3.2 Dad's Upset

1K 120 15
                                    

Matahari mulai condong ke arah barat, menjadikan cuacanya tak lagi seterik siang tadi. Jam analog pada mobil telah menunjukkan angka 16.15, yang mana setiap pergantian detik hingga menitnya justru semakin membuat seisi mobil tak dapat duduk dengan tenang. Hari semakin sore namun presensi ketiga putra termuda adhinatha itu tak kunjung ditemukan mata.

Jaya, Jaka, dan Satya sudah bertanya kepada seluruh teman-teman kompleknya, tetapi jawaban yang didapatkan dari mereka hanyalah "Tidak tau". Maka Herdian akhirnya memutuskan untuk mengelilingi perumahan menggunakan mobil, berharap ketiga putranya yang hilang itu tak pergi terlalu jauh. Di sampingnya, duduk seorang Amira yang tampak gusar. Matanya tak henti menyorot sekeliling, siapa tau ia dapat menemukan ciri-ciri para putranya.

"OH?! AYAH, ITU!" Jaya yang sudah melongokkan kepala di antara sela-sela kursi pengemudi menunjuk tepat pada tiga anak kecil di depan sana. Memang hanya punggung yang terlihat, tapi Jaya paham betul seperti apa perawakan ketiga adiknya. Jaya yakin itu mereka.

Herdian segera menghentikan laju mobilnya, sedangkan Amira bergegas turun dan berlari menuju ketiganya.

"Sena, Juna, Ricky!" Panggil Amira, membuat yang di depan menoleh seketika. Jantung Amira seolah hampir merosot, benar, mereka putra termudanya.

"UMMA...." Ketiga bocah itu berseru. Juna berlari dan berakhir memeluk sang umma.

Dapat dilihat oleh Amira, setitik air mata sang buah hati menetes turun membasahi pipi. Namun herannya, tak ada sesenggukan yang dikeluarkan oleh Juna. Amira lantas membawa Juna pada gendongannya, memeluk erat dan menciumi pelipis sang putra penuh syukur.

Lain hal dengan dua putranya yang lain. Ricky tampak berada pada gendongan punggung Sena, ia kembali mengeluarkan tangis histeris dengan tangan yang terulur ke depan seolah meminta siapapun untuk segera mendekapnya. Ya benar, Sena telah menggendong Ricky sejak melangkah pulang dari lapangan. Sena memang tidak dalam kondisi yang sepenuhnya sehat namun jika itu memang demi sang adik, ia akan rela untuk mengerahkan seluruh tenaganya.

Herdian segera mengambil alih Ricky. Degupan di dadanya semakin berpacu cepat kala mendapati beberapa luka pada kulit halus sang putra. Tampak sebuah goresan panjang pada pipi kiri Ricky, pun pada telapak tangan serta sikunya. Semuanya berdarah, begitu perih yang Ricky rasa.

Herdian beralih menatap Sena yang tampak berkaca-kaca di depannya. Dapat ia lihat, sebuah layang-layang yang telah koyak berada pada genggaman Sena.

Sena sendiri menatap lurus pada sang ayah, mengharapkan sebuah pelukan juga dari sosok pria yang sangat disayanginya itu. Namun nihil, yang Sena dapatkan hanyalah dekapan hangat dari ketiga abangnya, serta tatapan tak ramah dari Herdian.

"Semuanya masuk mobil! Pulang sekarang!" Nada tegas Herdian terdengar, yang mau tidak mau harus segera mereka turuti.

Kini kedelapan keluarga adhinatha telah berada di dalam mobil. Juna di pangkuan Amira memeluk sang umma teramat erat. Begitu pula Ricky yang sengaja Herdian biarkan tetap berada di pelukannya sembari menyetir. Sena duduk di bangku tengah. Kepalanya menunduk dan menangis dalam diam. Jaka menyadari hal itu, hingga ia segera menggenggam tangan sang adik untuk menghantarkan sedikit ketenangan.

*:..。o○🏠🏠○o。..:*

"Siapa yang nyuruh kalian ke lapangan sendiri tanpa izin begitu?" Tanya Herdian sesampainya di rumah. Senyum hangat pun tak lagi tercipta pada wajah tampannya.

"Bang Sena." Jawab lirih Juna dan Ricky, menjadikan Sena praktis mendongak. Ia sedikit tersentak. Bibirnya bahkan kelu untuk mengeluarkan sanggahan.

Si bungsu sebenarnya masih sedikit sesenggukan. Sesekali merengek sakit kala luka pada tubuhnya tengah diobati oleh Amira, sedangkan Juna yang memiliki luka kecil pada lengannya sudah Amira tutup dengan kassa dan plaster. Putra kelima Adhinatha itu saat ini tengah duduk begitu rapat di ujung sofa. Jaya, Jaka, dan Satya hanya diam membisu. Mereka takut, sebab sang ayah sedang dalam mode maung.

KELUARGA ADHINATHA [ENHYPEN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang