Don't you dare to forgetting me

220 18 4
                                    

"Rasanya kembali ke sekolah seperti ini, terasa sedikit tidak nyata saja" Aku yang berjalan sambil sesekali memandangi makanan yang kubawa untuk guru dan kakak senior ku. Aku tidak sabar melihat reaksi mereka berdua nanti. Pasti mereka akan sangat senang.

Sambil bersenandung kecil, aku berjalan dengan riang. Lupakan saja terlambat ke kelas. Pasti guru akan memaklumi. Walaupun dia galak, sebenarnya untuk murid yang baru saja sembuh, hati nya akan melemah. Toh aku juga bukan sengaja untuk bolos kan.

"Eh?" tanganku tertarik sedikit kebelakang dan memutar kepalaku ke arah belakang. Ah, wajah familiar ini dan entahlah. Aku tidak tau siapa yang berdiri disamping nya. "Aduh, jangan tarik bajuku. Nanti melar." kataku sambil menarik lenganku untuk menjauh sedikit.

"Padahal tadi aku memanggilmu, kau pura-pura tidak dengar?" aku mengerutkan dahiku dan memandangnya dari atas ke bawah.

"Memangnya kau siapa?" mimik wajahnya sangat terbaca ya, apalagi orang disebelahnya. Kata-kata ku salah apa bagaimana? Perasaan tidak ada yang salah. "Kenapa diam? Memangnya kau siapa? Waktu hampir habis, aku harus mengantar ini ke senior. Kalian mau satu?"

"Jangan bercanda! Bagaimana mungkin kau melupakanku?" dahiku semakin berkerut ketika dia menaikkan nada suaranya. Apanya yang bercanda sih? Aku juga serius, memangnya dia siapa minta di dengarkan? Orang aku saja beneran tidak dengar dia memanggilku. Orang gila ini masih tetap sama saja ya.

"Hah.. Aku tidak melupakanmu. Aku bertanya, memangnya kau itu siapa sampai perlu sekali aku sapa? Aku bukannya sudah bilang dulu? Aku tidak mau berurusan dengan mu, Jung Jaehyun. Sebenarnya kau menafsirkan apasih sampai berteriak di dekatku? Pekak tau!"

"Pfft! Ha-Hahaha! Kau ini setelah sembuh, otakmu rusak ya?" Wah, selama aku tidak ada 2 bulan, apa yang dilakukan si bodoh ini? Kukira saat aku kembali dia akan waras, taunya sama saja. Malah lebih parah. Bahkan dia bisa tertawa sekarang.

"Se- senior, ayo kita ke kantin saja. Teman yang lain sudah menunggu." mataku menuju kearah anak disebelah itu. Daritadi aku bertanya siapa dia, ternyata junior ya. Tumben sekali seorang Jung mau berteman dengan junior.

"Kau dengarkan saja omongan junior mu ini. Sudah ya. Aku buru-buru."

"Sebentar. Aku belum memberi mu izin untuk pergi." mulutku menganga seolah-olah baut di rahang ku lepas.

"Memangnya ada izin? Orang gila ini kehabisan obat. Hei, bawa senior mu ini ke habitatnya. Aku sudah muak sekali meladeni nya dari dulu."

"Jaga omonganmu." Jung Jaehyun malah mengeratkan tangannya di pergelangan ku.

"A-aw! Hei!"

"Ikut aku ke kantin," dia memandang junior itu sebentar, "Kau pergi saja ke kelasmu."

"Ah! Tidak mau!" aku refleks menendang tempurung lutut Jaehyun. Orang lain yang lewat otomatis berbisik-bisik. Wah, padahal aku ingin memulai yang damai. Memang, munculnya orang ini ke permukaan hidupku, hanya membawa sial. Kenapa aku baru tersadar sekarang sialan.

"Lee Taeyong. Kau—"

"Taeyong! Kau sudah kembali?" aku memutar kepalaku dan mendapati Kak Sehun dan Luhan berjalan ke arahku. Phew, untunglah aku bisa terhindar dari manusia lintah ini.

"Iya Kak! Halo Kak Luhan! Sudah lama tidak bertemu, ya." aku sedikit menundukkan badanku untuk menyapa mereka.

"Kau mau kemana? Sebentar lagi bel masuk." ucap Kak Luhan sambil menggandeng bahuku.

"Oh! Aku tadinya ingin mengantar ini untuk Kakak berdua dan ke ruang guru. Tapi aku malah terjebak dengan rentenir, hehe.. " muka polosku pasti bisa ditebak oleh Kak Sehun. Harus. Bawa aku pergi dari sini.

INSTAGRAM (MATURE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang