Should I?

242 26 0
                                    

"Naik Yong" Pria bertubuh lebih kecil itu menghela nafasnya. Tidak ada pilihan lain lagi daripada menuruti apa yang Jaehyun mau. Dia juga tidak ingin ada hal yang tidak diinginkan terjadi padanya. "Sudah?"

"Heem" Motor milik Jaehyun langsung melaju kencang keluar dari gang rumah milik Taeyong. Sepanjang perjalanan, mereka tidak membuka suara apapun. Hanya suara angin yang berlewatan. Taeyong juga enggan berpegangan pada tubuh pria didepannya, dia lebih memilih bersidekap dada.

"Pegangan, kau bisa jatuh" Jaehyun melirik sebentar kearahnya ditengah tengah lampu merah. Seolah tak mendengarkan, Taeyong hanya memandangi motor motor lain. "Yong."

"Apa?!" Jaehyun hanya memandangnya lalu membalikkan kepalanya. Saat lampu hijau menyala, Jaehyun seperti kehilangan akal. Dia melaju dengan kecepatan lebih tinggi dari yang sebelumnya. "Jaehyun! Jangan gila! Aku bukan mau menemani meninggal hari ini!" Taeyong berteriak lumayan keras namun tak ada sautan. "Turunkan aku!" Taeyong masih berusaha menghentikan Jaehyun dengan memukul pundaknya.

Taeyong tau, semuanya sia sia. Dia tahu betul bagaimana sikap egois pria itu. Dia juga paham, kenapa Jaehyun memacu motor nya sekencang ini. Dengan berat hati dan rasa tak ikhlas, dia memilih untuk meletakkan kedua tangannya di pinggang Jaehyun. Benar benar erat karena dia takut jika mereka kecelakaan secara tiba tiba. Tidak ada yang pernah tau nasib hidup seseorang.

.

"Kau itu gila ya!" sesampainya di tujuan, Taeyong meluapkan emosinya. Jaehyun pun belum sempat turun dari motor. Pelindung kepala Taeyong pun masih menempel. Kelewat marah, dia benar benar memaki Jaehyun habis habisan. Orang orang yang lewat pun, merasa ngeri dan menjaga jarak saat melewati mereka.

Taeyong masih mengamuk, sedangkan Jaehyun mencoba membuka helm milik pria itu. Dirapihkannya rambut Taeyong, walau beberapa kali Taeyong menepis tangannya.

"Hah.. Mau sampai kapan kau mengomel terus?" ucap Jaehyun dan mendekati Taeyong satu langkah

"Kau pikir yang tadi itu lucu ya! Bagaimana kalau kita kecelakaan? Jangan egois! Kau juga membawaku di kursi belakang itu!"

"Itulah sebabnya kau harus menurut, Taeyong Lee."
Mata Taeyong memerah dan ada gumpalan air didalam kantung matanya. Jaehyun sedikit menunduk agar bisa lebih jelas melihat paras cantik itu. Sunggingan senyum kemenangannya ia tunjukkan, sedangkan Taeyong merasa jijik dengannya. Jaehyun dengan sengaja meniup manik mata itu. Alhasil, air mata Taeyong tertumpah begitu saja.

"Mmh.. " Jaehyun dengan cepat memanfaatkan kesempatan tutup mata Taeyong dengan mencium bibir pink itu. Bahkan didepan umum, Jaehyun sama sekali tidak peduli. Taeyong menepuk-nepuk dada Jaehyun yang semakin menekan tengkuknya untuk memperdalam ciuman. "Jae — mmphh" tenaganya kalah. Dia hanya bisa menurut, atau dia mungkin tidak tau apa lagi yang akan dilakukan pria gila itu.

"Ha.. " dada Taeyong naik turun dan dia benar benar tidak mengira bahwa dia akan berciuman dengan seorang pria. Di sisi lain, Jaehyun tersenyum. Tak ada berkata kata lagi, dia segera menarik tangan Taeyong untuk masuk kedalam toko. Pikiran kosong Taeyong pun, masih mendominasi dirinya hingga kini.

.

"Kau pernah berciuman?" Jaehyun seperti tidak berdosa mempertanyakan hal tidak senonoh seperti itu. Taeyong benar benar hanya diam sejak kejadian tadi. Dia hanya mengekor kemanapun Jaehyun pergi. Berdiri dibelakangnya dan sedikit menjaga jarak. "Lihat buku ini. Kita bisa mencobanya"

"Ja— jangan gila" Alisnya naik sebelah dan dia berjalan mendekati Taeyong. Taeyong hanya diam membuang mukanya. "Disini ramai."

"Oh begitu. Jika tempatnya sepi," Jaehyun mencondongkan badannya dan berbisik tepat di telinga Taeyong "Kau mau?" Taeyong sontak mendorong tubuh Jaehyun. Entah kenapa, rasanya Jaehyun senang mempermainkan Taeyong. Dia tidak tau, bahwa melihat pria yang begitu keras kepala, tunduk di depannya.

INSTAGRAM (MATURE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang