Bab 23

1.2K 102 2
                                    

Nanggung, sebentar lagi selesai 😭 Btw, selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang melaksanakan ❤️

.

.

.

"apa maksud anda?" Ucap Jisoo tak suka disana.

Marco menatap Jisoo dengan tatapan serius dan dingin disana. Dan tatapan itu menusuk sampai ke tulangnya.

"Apakah ucapanku kurang jelas? Pergi dari sisi Lisa, jangan pernah mendekatinya lagi" ucap Marco.

Jisoo tertawa mendengar itu.

Mark dan anak buah Marco menatap Jisoo tak suka disana, bagaimana bisa dia tertawa begitu lepasnya didepan bos mereka!?

"Asal kau tahu saja tuan, putrimu yang mendekatiku dan Lisa tidak akan pernah meninggalkanku" ucap Jisoo dengan nada tak kalah dingin dengan Marco tadi.

Hening sejenak disana.

Beberapa saat kemudian, Marco tertawa dengan sangat keras mendengar ucapan Jisoo tadi.

Sedangkan Jisoo? Dia sudah memasang wajah yang sangat datar karena ini, dia tidak suka jika disuruh seseorang, apalagi seperti ini.

"Kau pintar sekali menjawab, bagus. Meskipun putriku yang mendekatimu, kau yang harus pergi darinya. Kau harus pergi" ucap Marco.

"Kenapa aku harus? Aku mencintai phi lisa dan aku yakin jika phi Lisa merasakan hal yang sama denganku" Ucap Jisoo.

"Kau yakin? Biar aku jelaskan agar kau paham, jika kau terus berada disisinya, Lisa akan terus dalam bahaya. Sama seperti beberapa minggu lalu, dia koma dan hampir mati karena mu" ucap Marco.

Jisoo diam mendengar itu.

"Kenapa kau diam? Berarti kau sadar akan itu. Dengar ini, nona. Lisa adalah mafia, pasti dia memiliki banyak musuh yang menginginkan nyawanya setiap saat. Jika Lisa memiliki seseorang yang berharga baginya maka semua musuhnya akan menargetkan orang berharganya itu, yaitu kau nona Jisoo. Lisa akan melakukan apapun untuk menjagamu agar selalu aman dan mempertaruhkan nyawanya untuk menyelamatkanmu. Aku tidak ingin putriku lebih dekat dengan garis kematian" ucap Marco.

"Phi Lisa tidak akan meninggalkanku, aku yakin itu" ucap Jisoo.

"Kau sangat yakin akan hal itu? Kudengar kalian hanya sebatas hubungan kontrak, apakah Lisa tidak akan meninggalkanmu? Apakah kau tidak berpikir dengan sebaliknya?" Ucap Marco.

Tidak, dia yakin dengan itu.

Marco menaruh kedua tangannya diatas meja dan menatap Jisoo yang sedang terdiam disana.

"Segera pergi nona, aku mengatakan ini karena aku sangat menyayangi putriku. Pergi sebelum aku yang membuatmu pergi selamanya" ucap Marco sembari tersenyum.

Shit, dia merinding mendengar dan melihat itu.

Wajah Marco terlihat seperti psikopat yang ada didalam film-film yang pernah dia tonton.

Dia bersumpah akan itu.

Lalu terdengar suara orang berlari dalam jumlah yang banyak dan Jisoo mendengar suara teriakkan yang sangat familiar dengan telinganya itu.

"Pho!!!" Teriak Lisa marah.

Lisa datang dengan banyak anak buahnya ke mansion ayahnya itu.

Dia langsung kesini ketika mendapatkan informasi dari anak buahnya yang berjaga dirumah jika Jisoo dibawa oleh Mark.

Tanpa pikir panjang dia langsung kesini dengan membawa anak buahnya yang bersamanya di Buriram.

Lisa berlari kearah Jisoo dan menarik tangan bayinya itu hingga Jisoo terbangun dari duduknya. Lisa langsung menempatkan Jisoo dibelakang tubuhnya.

"Apa yang kau lakukan" ucap Lisa dingin kearah Marco.

Marco tertawa dan menyandarkan punggungnya pada kursi itu. Pria itu bertingkah seolah-olah jika tidak ada yang terjadi disana.

"Kenapa kau begitu marah pada ayahmu ini? Aku hanya berbicara dengan gadismu itu, tidak lebih" ucap Marco.

Lisa mengela nafasnya dengan kasar.

"Jangan membawanya lagi tanpa izinku, dia adalah orangku. Dan jangan melewati batas hanya karena kau adalah ayahku, kau memiliki batasan dalam kehidupan pribadiku. Camkan itu" ucap Lisa dingin.

Dia langsung menarik tangan Jisoo untuk pergi dari sana. Lisa berjalan dengan sangat cepat dengan suasana hati yang panas karena marah itu.

Seluruh anak buah Lisa juga pergi dari sana, mengikuti bos mereka dari belakang.

Mereka semua masuk kedalam mobil-mobil yang mereka naiki tadi lalu pergi dari mansion Marco.

"Kau tak apa?" Ucap Lisa sembari memegang tangan Jisoo.

Jisoo langsung menarik tangannya hingga pegangan tangan Lisa pada tangannya terlepas begitu saja.

"Aku baik" ucap Jisoo.

Dia menatap keluar jendela dan enggan melihat Lisa disana.

"Ada apa denganmu" ucap Lisa.

Jisoo hanya diam disana, dia terus menatap kearah jendela dan menutup mulutnya hingga sampai di mansion Lisa.

Setelah sampai di mansion, Lisa menarik tangan Jisoo lagi naik keatas kearah kamarnya berada.

"Apa yang dikatakan orang tadi padamu huh?" Ucap Lisa.

Jisoo hanya diam sembari duduk diatas sofa besar yang ada didalam kamar Lisa itu. Dia menatap kosong kearah lantai dan tidak mendengarkan ucapan Lisa tadi.

"Jisoo!!" Teriak Lisa.

Dia melihat keatas, Lisa sudah sangat marah didepan sana. Jisoo berdiri dan menatap Lisa dengan mata yang sudah berair itu.

"Phi, aku ingin bertanya sesuatu padamu" ucap Jisoo.

"Tentu, apa yang ingin kau tanyakan?" Ucap Lisa.

Jisoo menyeka air matanya yang sudah turun dari mata cantiknya itu.

"Apakah aku berharga bagimu?" Ucap Jisoo.

"Tentu saja, kau adalah bayiku dan kau berharga" ucap Lisa.

"Ah, salah. Aku mengajukan pertanyaan yang salah, bukan itu. Tapi, apakah kau mencintaiku?" Ucap Jisoo sembari menatap mata Lisa dengan dalam.

Lisa diam mendengar itu.

"Jawab phi, apakah kau mencintaiku?" Ucap Jisoo lagi sembari mengguncang tubuh Lisa pelan.

Lisa menghela nafasnya dan menatap Jisoo yang sudah menangis itu.

"Tidak" ucap Lisa.

Tangan Jisoo yang memegang lengan Lisa langsung terhempas begitu saja saat mendengar kata yang keluar dari mulut Lisa tadi.

.

.

.

TBC

Boss Bitch BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang