5

894 103 195
                                    

Fahri kembali ke kelas untuk mengambil tasnya, tapi tindakan Fahri dihentikan oleh Putra. Putra menatap Fahri meminta penjelasan, tapi Fahri diam saja.

"Lu kenapa?" tanya Putra.

"Tar gua kasih tahu," Fahri menggendong tas miliknya. "Ayo ke atap saja," ucap Fahri.

"Baiklah," ucap Putra.

Fahri berjalan duluan diikuti Putra di belakang. Diatap Fahri mengeluarkan semua isi tasnya begitu saja, dan sobekan buku gambar bertebaran begitu saja.

"Buku gambar gua disobek," Fahri menatap semua temannya dengan tatapan sedih. "Maaf nel gua ceroboh," lirih Fahri.

Fahri langsung memeluk lutut dia dan semua sahabatnya terdiam akan hal itu. Putra dan Ridho mengambil satu-persatu sobekan kertas tersebut, sementara yang lain mulai menyusunnya kembali seperti sebuah gambar.

"Santo beli lem sana, di luar sekolah ada deh," ucap Danel.

"Ali ke kantin ya, biasa kesukaan, Fahri," ucap Danel.

"Siap bosku!" pekik Santo.

"Ok Danel," ucap Ali.

"Gua bakalan nyusun gambar ini," ucap Danel.

"Ya udah diam saja," ucap Wiwit.

"Enak aja bantuin!" protes Danel.

"Menyebalkan banget," keluh Wiwit.

Santo dan Ali berlari pergi dari atap sekolah untuk membeli yang dibutuhkan. Fahri hanya diam saja tanpa mengucapkan satu katapun, namun bahu Fahri bergetar tanda menangis dalam diam.

Danel dengan cepat berusaha menyusun kembali sobekan kertas bersama Wiwit. Wiwit mendengar tangisan dari Fahri bahkan bergumam banyak hal.

"Nel," bisik Wiwit.

"Biarin Fahri meluapkan segala keluh kesahnya," ucap Danel.

Sahabat Fahri melakukan segala perintah yang diberikan Danel, tak lama akhirnya semua beres.

"Fahri gambarnya sudah bagus lagi," ucap Ali mengguncangkan tubuh Fahri.

Fahri mendongakkan kepala melihat kearah Ali dan berganti kearah semua sahabat dia. Hanya ada senyuman bahagia dari mereka semua

"Tuh udah bagus lagi," ucap Danel menunjukkan buku gambar Fahri kembali utuh lagi.

Fahri tersenyum akan hal itu, dan Putra melemparkan sebungkus tisu ke wajah Fahri begitu saja.

"Yang lembut dikit napa!" kesal Fahri.

"Gak cocok lu nangis," ucap Putra.

"Ingus lu," ucap Ridho.

"Jijik sumpah," ucap Wiwit.

Fahri meraba hidungnya, namun tidak ada ingus sama sekali, lalu langsung melemparkan sebelah sepatu dia ke wajah Ridho.

"Sensi bener," ucap Ridho mengelus keningnya bekas lemparan sepatu fahri.

"Diam lu!" kesal Fahri.

"Udahlah daripada nangis mending makan aja," ucap Santo.

Fahri mengambil makanan yang berada dalam tangan Santo, dan makan dengan tenang.

"Ini buatan lu?" tanya Putra.

"Tentu dong," ucap Fahri.

"Om aku seorang pelukis, pasti dia mau menampung hasil karyamu," ucap Ali.

"Aku pinjam gambarmu boleh tidak, Fahri?" tanya Ali.

Fahri (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang