Part 33 - Rumah Untuk Pulang

11.3K 1.1K 1K
                                    

Hai, aku balik lagi. Semoga harimu senin terus ❤️

Spam lalala yeyeye 👉

Masih ingat cerita ini? Buat yg udah lupa coba baca beberapa part sebelumnya 🤗

Udah makan?

Spam nama Shopia 👉

Spam nama Jenny 👉

❌️ Awas ada typo ❌️

Happy reading 💕

Sejauh apapun aku pergi,
Kamu adalah tempatku kembali pulang.
_____

Shopia mengaduk kopi dengan asal-asalan. Saat ini dia berada di pantry kantor. Secangkir kopi adalah pelarian yang pas dari rasa kantuk diantara pekerjaan yang menumpuk.

"Shopia," panggil Natha.

"Pak Natha?" Shopia kaget sembari membalas senyuman Natha dengan sungkan.

Kaki Natha melangkah semakin dekat. Ia tatap wajah Shopia yang senduh.

"Saya mau minta maaf atas insiden di rumah sakit," ungkap Natha dengan formal.

Shopia menarik satu ujung bibir, menciptakan senyuman sinis yang ia harapkan dapat menyelamatkan harga dirinya.

"Saya sudah biasa diperlakukan seperti itu. Jadi bukan masalah." Shopia menatap dalam kopi miliknya yang masih panas. Mendadak dia hilang selera.

"Orangtua Jenny menuntut agar saya segera menikah dengan Jenny. Gosip ini menyebar dengan cepat tanpa bisa saya cegah. Menurut kamu saya harus bagaimana, Shopia?" Suara Natha sarat akan keputusasaan.

Harus apa? Kenapa tanya Shopia? Shopia juga tidak tahu jawabannya. Haruskah Shopia katakan tinggalkan Jenny?

Tenyata menjadi jahat tidak semudah yang Shopia bayangkan. Obsesinya pada Natha bukan hilang, tapi saat berdiri di hadapan laki-laki ini perasaan Shopia berubah lembut seperti malaikat.

"Ikuti kata hati, Pak Natha." Hanya jawaban klasik yang bisa Shopia berikan.

"Hati saya tidak tahu harus melangkah kemana," kata Natha jujur. Dia tatap Shopia dengan lamat-lamat, membuat Shopia hanyut dalam tegala bening Natha yang menyesatkan.

"Yang pasti bukan melangkah ke arah saya, Pak." Shopia bercanda dengan hati yang terluka.

"Menurut kamu, apa belum terlambat untuk mengakhiri semua dengan Jenny?"

Kenapa pertanyaan Natha penuh tipu-tipu? Menempatkan Shopia pada posisi sulit.

"Saya ini teman Jenny, jadi tidak mungkin saya memberi saran yang dapat menyakiti Jenny." Shopia pantas disebut sebagai manusia munafik. Hati dan bibirnya tidak sejalan.

"Tapi saya juga teman kamu, Shopia. Bahkan kita saling mengenal satu sama lain jauh sebelum kamu kenal Jenny. Harusnya kamu jangan menyakiti hati saya juga," bisik Natha penuh maksud.

Telapak tangan Shopia terasa basah. Matanya bergerak tak tenang. Shopia gugup dengan perasaan terombang-ambing. Akal sehatnya coba ia pertahankan. Semua kata-kata Natha mengundang Shopia untuk bertindak jahat, bertindak jahat dengan merebut Natha dari Jenny tanpa perasaan.

Hey Stupid, I Love You!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang