Bab 11

2.2K 129 1
                                    

Untuk NaniNurlaely

.

.

.

Lisa berjalan dengan cepat kearah ruang inap Jisoo sekarang. Dia langsung masuk dan menutup pintu sebelum Ten masuk kedalam.

"Aku baik-baik saja" uca Ten sembari menatap anak buah Lisa yang sedang menatapnya itu.

Sialan, dia malu sekali.

Dengan cepat Ten pergi dari sana dan pergi ke kantin untuk minum kopi, Lisa sungguh membuatnya menjadi seseorang yang tidak menakutkan.

Didalam sana, Jisoo sedang diam saja sembari menatap langit-langit kamar. Dia masih merasakan rasa sakit akibat luka tusukan itu.

"Jisoo" ucap Lisa.

Jisoo menatap Lisa yang sedang berjalan kearahnya disana.

"Hey" ucap Jisoo sembari tersenyum dengan bibir pucatnya itu.

Lisa duduk dikursi sampingnya dan menatap Jisoo disana. Jisoo yang ditatap seperti itu hanya diam karena pinggangnya masih sakit sekali sekarang.

"Apakah sakit?" Ucap Lisa.

"Apakah saat kau tertusuk pisau tidak merasakan sakit? Ini sangat sakit, sungguh" ucap Jisoo.

"Sakit itu akan hilang dalam beberapa hari, mungkin akan cepat sembuh jika kau tidak banyak bergerak" ucap Lisa.

"Bagaimana bisa aku bergerak? Jika bergerak sedikit saja itu terasa seperti ditusuk pisau lagi" rengek Jisoo.

Lisa tertawa melihat Jisoo yang sedang merengek itu disana. Dia duduk disamping Jisoo yang sedang tiduran itu dan memegang wajah Jisoo.

"Badanmu besar tapi sikapmu masih seperti anak-anak" ucap Lisa.

"Wee? Jika kau tidak suka pergi saja" ucap Jisoo kesal.

Lisa menyeringai lalu mencium bibir Jisoo beberapa detik dan melepaskannya.

"Siapa bilang aku tidak suka? Aku suka memiliki bayi besar sepertimu" ucap Lisa.

Jisoo berdehem karena dia malu dan pasti pipinya sedang memerah sekarang. Ucapan Lisa membuatnya merona, entah kenapa dia menjadi seperti itu.

"Kau bau anyir" ucap Jisoo saat sadar dengan bau itu.

"Iyakah? Aku harus mandi" ucap Lisa sembari menciumi bajunya itu.

"Kau habis apa?" Ucap Jisoo sedikit penasaran.

Lisa turun dari brankar Jisoo dan membuka jasnya disana, dia berjalan kearah kamar mandi dan membuka pintu itu.

Sebelum masuk, dia berkata.

"Membunuh orang yang menusukmu" ucap Lisa lalu masuk kedalam kamar mandi.

Jisoo kicep ditempatnya setelah mendengar itu, otaknya harus berkerja dua kali lipat disaat seperti ini.

"Mwo!?" Ucap Jisoo kaget saat sadar.

Lisa hanya terkekeh didalam sana, reaksi Jisoo pasti menggemaskan sekarang. Dia ingin melihat itu tapi dia tidak ingin Jisoo mencium bau darah ini, apalagi darah orang yang mencelakainya tadi.

.

.

.

Lisa sudah selesai mandi disana.

Saat dia keluar, Jisoo sudah tertidur pulas diatas brankar. Lisa mendekat sembari menggusak rambutnya yang masih basah itu.

"Tubuhmu masih belum terbiasa dengan hal-hal seperti itu, jika aku biasa saja, malah aku bisa langsung berlari setelah ditusuk pisau" ucap Lisa yang berbicara sendiri.

Lalu ada seseorang yang mengetuk pintu dan masuk dibelakangnya itu.

Dan itu adalah Ten.

"Ada apa" ucap Lisa yang sudah tahu jika itu adalah Ten.

"Ayahmu mengirimkan bunga ini untuk Jisoo" ucap Ten sembari menunjukkan buket bunga lumayan besar disana.

"Buang saja" ucap Lisa.

"Tapi..." Ucap Ten ragu.

Hey! Ini adalah pemberian bos besar! Bagaimana bisa dia membayarkannya begitu saja? Pasti ini sangat mahal dan akan melukai hati Marco nantinya.

"Jika kau ingin, simpan saja untukmu. Tapi yang pasti, jangan harap semua barang yang diberikan dari pak tua itu dipegang oleh bayiku" ucap Lisa dingin.

"Baiklah, aku akan membuangnya" ucap Ten.

Ten keluar lagi dari ruangan inap Jisoo dan menutup pintu dengan pelan.

Lisa mengehela nafasnya lagi disana.

Entah sudah ratusan kali dia menghela nafasnya hari ini, sungguh melelahkan jika ditanya.

Lisa menggusak rambutnya beberapa menit hingga kering disana. Setelah kering, dia membuka selimut Jisoo dan berbaring disamping Jisoo.

Dia juga lelah hari ini.

Banyak urusan bisnis dan masalah antara ayahnya yang membuatnya semakin menjadi pusing bukan kepalang.

Lisa menatap wajah Jisoo yang sedang tertidur dengan damai itu. Wajah Jisoo memang seperti bayi, Lisa mengakui itu. Bahkan kulit Jisoo lebih lembut daripada dirinya;v

Dia memegang wajah Jisoo dengan pelan karena takut membangunkan bayinya itu disana.

"Untung aku bertemu denganmu" ucap Lisa pelan.

Memang benar jika dia lebih tua dari Jisoo dan seharusnya dia yang mendominasi didalam sebuah hubungan. Tapi Lisa berbeda, dia lebih senang di dominasi daripada mendominasi.

Bukankah aneh?

Tapi itulah Lisa, dia senang dengan itu.

Saat sedang melamun, tiba-tiba Jisoo memegang tangan Lisa yang sedang memegang pipinya itu dan satu tangannya lagi menarik pinggang Lisa agar lebih mendekat padanya.

"Tidurlah" ucap Jisoo lalu menutup matanya lagi.

Lisa menyeringai melihat itu, dia langsung menarik wajah Jisoo dan menciumnya dengan cepat.

Jisoo yang tadinya sudah tertidur langsung terbangun lagi karena itu, dia melihat Lisa yang sedang menutup matanya sembari menikmati ciuman itu.

Jisoo mengangkat tangannya dan memegang kepala belakang Lisa lalu membuka mulutnya agar Lisa bisa leluasa.

Karena itu, mereka jadi terbawa suasana dan menjadi lebih sedikit bersemangat sekarang.

Lisa melepaskan ciuman itu setelah beberapa menit bertahan dan saat melepaskan mulutnya, air liur mereka bercampur dan ada disekitar mulut mereka disana.

Lisa menepuk pipi Jisoo beberapa kali dan mencium sekilas bibir Jisoo lagi.

"Ayo tidur" ucap Lisa lalu menutup matanya.

Jisoo yang mendengar itu terdiam sejenak, apa? Tidur?

"Hey! Aku sedang terangsang sekarang! Dan itu salahmu!" Ucap Jisoo kesal.

Lisa yang mendengar itu hanya tersenyum dengan terus menutup matanya, dia sangat suka jika menggoda Jisoo seperti itu.

Dan Jisoo, dia hanya bisa menghela nafasnya dan memeluk Lisa dengan erat karena sekarang dia sungguh sangat ingin melakukannya.

Tapi dia sadar jika kondisi tubuhnya tidak memungkinkan untuk itu dan memutuskan untuk menahannya beberapa hari kedepan sampai dia pilih.

"Jika aku sudah sembuh, akan aku pastikan kita akan melakukan satu hari penuh" ucap Jisoo sembari menutup matanya.

"Tentu, lakukanlah itu. Aku tidak sabar untuk menunggunya" ucap Lisa.

Jisoo menyeringai mendengar itu.

.

.

.

TBC

Boss Bitch BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang