1.3 Here Comes Trouble

1.4K 117 8
                                    

Siang ini sekolah Ricky dan Juna digegerkan dengan hilangnya uang dalam kotak amal mushollah. Kejadian tersebut diketahui sendiri oleh salah seorang tukang kebun yang memang biasanya juga bertugas membersihkan tempat suci itu. Sang tukang kebun pun lantas segera melapor pada pihak sekolah, hingga seluruh BK dikerahkan untuk mencari siapa pelakunya.

Sangat sulit jika harus menanyai satu per satu murid mengingat jumlah mereka tidak hanya puluhan, melainkan ribuan. Lagi pula maling siapa yang akan mudah mengaku begitu saja?

Pada akhirnya BK pun memutuskan untuk mengecek CCTV yang ada. Hingga terbongkarlah siapa dalang dibalik ini semua. Juwan, anak laki-laki culun teman sebangku Ricky lah pelakunya. Kali ini no hoax, semua kejadian terekam sendiri pada kamera CCTV.

Di dalam rekaman tersebut Juwan terlihat membongkar paksa gembok pengunci kotak amal dengan sebuah batu besar. Sesaat setelah gembok tersebut hancur, ia dengan gerakan bak seorang maling mulai mengambil lembaran demi lembaran uang di dalam kotak itu dan segera membawanya pergi.

Saat ini Juwan tengah disidang di dalam ruangan BK. Tangannya tampak gemetar dengan kepala menunduk sempurna. Di depan anak itu, 3 BK mengawasi dengan tatapan berbeda-beda. Tatapan sarkastik dari seorang pria tua berkumis, tatapan penuh emosi dari seorang wanita paruh baya berambut pendek, dan tatapan sedih dari seorang wanita muda dengan hijab coklatnya. Hal tersebut membuat Juwan merasa ingin menangis detik itu juga.

"Udah bu, hukum aja dia. Maling tuh gak perlu dikasihanin."

Coba tebak siapa yang berbicara barusan?

Itu Ichan. Dia berdiri tidak jauh dari ruangan tersebut bersama dengan dua komplotannya. Kedatangan Ichan and the gang disini bukan tanpa sebab. Mereka mengaku sendiri jika mereka sempat melihat kejadian dimana Juwan membongkar kotak amal itu. Mereka juga memiliki rekaman singkat dalam HPnya, sehingga ketiganya diminta untuk menjadi saksi dalam kasus ini.

"Kalau perlu nih ya bu, keluarin aja dia dari sekolah." Saut Janu yang praktis membuat Juwan mengangkat kepalanya. Mata anak itu sudah berkaca-kaca bercampur dengan ketakutan.

"J-jangan bu, pak, saya masih mau sekolah disini." Ucapnya memohon ampun.

"Halah masih mending lo cuma di keluarin, dari pada dipanjara?" Sambung Niko yang semakin membuat Juwan menggelengkan kepalanya ribut sebagai tanda permohonan.

"Kalian bertiga diam! Kalian disini sebagai saksi, tunggu pertanyaan dari saya baru kalian boleh bicara!" Amarah BK berambut pendek.

"Saya tidak menyangka, Juwan. Pikiran kamu tuh dimana?! Bulan baik begini bukannya cari pahala, kamu malah menambah dosa! Sekarang mana uangnya?! Dan Apa tujuan kamu mencuri uang di dalam kotak amal itu, Juwan?!" BK berkumis menyentak hingga membuat Juwan terlonjak kaget, tapi Juwan masih setia bergeming. Tak ada sepatah katapun yang ingin ia jawab.

"Juwan," Panggil BK muda berkerudung coklat. Ia menggenggam tangan Juwan menyalurkan kehangatan disana. "Jangan takut. Bu Indah disini. Jawab dengan jujur, kenapa Juwan melakukan hal itu?"

Alih-alih menjawab, Juwan lebih memilih menangis sesenggukan tanpa suara.

"Hhh... Kalian bertiga!" Panggil BK berambut pendek pada Ichan, Niko, dan Janu.

"Ceritakan kesaksian kalian! Apa yang kalian lihat saat itu?"

"Yaaa seperti yang ada di rekaman CCTV sama di rekaman HP saya bu. Juwan bobol kotak amal, terus bawa kabur uangnya." Jawab Ichan kelewat santai.

"Kapan tepatnya kejadian itu terjadi?"

"Saat pelajaran jam kelima." Jawab Janu.

Sang BK berambut pendek tampak mengerutkan keningnya.

KELUARGA ADHINATHA [ENHYPEN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang