1.0 Random Acts

1.3K 143 5
                                    

Tepung terigu tampak berceceran ke segala arah pada area meja dapur. Mangkok beragam ukuran juga tersebar secara tak merata. Cangkang telur dengan segala sisa tetesan isinya pun turut mewarnai kekacauan di dapur saat ini.

Apa yang sebenarnya terjadi pada dapur yang selalu Amira jaga kebersihannya itu?

Dua pelakunya adalah Jaya dan Jaka. Mereka saat ini sedang bekerja sama untuk membuat muffin cake berdasarkan resep yang mereka contek lewat internet. Agak random memang ya dua putra tertua Adhinatha ini.

Tadinya mereka hanya diam menonton TV, menikmati acara masak memasak dan kuliner yang diselenggarakan oleh salah satu stasiun TV swasta. Tidak ada niat memasak sekalipun dari keduanya hingga setelah host acara tersebut menunjukkan cara memakan kue muffin secara menggiurkan, ditambah lumeran coklat di dalamnya yang disorot apik oleh kamera, benar-benar mampu menghipnotis mereka berdua.

Beberapa kali mereka menelan air liur. Jaya yang tak kuasa pun akhirnya beranjak dari tempat duduknya menyeret Jaka untuk membeli bahan-bahan kue bersamanya.

Dan disinilah mereka sekarang. Berkali-kali mereka salah meracik, berkali-kali pula mereka perlu mengulang pencampuran bahan.

"Sedikit lagi, kurang banyak itu." protes Jaya saat Jaka menuangkan tepung ke dalam mangkok mixer.

"Udah cukup. Ini udah 200 gram, setara dengan 14 sendok makan. Jangan kebanyakan nanti salah lagi!"-Jaka

"Tadi salah karena kamu nuangin air kebanyakan, dodol."

"Suruh siapa diseng— Aduh Bang Jaya gulanya udah cukup!!"

"Ck belum, nanti gak manis."

"Diabetes!"

"Gak! Tambah dikit lagi. Trust me! Trust me!"

"I don't trust you!"

Keduanya terus beradu argumen. Jaka menutup mangkok berisi tepung itu dengan tubuhnya, sedangkan Jaya berusaha menariknya dengan sekantong gula di tangan kanan.

PRANGGG

Tumpahlah sudah seluruh isi harapan dalam jiwa, eits bukan dong, seluruh isi bahan dalam mangkok. Jaya dan Jaka seketika membeku, ditambah lagi oleh kedatangan sang umma yang seolah memiliki dua tanduk di atas kepala.

"Ya Allah dapur jadi kayak kapal pecah begini!! Kalian ngapain?!"

Amira tercengang melihat segala kekacauan pada dapur kesayangannya. Langkahnya mendekat ke arah Jaya juga Jaka yang saling menyikut satu sama lain.

"Kalian ngapain umma tanya?!" Tegas Amira sekali lagi karena kedua putranya itu tak kunjung menjawab.

"Bikin kue muffin." Jawab Jaya, matanya tak kuasa menatap sang umma sehingga ia hanya mampu memandang ujung kakinya yang polos tanpa alas.

"Bang Jaya yang ngajak, umma. Dia ngidam muffin cake." Lain dengan Jaya, walaupun agak sedikit takut Jaka masih berani menatap Amira dengan tatapan soptienya. Merasa seolah disalahkan, Jaya melirik Jaka melalui ekor mata.

"Apa? Kan aku bener." Tutur Jaka membalas lirikan sang abang.

"Jaya, liat umma!"-Amira, penuturannya tegas tapi penuh kelembutan. Jaya pun menuruti. Amira memejamkan matanya sekali, menarik napas, lalu membuangnya. Ia sedang menetralisir rasa kesal yang hampir menjalar dalam benaknya.

KELUARGA ADHINATHA [ENHYPEN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang