I just wanna protect you, Brother.

230 21 0
                                    

"kak, mau keluar jalan sebentar denganku?" dengan bersidekap dada, taera berdiri didepan pintu kamar taeyong. menyandarkan tubuhnya ke dinding dan masih berusaha membujuk taeyong untuk keluar. "tidak ada yang akan menyakitimu, selagi aku ada bersamamu. keluarlah." katanya lagi.

"tidak, aku akan di kam—"

taera melepaskan emosinya, dia menendang keras pintu kamar taeyong. "mau sampai kapan kau jadi pengecut, hah? kau pikir, dengan berada di kamar selama itu, kau akan membaik? tanam saja pikiran itu dan membusuk lah disana!" taera ingin beranjak tapi dia memutuskan untuk menendang pintu itu sekali lagi, "matilah tanpa bisa melihat cita-citamu, sialan."

dengan emosi yang sudah membludak secara frontal, taera menuruni tangga dengan hentakan kaki yang kuat. ditambah lagi, bel rumah berbunyi. habislah sudah, siapapun yang datang, jika bocah itu dalam keadaan emosi, semuanya akan ikut kena semprot siraman rohani. "mengganggu saja."

"hal—"

"cari siapa?" tanpa basa-basi taera menarik gagang pintu dan mencerca dengan pertanyaan. beberapa wajah yang terpampang disana sudah cukup jelas, tapi tidak dengan yang dibelakang. "taeyong tidak ada, sana pergi." usirnya.

"e-ehh ehh! tunggu dulu."

"tunggu apa? tunggu kalian menyakiti kakakku lagi? keluar atau kupanggil polisi." ancamnya.

semua orang terdiam. perempuan yang berdiri didepan taera juga tidak berkutik. setelah semua yang terjadi, itu memang hak keluarganya untuk menolak jengukan. sebuah tangan kekar mendarat dibahu perempuan itu, semua bergeser ke samping dan berdirilah seorang laki-laki, yang tak asing bagi taera. "halo adik kecil."

"bahkan jika kau, aku tidak memperbolehkan siapapun masuk. kak yuta, jangan pikir aku mau memaafkanmu."

"oh, ayolah. kau dan aku dekat bukan?"

"bukan." terangnya

"adik ke—"

"hey, biarkan kami masuk. kami juga suruhan sekolah untuk menjenguk teman kami yang sakit." seringai kecil diwajah taera terlihat.

"ah, bajingan sialan ini. kau datang, ya? setelah membuat kakakku jadi orang gila seperti itu, kau berani datang."

"aku tidak melakukan apapun. jika kau mau, aku bisa menjelaskannya kepadamu."

"tidak perlu. untuk apa aku mendengarkan cerita yang ujungnya sama?"

"semua itu salah paham. aku sama sekali ti—"

"kamar, aprodiashiac, toko buku? tidak? salah paham?"

hanya mereka berdua yang paham percakapan itu. siswa siswi yang lain hanya diam karena tidak mau memperkeruh suasana yang sudah buruk ini. air wajah jaehyun juga mengeras. dia mencoba untuk tetap tenang tapi wajahnya mengatakan yang sebaliknya. didepannya, bocah 15 tahun itu, tersenyum senang. seolah dia mendapatkan jawaban yang dia mau.

"aku bi—"

plak.

"omong kosong." hawa yang juga membosankan menjadi lebih menegangkan. taera mendaratkan tangannya tepat di pipi jaehyun. ada yang berusaha menarik jaehyun mundur dan berkompromi untuk pulang saja. sambutan tidak ramah taera membuat mereka sudah takut duluan. jaehyun tidak membalas, "kenapa? kau mau menamparku?"

"taera.."

"jika kalian mengerti maksudku, silahkan pulang. selamat sore."

pintu dibanting keras dan akhirnya mereka tidak bisa menjenguk taeyong. semua menghela nafas ketika gadis kecil itu sudah lenyap dari hadapan mereka. "wah, gadis itu sifatnya beda sekali dengan taeyong.. "

INSTAGRAM (MATURE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang