0.8 Now We're Breaking Up!

1.4K 139 9
                                    

2 minggu setelah kejadian di pasar malam itu, hubungan Satya dengan Selin yang sudah terjalin selama 3 bulan pun merenggang. Bukan merenggang lagi sih, tapi mereka memang sudah benar-benar putus. 

Satya sangat marah dan kecewa pada Selin atas kecemburuannya yang berlebihan. Baru-baru ini ia juga mendapat bocoran dari rekan tim basketnya tentang bagaimana sifat Selin yang sebenarnya. Mereka bilang, Selin memang seperti itu, sangat posesif ketika menjalin hubungan. Ia mudah salah sangka dan akan sangat marah ketika pasangannya dekat dengan perempuan lain selain dirinya. 

Parahnya lagi, Satya baru mengetahui fakta jika Selin tidak benar-benar tulus mencintainya. Gadis itu mengejar kepopuleran Satya semata hanya karena dirinya yang berasal dari Keluarga Adhinatha. Selin sebenarnya juga termasuk siswi terpopuler di sekolah, tapi seakan masih haus, ia mencari kepopuleran lebih melalui Satya.

"Lo dulu kenapa mau sama Selin, Sat?" ucap Kamal, salah seorang rekan tim basketnya yang memiliki darah blasteran Indonesia-Amerika.

"Karena cantik dan populer?"

"Bangsul, kalo gitu mah lo gak jauh beda dong sama dia, bego."

"Lo yang bego. Ini mah jelas beda, dia pacaran sama gue dengan niat panjat pamor, sedangkan gue pacaran sama dia mah karena bener-bener tulus."

Katakan saja Satya gelap mata, ia sempat tergila-gila dengan Selin saat gadis itu mendekatinya untuk pertama kali. Ya siapa coba yang tidak akan senang jika didekati oleh seorang gadis cantik nan populer? Apalagi saat itu Satya mengira jika Selin adalah sosok gadis yang manis dan baik. Makanya hanya dalam 2 hari perkenalan, ia langsung memutuskan untuk mengajak Selin berpacaran.

Sekarang apakah Satya menyesal? Bisa dikatakan sedikit. Jangan lupakan fakta jika Satya pernah memiliki 10 mantan lebih. Dia seharusnya sudah terbiasa dengan ini semua. Tapi tetap, ia tidak bisa mentolerir sikap kurang ajar Selin terhadap ummanya. Karena Selin pula, Satya harus menerima pidato kenegaraan dari Bapak Baginda Herdian Adhinatha selama seminggu penuh setiap malam. (Jenuh gak tuh?)

"Emang Selin gak pernah tau muka nyokap lo tuh kek gimana?" Tanya Kamal lagi pada Satya yang tengah meneguk sebotol air mineral.

"Ya lo mikir anjir, lo sama gue aja gak bakal tau muka tante Amira kek gimana kalau kagak main ke rumah Satya. Apalagi tante Amira gak pernah post muka sendiri di ig, gimana Selin mau ngerti, Kamaludin?" Jawab Yuda, rekan tim basketnya yang lain.

"Bener juga. Trus sekarang lo beneran gak mau nyebar kelakuan busuk Selin ini, Sat?" -Kamal

"Gak perlu, serapat bangkai disimpan ntar juga bakal kecium sendiri. Toh kayaknya emang udah kesebar sih."

"Buset dah, lo baru putus santuy bener, Sat. Nangis kek apa kek, ngedrama dikit dong anjir."-Kamal

"Gue bukan lo." Santai Satya yang justru membuat Yuda terbahak.

"Sat sat sat, noh..."

Yuda mengedikkan dagunya ke arah tepi lapangan, dimana Selin terlihat berdiri menatap Satya lamat-lamat. Gadis itu seolah memiliki sejuta kalimat yang ingin diutarakan untuk Satya.

Sejujurnya Satya sudah muak, tapi karena ia masih memiliki hati nurani, ia pun mendekat pada Selin.

"Ngapain lagi dia, Yud?"-Kamal

"Auk"-Yuda

Dari kejauhan, dua rekan tim basket Satya itu terus memperhatikan Selin juga Satya yang kini sudah berdiri berhadapan. Mereka menelisik sekiranya apa yang Selin inginkan.

"Sat, aku minta maaf, aku tau aku keterlaluan tapi please maafin aku."

"Udahlah, Sel. Kita udah berakhir."

KELUARGA ADHINATHA [ENHYPEN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang