan mie instant kamu setiap hari." Ibu Shopia ini tipe orang yang sangat julid. Tapi yang dikatakan ibunya memang benar.

"Anaknya mau maju didukung dong, Ma."

"Maju tak gentar membela yang benar," dendang Ratih.

Ibunya memang tidak bisa diajak kompromi.

"Jadi setuju kita bakalan pindah?" tanya Herman.

"Kita? Ayah dan Mama aja kali, gue mah enggak," kata Shopia songong.

"Awas aja nanti ya kalau kamu kehabisan uang akhir bulan. Janggan anggap saya ini Mama kamu."

"Mama ku sayang," rajuk Shopia. Jangan sampai ibunya kesal padanya, bisa dicoret Shopia dari Kartu Keluarga nanti.

Shopia lahir di keluarga yang tidak kaya-kaya banget, tetapi tidak miskin juga. Kedua orangtua Shopia menyewa lapak untuk buka warung makan, usaha mereka sedang sepi-sepinya beberapa waktu terakhir sejak aplikasi beli makanan secara online menjamur.

Hey Stupid, I Love You!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang