Bab 10

2.3K 128 1
                                    

Lisa berjalan kearah pintu besar sebuah mansion dengan cepat bersama Ten dan beberapa anak buahnya dibelakang sana.

Lisa langsung masuk tanpa mengindahkan ucapan beberapa penjaga yang berjaga didepan pintu.

Biarkan anak buahnya yang membereskan itu.

Saat membuka pintu besar itu, terdapat lorong untuk pergi ke ruang utama mansion.

Dengan wajah datar dia berjalan dan mencari ayahnya itu disana.

Dan ayahnya sedang duduk di sofa besar sembari membaca koran dan meminum kopi disana.

"Tumben kau pulang kemari, kesabet setan apa?" Ucap Marco.

"Kenapa kau melakukan itu?" Ucap Lisa tanpa basa-basi.

"Melakukan apa?" Ucap Marco tanpa mengalihkan pandangannya dari koran yang sedang dibacanya itu.

Lisa menghela nafasnya kasar karena itu, dia sedang marah dan tidak ingin lepas kendali sekarang.

"Jangan menyentuhnya. Aku peringatkan ini padamu, jangan menyentuh milikku" ucap Lisa serius.

Marco terkekeh lalu menaruh koran itu diatas meja dan menatap Lisa yang sedang menatapnya dengan serius itu.

"Ketika aku membunuh jalang-jalang mu kau biasa saja, tapi kenapa jika tentang dia berbeda?" Ucap Marco.

"Kau tidak perlu tahu alasannya, yang terpenting jangan menyakitinya" ucap Lisa.

"Kau tertarik pada wanita Korea itu?" Ucap Marco.

Pria ini mulai lagi.

"Kau tidak perlu tahu" ucap Lisa.

"Why?" Ucap Marco.

Lisa hanya diam mendengar itu.

"Kau tahu jika aku sudah mengenalkanmu dengan anak dari rekan Bisnisku bukan? Aku ingin kau berhubungan dengan pria, bukan wanita" ucap Marco.

"Kenapa kau selalu ikut campur dalam hal itu? Ini adalah hidupku! Aku yang akan mengatur semuanya yang ada didalam hidupku. Kau tidak perlu repot-repot untuk ikut campur dalam hal ini" ucap Lisa.

Marco tertawa mendengar itu.
"Aku hanya ingin yang terbaik untukmu. Dan kau harus memiliki keturunan untuk melanjutkan organisasi kita" ucap Marco.

"Organisasi kita? Bicara apa kau? Aku dan kau memiliki organisasi yang berbeda!" Teriak Lisa.

"Tidak, kau dan aku berada didalam organisasi yang sama. Kau hanya mengubah nama organisasi, itu saja" ucap Marco.

"Itu berbeda! Aku berbeda darimu! Ketika kau memakai sistem kepemimpinan serakah dan bajingan aku memilih sistem kepemimpinan adil dan memiliki norma! Kita berbeda!" Ucap Lisa.

"Norma? Kau pikir di dunia seperti ini norma itu ada?" Ucap Marco.

"Hentikan ini. Jadi ingat, jangan menyentuh dia apalagi mengirim seseorang untuk mencelakainya. Jika dia terluka sedikitpun, kau tahu apa yang akan aku lakukan selanjutnya" ucap Lisa lalu berbalik dan berjalan pergi dari sana.

Saat sedang berjalan, Lisa mendengar jika ayahnya itu sedang tertawa dibelakang sana.

"Ya, cobalah untuk melindunginya. Jika kau bisa" ucap Marco.

Fuck.

Sialan.

Bajingan.

Brengsek.

Ten langsung ikut dibelakang setelah Lisa selesai berbicara dengan Marco disana.

Jujur saja, dia takut pada Marco.

Kenapa? Itu karena Marco adalah salah satu senior dan bisa dibilang asal muasal organisasi kriminal pertama di Thailand.

Jika Lisa adalah yang terbaik maka ayahnya adalah yang lebih baik.

Dan terus seperti itu.

Seberapapun besarnya kekuasaan, wilayah, harta dan anak buah Lisa, itu tidak sebanding dengan apa yang dimiliki Marco disini.

Bisa dibilang jika Marco pertama dan Lisa kedua.

Mereka hanya memiliki perbedaan dalam memimpin organisasi, jika Marco memilih kepemimpinan tidak sehat dan Lisa memilih kepemimpinan sehat.

"Pria itu membuat darahku naik, sialan" ucap Lisa sembari memegang lehernya disana.

"Kenapa kau tidak berdamai saja dengannya, sudah cukup kau bermusuhan dengan ayahmu dalam waktu yang lumayan lama" ucap Ten.

"Aku sudah berusaha berdamai tapi pria itu saja yang tidak mau berdamai denganku" ucap Lisa.

"Kapan kau berusaha?" Ucap Ten.

"Aku selalu datang ke mansion. Bukankah itu usaha untuk berdamai?" Ucap Lisa.

Ten menatap Lisa dengan wajah bingung plus kocak disana.

"Kau sebut itu usaha? Astaga, Lalisa Pranpriya Manoban! Kau kesana hanya untuk bertengkar dengan ayahmu! Kapan kau datang kesana dan mengobrol santai dengan ayahmu dalam satu meja yang sama? Setiap kali kalian bertemu pasti akan selalu terjadi perang dadakan!" Ucap Ten.

Lisa hanya menggidikkan bahunya tidak peduli disana, lagipula dia lebih suka hubungan seperti ini dengan Ayahnya daripada menjadi baik.

Dia berpikir itu sedikit berlebihan?

Ten menerima panggilan masuk disana.

"Baiklah, aku akan memberitahukan ini pada bos. Terus awasi area sekitar dan jangan ada seorangpun yang masuk sebelum kami datang kesana" ucap Ten.

"Ada apa" ucap Lisa.

"Jisoo sudah sadar" ucap Ten.

Lisa langsung menatap Ten disana.

"Hey, cepatlah membawa mobil sialan ini! Aku menggajimu untuk menyetir, bukan menjadi siput lambat seperti ini" ucap Lisa pada sopir disana.

Sopir itu langsung tancap gas setelah Lisa mengatakan itu. Bukannya dia lambat atau apa, dia hanya takut jika mobilnya hilang kendali dan terjadi kecelakaan? Atau Lisa kejedot nantinya.

Ujung-ujungnya dia yang akan mati jika itu terjadi.

Jadi dia hanya mengantisipasi saja.

Lisa sangat ingin kembali dengan cepat ke rumah sakit sekarang.

Dia ingin melihat wajah bayinya, Jisoo.

.

.

.

TBC

Boss Bitch BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang