Part 45 - Natha dan Amarahnya

5.7K 728 2K
                                    

Aku balik lagi karena target di part sebelumnya udah tercapai, walau rada telat hehe

Ada yg kangen cerita ini?

Spam lalala yeyeye 👉

Spam nama Shopia 👉

Spam nama Jenny 👉

Kalian baca cerita ini jam berapa?

Udah makan?

Jomblo mana suaranya?

Happy reading ♥️

Jangan lupa spam komen disetiap paragraf

Aku tidak berani untuk menyalahkan takdir.
_____

"Nath," panggil Shopia. Saat ini mereka berada di kos miliknya. Dia akan tinggal di rumah milik Natha selama hamil demi keamanan bersama.

"Tolong jangan beritahu siapa pun tentang keadaanku. Gak ada yang tahu soal ini, orangtauku bahkan gak tau apa yang terjadi sekarang," minta Shopia.

Natha balas menatap dengan datar. "Kenapa?"

"Aku mau menjaga harga diri kamu," jawab Shopia.

"Pikirkan dirimu sendiri," debat Natha. Dia beranjak keluar dari kamar kos Shopia.

Shopia mengusap wajahnya dengan kasar. Sikap Natha sejak kemarin sangat menyinggung perasaan. Dia tarik koper berisi baju miliknya. Jika ini dulu, mungkin Natha akan dengan senang hati membawa koper milik Shopia. Natha itu sangat perhatian terhadap hal-hal kecil. Tapi, saat ini situasi mereka berbeda.

Sepanjang perjalanan hanya mereka habiskan dalam hening. Shopia tidak menyangka akan kembali lagi ke rumah milik Natha untuk kesekian kalinya.

"Aduh," ringis Shopia tiba-tiba. Ia meremas bagian perut.

Natha yang sedang fokus pada jalanan menoleh sekilas pada Shopia. Awalnya dia tidak ingin ambil pusing, tapi melihat wajah Shopia yang terus meringis membuat Natha harus menurunkan ego.

"Kenapa?" tanya Natha akhirnya.

"Aduuuh." Shopia menunjukkan ekspresi menahan sakit.

"Ada apa, Shopia?!" Rahang Natha mengeras, ia panik. "Bilang kamu sakit apa?"

"Pe-perut aku, Nath," kata Shopia terbata.

"Perut kamu kenapa? Ada apa dengan bayinya?" Natha mulai tidak konsen menyetir.

"Sepertinya perut aku perlu diisi, Nath. Lapar," cicit Shopia.

Natha refleks menginjak rem. Mobil berhenti tepat di tengah jalan, beruntung saat ini suasana jalan raya sedang sepi.

"Perut kamu perlu isi?" ulang Natha. Ia ingin memastikan.

Shopia menyandarkan kepala pada sandaran. Ia merapatkan matanya. Bersikap seolah Shopia adalah orang yang paling lelah.

"Bayinya lapar," ungkap Shopia.

Natha mendengkus keras. Ia kembali melajukan mobil. Natha sedang tidak berniat menanggapi keluhan Shopia. Rasa paniknya terlalu sia-sia untuk masalah lapar Shopia yang sepele.

Dan Shopia memilih untuk bungkam. Menahan rasa lapar sedikit lagi sepertinya bukan masalah.

Sesampainya di rumah Natha mereka disambut oleh pak Batara. Beliau sudah menunggu sejak tadi.

Hey Stupid, I Love You!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang