1.9 Puppy Love

1.2K 103 5
                                    

KRING KRING KRING

"JUNA~ JUNA~ JUNAAAAAAA~"

Pagi-pagi sekali kediaman kakek dan nenek Adhinatha bersaudara sudah dibuat bising oleh suara teriakan seorang gadis di depan pagar rumah mereka. Itu Jihan yang tampak duduk santai di atas sadel sepeda sambil terus memanggil nama Juna.

Jihan merupakan teman masa kecil Juna disini. Dia juga seumuran dengan Juna. Dulu, tiap kali Juna mengunjungi kediaman kakek dan neneknya, Jihan pasti menjadi orang pertama yang selalu datang ke rumah. Lalu ia akan meminta izin kepada Amira untuk mengajak Juna bermain di taman komplek. Ada banyak kenangan yang telah mereka ukir bersama, termasuk janji Juna kecil untuk menikahi Jihan ketika besar.

Sebenarnya saat itu Juna hanya bermaksud menyenangkan hati Jihan yang tengah bersedih saja, setelah gadis itu mendapat ejekan dari anak-anak nakal dengan sebutan "Gadis Jelek". Saking tidak teganya melihat sang teman sebaya terus menangis tersedu-sedu, Juna pun berinisiatif memberikan kata-kata manis sebagai hiburan. Jika diingat kembali, kejadiannya seperti ini,

"Jihan jangan nangis. Jihan cantik kok, malah lebih cantik dari boneka Barbie." Ucap Juna kecil berusia 7 tahun di depan Jihan yang tengah meringkuk di bawah perosotan.

"Hiks mana ada begitu?! Juna pasti boong huaaa..." Jawab Jihan disela-sela tangisnya.

"Enggak... Juna nggak boong." Juna lantas menggeleng ribut demi meyakinkan gadis itu

"Jihan beneran cantik kok. Udahan dong nangisnya... Jihan gak usah dengerin omongan anak-anak nakal itu. Mereka yang jelek tau, soalnya udah ejek-ejek Jihan. Kata umma, cantik itu gak cuma dari luar, tapi dari hati juga. Jihan kan anak baik tuh, berarti cantiknya Jihan itu plus plus plus."

Sontak Jihan mendongak, menampilkan wajahnya yang sembab. Tangisnya pun berhenti, meski sesekali ia akan tersengguk kecil. "Bener?"

"Bener. Jangan nangis lagi ya. Mending senyum, nanti Juna kasih hadiah deh." kedua pipi halus gadis itu Juna elus perlahan untuk menghapus jejak air mata yang tersisa.

"Hadiah apa?"

"Tunggu sebentar ya." Juna kemudian memetik setangkai bunga matahari kecil yang tumbuh di antara rerumputan liar, lalu ia ikatkan tangkai bunga tersebut pada jari manis Jihan tanpa menimbulkan rasa sakit sedikitpun.

"Taraaaa~ Bunga yang cantik untuk Jihan yang cantik."

"Waahhh makasih... Juna kok lucu banget sih." Hadiah sederhana itu rupanya cukup mampu membuat Jihan tersenyum lebar, hingga kedua lesung pipinya pun tercekung indah disana.

"Nah gitu dong senyum. Kan tambah cantik."

"Hihi.. tapi Juna, masa bunganya diiket begini, kayak cincin tau. Emang kita mau menikah?"

"Kenapa gak? Kalau Juna bisa bikin Jihan senyum terus kayak gini, ayo kita menikah aja kalau sudah besar nanti."

"Jihan mau. Janji ya Juna?"

"janji"

Sungguh, begitu polosnya seorang Yudhayana Arjuna Adhinatha pada saat itu. Dengan gamblang, ia mengajak menikah anak gadis orang tanpa memikirkan konsekuensi yang akan ia hadapi di masa depan. Keduanya pun lantas tersenyum ceria dengan jari kelingking yang saling bertautan, juga ditemani oleh langit cerah beserta kumpulan awan cumulus.

Sedang dibalik semak-semak, tanpa mereka sadari seseorang mendengar semua percakapan mereka sejak awal. Dialah Satya yang di masa kini akan menyebabkan Juna menjadi bahan bulan-bulanan keluarganya.

KELUARGA ADHINATHA [ENHYPEN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang