1.8 VACATION

1.4K 119 18
                                    

Cuaca cerah siang ini seakan mendukung perjalanan Keluarga Adhinatha menuju ibu kota Jakarta. Sinar mentari yang bersinar tak begitu terik, memang cocok sekali untuk berlibur. Sesuai dengan agenda yang sudah ditentukan, hari ini mereka akan pergi mengunjungi kediaman kedua orang tua Amira selama sepekan sebagai euforia setelah pelepasan perban pada tangan kanan Juna juga atas membaiknya keadaan Ricky, sekaligus untuk menghabiskan waktu libur Adhinatha bersaudara yang tersisa.

Mobil Alphard hasil pinjaman dari rental mobil milik Keluarga Adhinatha sendiri, Herdian kemudikan menyusuri sepanjang jalan tol yang cukup padat akan kendaraan. Ada Amira di sebelahnya, diikuti Juna dan Ricky di belakang mereka, lalu Sena dan Jaka di seat ketiga, serta Jaya yang tengah menahan kesal karena terus dijaili oleh Satya di seat paling belakang.

Andai saja sang umma tidak melarangnya naik motor sendiri kemarin, pasti ia tidak akan bernasib seperti ini sekarang. Sebelumnya Jaya memang sudah berniat untuk mengendarai Jaguar alias moge hitam miliknya yang baru saja ia beli beberapa hari lalu. Sang ayah mengizinkan, tetapi tidak dengan ummanya. Biasalah kekhawatiran seorang ibu alasannya. Bahkan Amira sempat tidak mau berbicara dengan Jaya seharian. Hingga akhirnya Jaya terpaksa mengalah karena tak sanggup lagi jika terus didiami oleh sang umma.

Sekarang Satya terlihat menggerakkan jemarinya di atas layar ponsel milik Jaya, memencet apapun tanpa peduli jika empunya sudah berkali-kali berdecak sebal. Tujuan putra ketiga Adhinatha itu hanya satu, mengusili sang abang yang sedang asik membunuh musuh dalam sebuah game. Tadinya Jaya mencoba masa bodo. Namun semakin lama dibiarkan, kesabaran Jaya justru benar-benar hampir terkuras habis.

"Satya awas tangannya!" Ucapnya menepis tangan sang adik dengan mata yang tak kunjung lepas dari layar.

SRIING DUAR

K.O

"Arrghhh... SATYA! Kalah kan jadinya." Kesal Jaya sambil memukul lengan Satya.

"Dih nyalahin orang. Emang kamunya aja kali yang payah main game." Satya mencibir yang praktis mendapat empitan ketek dari Jaya.

"AKK Ohok ohok... Abang! Wah penistaan terhadap orang ganteng ini mah namanya uhuk... L-lepasin!" Satya merengek dan terbatuk dengan tangan yang terus menepuki bisep sang abang sulung pada lehernya.

"Idih najis." Jaya pun melepas lengannya dari leher Satya. Ada rasa kasian dalam dirinya, melihat sang adik sampai terbatuk-batuk seperti itu.

"Uhuk uhuk... Gila ya kamu! Badan kek samson nyekek orang sembarangan, kalau aku mati gimana?! Mau kamu masuk berita judulnya 'Karena kalah main game, seorang Samson Jones sampai rela membunuh seorang pemuda tampan nan rupawan.' hah?"

"Gak sehat nih orang." Jaya lantas memiringkan jari telunjuknya di atas kening.

"Woy! Abang berdua! Berisik banget sih?! Juna mau merem aja gak bisa. Sekali lagi berisik, Juna sumpel mulut kalian pake kaos kaki Ricky nih!" Juna yang hampir saja tertidur di seat kedua sebelah kanan mulai mengajukan keluhan atas suara bising yang ditimbulkan oleh keduanya.

"Dih kenapa harus pake kaos kakiku?" Ricky agak sewot, tetapi juga bingung di waktu bersamaan.

"Soalnya kan kaki Ricky paling bau diantara kita semua." Enteng Juna.

"Yeuuh kaki bersih mulus gini dikata bau. Baru digosok nih kemaren pake mama lemon." Ricky membela diri sembari mengangkat kaki kanannya ke arah Juna.

PLAK

"Minggir ah, bau amis tau." Juna menutup hidungnya hingga menimbulkan suara sengau, sedangkan Ricky hanya cengengesan seolah tak ada rasa tersinggung sedikitpun.

KELUARGA ADHINATHA [ENHYPEN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang