1.1 Ramadhan is coming

1.3K 137 11
                                    

Bulan penuh berkah, bulan dengan satu malam yang lebih baik dari 1000 bulan akan segera hadir memeluk para manusia yang merindukan kedatangannya. Setiap muslim sudah pasti menanti-nantikan kedatangannya setiap tahun, baik menanti untuk berpuasa ataupun menanti akan datangnya iklan marjan di televisi. Tapi tentunya mereka menyambut kedatangan bulan suci ini dengan penuh suka cita, begitu pula Keluarga Adhinatha.

Biasanya 2 hari menjelang puasa, Adhinatha sekeluarga bergotong royong membersihkan rumah mewah mereka. Mengganti segala yang usang dengan yang baru.

Herdian dan Ricky kedapatan jatah mengganti gorden yang lama. Herdian memilih Ricky sebagai partnernya karena si bungsu memiliki ukuran tinggi badan yang menjulang. Akan sangat mudah baginya untuk memasang gorden pada jendela rumah mereka, itu pikir Herdian.

"Ayah bentang sisi sebelah sini, Ricky bentang sebelah sana ya?" Ucap Herdian sembari membentang lebar-lebar gorden putih yang langsung dibantu oleh Ricky diujung sana.

DUG

"AKH..."

Sena tanpa sengaja menyenggol punggung Ricky dari arah belakang. Anak itu sedang mengepel lantai dengan langkah mundur. Saking asiknya, ia bahkan tidak menyadari jika ada Ricky dibelakangnya.

"Maaf Ricky. Sena gak sengaja." Kata Sena tatkala melihat Ricky semakin meringis kesakitan memegangi bahunya. Padahal Sena rasa, ia tidak menyenggol Ricky terlalu keras.

"Gak apa-apa." Jawab Ricky dengan senyuman yang tidak biasa. Tidak ada yang menyadari, kecuali dirinya sendiri.

"Hati-hati Sena." Tutur Herdian membuat Sena menampakkan gigi ratanya.

Sena pun kembali melanjutkan tugasnya. Sedangkan di ruang tamu sana, ada Juna dan Jaka yang mendapat titah dari ibu negara untuk mengelap benda-benda berkaca dan membersihkan tiap kolong yang ada.

"Iyuuhh bekas upil. Ini pasti kerjaan Bang Satya."

Juna bergidik jijik saat ia membersihkan bagian bawah meja. Pasalnya ada banyak bekas upil kering di sana. Bukan tanpa sebab pula ia menuduh Satya. Dibandingkan dengan saudaranya yang lain, abang ketiganya itu memang suka sekali mengupil sembarangan. Beberapa kali Juna mendapati Satya meletakkan bekas upil ditangannya ke sembarang tempat, baik saat ngegame, melamun, ngemil, dan lain sebagainya. Juna juga sudah sering menegur, tapi Satya seolah lebih memilih menulikan pendengarannya.

"Ganteng-ganteng doyan ngupil. Ini kalo disebar bisa jadi hot news dikalangan mantan dia nih." Lanjut Juna.

"Gak boleh begitu, adek. Lagian ngupil kan manusiawi. Ada larangan orang ganteng gak boleh ngupil?" Saut Jaka sambil mengelap kaca lemari buffet.

"Ngupil mah ngupil aja, tapi jangan dibuang sembarangan gini dong. Jorok banget. Buset dah ahh ini gimana ngebersihinnya?! Lempar upil sembunyi tangan."

Juna terus mengomel sepanjang mengelap meja, sedangkan Jaka hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya. Juna mode julid sangat sulit untuk dilawan, sobat.

Di depan rumah, tepatnya di sebuah taman kecil milik Keluarga Adhinata, Jaya bersama dengan Satya dan Amira sedang menanam bibit bunga baru. Amira mendapatkannya sendiri melalui online shop. Ia memesan bunga krisan putih, anggrek, mawar merah, serta asoka.

KELUARGA ADHINATHA [ENHYPEN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang