Can u forgive me, Tae?

144 23 4
                                    

"Taeyong! Lee Taeyong! Tunggu!" Jaehyun dengan cepat mencegah laki-laki sebahunya itu untuk pergi lebih jauh. Jaehyun bisa melihat sendiri, tatapan Taeyong benar-benar mengeluarkan api kebencian. Dia juga tidak tau harus berkata apa, karena takut salah dan melukai hati laki-laki itu yang masih sangat sensitif. "Kita bicara di tempat sepi, disini banyak yang melihat."

Bola mata Taeyong mengitari lorong itu, ada beberapa siswa/siswi yang menatap mereka berdua dengan heran. "Aku beri kau waktu 15 menit!"

Setelah itu Taeyong berbalik badan diikuti dengan Jaehyun. Langkah Taeyong membawa mereka ke halaman belakang sekolah. Karna tidak ada tempat yang Taeyong rasa enak untuk memaki-maki Jaehyun dengan habis-habisan. Sebenarnya 15 menit yang dia beri, 10 nya ia rencanakan untuk menghujani Jaehyun dengan kata-kata kasar.

"Sekarang apa?" Tanya Taeyong bersidekap dada.

Jaehyun menghela nafasnya pelan. "Yong, dengarkan aku dulu. Aku tau, aku salah. Ta—"

"Memangnya kau salah apa?" Potong Taeyong sengaja. "Kau terus bilang kau salah, jelaskan salah mu dimana dan nanti aku bisa berikan solusi untuk kau kumaafkan."

Jaehyun diam. Pertanyaan tadi sebenarnya mudah. Untuk menjabarkan kesalahan, bukankah itu pertanyaan yang tergolong sangat mudah untuk semua orang. Tapi Jaehyun hanya diam untuk 2 menit lamanya. Antara dia tidak tahu salahnya dimana atau dia takut salah bicara. Disisi lain, Taeyong tertawa miris karena dia tahu inilah masalahnya. Siapa yang bisa dekat kembali dengan seseorang yang bahkan tidak tau, dimana titik kesalahannya? Lalu apa yang mau diperbaiki?

"Lihat? Kau bahkan tidak tau salah mu dimana. Terus untuk apa aku beri kesempatan? Kesempatan untuk membuatmu terus semena-mena dengan ku?"

"Yong, kumohon."

Taeyong mengusak wajahnya. "Apa? Kumohon apa! Aku sendiri tidak paham tujuanmu untuk berbicara denganku! Katakan salahmu dan caramu memperbaiki nya! Jika kau tidak bisa, maka lupakan kesempatan konyol yang kau ucapkan itu. Aku selesai."

Dengan perasaan campur aduk, Taeyong melangkahkan kakinya untuk keluar dari lapangan itu. Belum sampai beberapa langkah jauh dari Jaehyun, kakinya terhenti.

"Aku minta maaf karena telah semena-mena denganmu! Aku tau aku salah karena memaksakan semua kehendakku karena perasaanku sendiri! Aku salah karena aku tidak pernah mencoba memikirkan perasaanmu, Yong. Aku sudah salah dari sejak awal kita berjumpa." Dengan jantung berdegub kencang, Jaehyun mengutarakan semua itu. Diposisi dimana seharusnya dia tidak pernah memohon kepada siapapun, hal itu ia lakukan hari ini. "Aku benar-benar minta maaf.. "

Taeyong membalikkan badannya. Dia mentap lamat laki-laki yang ia kagumi ketampanannya itu. Hanya ada desiran angin diantara mereka untuk memecah keheningan.

Taeyong melangkahkan kakinya untuk kembali mendekati posisi Jaehyun. 3 langkah jauhnya jarak mereka. Kedua insan Tuhan itu saling bertatapan. Ada yang perasaan nya gelisah dan ada yang perasaanya entah bagaiamana.

"Hanya itu?" Tuturnya. "Ingatlah satu hal lagi, setelah itu kita diskusikan apa yang harus kita lakukan untuk memperbaiki hubungan pertemanan ini."

***

"Pulang bersama?" Kata Doyoung sambil marapihkan buku-bukunya ke dalam tas.

"Boleh, tapi jangan mampir ke rumahku." Taeyong juga sambil merapihkan buku-bukunya kedalam tas. "Kau tau, adikku masih sensitif sekali tentang siapapun." Taeyong cepat-cepat memberitahu alasannya, takut Doyoung sakit hati mengira bahwa Taeyong sengaja melarang. Doyoung yang mendengar itu hanya tersenyum tipis.

"Kau tidak perlu memberitahu alasannya, tanpa kau bilang aku juga sudah tau."

Taeyong menyunggingkan senyum remehnya, "Cih, yang benar saja kau Doyoung."

Tak lama dari percakapan itu, keduanya akhirnya melangkahkan kaki keluar dari dalam kelas. Sambil berbicara singkat melewati lorong sekolah, keduanya sudah sampai di parkiran. Dengan sigap Doyoung memberikan helm satu-satunya yang ia bawa. Tangan Taeyong sigap menahan helm yang hendak ia terima itu. Alisnya naik sebelah sambil menatap penuh arti kepada laki-laki jangkung di depannya.

"Apa?" Tanya Doyoung heran sambil terus menyodorkan helm yang ditahan tangan mungil."Hei, kau tidak berencana mengubah pikiranmu untuk pulang denganku kan?"

"Helm nya hanya satu?" Doyoung mengangguk. "Lalu, kau suruh aku yang memakai? Kan yang berkendara itu kau?" Doyoung mengangguk lagi.

"Kalau sudah mengerti, cepat pakai."

"Tunggu dulu! Aku pulang naik taxi saja. Kau gila ya berkendara tanpa helm. Orangtuaku bisa marah. Pakai saja sendiri." Helm itu langsung ia masukkan ke kepala Doyoung. Belum mendengarkan ocehan dari Doyoung dan kaki yang ingin beranjak, tangannya sudah duluan di cekal. "Astaga, helm mu itu cu— Kau?" Kagetnya setelah menyadari ternyata tangan yang mencekalnya bukan milik Doyoung.

"Pulang denganku saja."

"Lepaskan dulu!" Taeyong menghempas tangan kekar itu, "Kau punya helm dua?"

"Tentu. Aku selalu penuh persiapan jika itu tentangmu." Katanya sambil dengan nada meledek Doyoung.

"Baguslah. Berikan helm mu."

"Sebentar." Tanpa basa-basi, Jaehyun memberikan helm khusus yang ia simpan di dalam bagasi motornya. Taeyong menerima dengan senang hati dan tak lupa langsung memakai helm tersebut. Doyoung hanya bisa menghela nafasnya lalu memakai helm yang tertolak tadi.

Mesin motor Doyoung sudah hidup, belum sempat menancap gas tanpa berpamitan, kursi belakang motornya sudah ada yang menaiki. Dia melirik ke belakang dan mendapati Taeyong yang tersenyum sumringah. "Ayo, jalan." Doyoung tersenyum tipis dan melemparkan tatapan matanya kepada Jaehyun yang berdiri mematung seakan tak percaya.

"Ah, ini. Aku kan cuman tanya kau ada helm dua atau tidak. Bukan menyetujui untuk pulang bersama." Ocehnya tanpa rasa bersalah. "Helm nya nyaman, aku pinjam ya sebulan." Dia mengetuk-ngetuk pelan helm tersebut sambil tersenyum penuh kemenangan.

Setelah kata-kata itu, motor milik Doyoung melaju meninggalkan area parkiran. Hanya saja Jaehyun masih menatap punggung Taeyong yang perlahan lelap dari area parkir. Tak bisa melawan, ia cuman berpasrah.

.

"Kukira kau akan pulang dengannya. Aku sudah bersiap mendiamimu sebulan lebih." Tutur Doyoung dengan mata yang sesekali melirik kearah spion motornya.

"Wah, ternyata kau jahat juga ya!" Balasnya seirama dengan tawa kecil. "Ngomong-ngomong, kau ingin aku sampai rumah tahun depan apa bagaimana? Kenapa motormu lama sekali melajunya, sialan!"

Bagaimana dia tidak jengkel. Kecepatan motor mereka saat ini ada di angka 20, mentok tinggi hanya 40. Yang biasanya Taeyong harus berteriak jika berbicara karena terganggu angin, kini berbisik pun ia rasa masih bisa terdengar.

"Sekarang rawan kecelakaan. Aku bisa mampus di hajar adikmu!"

"Hahaha! Bukan dia saja yang akan menghajarmu, aku juga pasti!"

"Memangnya jika kau patah tulang karena kecelakaan, kau bisa memukulku?" Ledek Doyoung.

"Bisa, aku minta Karina mewakili."

***

Chap ini 1k kata aja dulu ya. Habis ide dan tenaga. Jangan lupa vote, komen and share ya ngab. Dah, salam pramuka!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 04, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

INSTAGRAM (MATURE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang