3.0 Belamour

745 82 8
                                    

Siang yang terik setelah berpusing ria dengan buku perihal anatomi manusia memang cocok sekali diganti dengan segelas cafein sebagai penghilang penat. Bersama motor scoopy silver miliknya, Jaka membelah jalanan kota padat kendaraan menuju ke sebuah cafe yang sudah terbilang cukup sering ia kunjungi belakangan ini. Jaraknya hanya sekitar 15-20 menit dari arah kampus saja, hingga saat netranya menangkap sebuah bangunan bernuansa vintage, Jaka membawa laju motornya pada sisi kanan jalan.

Ia parkirkan lebih dulu motor matic yang ditungganginya tersebut, lantas turun dan melepas helmnya. Rambutnya yang sedikit berantakan, ia sisir ke belakang dengan jemarinya di depan kaca spion. Setelah dirasa cukup, dirinya hendak melangkah namun urung saat tanpa sengaja bersitatap dengan si sulung yang baru saja keluar dari dalam cafe.

"Kamu ngapain disini?" Tanya Jaya heran.

"Ngopi lah. Abang ngapain disini?"

"Lah kampusku mah deket, belakang nih cafe. Yang bikin heran mah kamu, ngapain jauh-jauh kesini?" Kedua kalinya Jaya menanyakan perihal alasan sang adik kemari.

"Bebas dong. Cafe umum ini. Lagian aku dah gak ada matkul lagi hari ini."

"Oh, yaudah aku duluan yak. Bentar lagi ada kelas."

Jaya menepuk pundak Jaka dua kali. Menyesap es americano ditangannya sebelum akhirnya ia melangkah pergi.

"Kamu jalan bang?" Jaka bertanya kembali namun kali ini sedikit meninggikan suaranya sebab Jaya sudah beberapa meter jauh dari tempatnya berdiri.

"YOI!" Jaya berteriak sembari terus melangkah.

"Tumben banget tuh orang gak mageran." Monolog Jaka.

Pundaknya terangkat skeptis, lantas menjejakkan kaki masuk ke dalam cafe vintage tersebut. Aroma manis bercampur kopi yang khas seketika menguar, menjadi hal pertama yang ditangkap oleh indranya saat melangkah masuk lebih dalam.

Ada suatu alasan tersembunyi tentang dirinya yang selalu menyambang kemari. Kaki jenjangnya terus memijak lantai kayu bersamaan dengan debaran yang tidak berhenti sejak saat dia membuka pintu cafe. Jaka berhenti tepat di depan etalase. Memencet sebuah bel untuk membuat sosok gadis bercelemek coklat yang memunggunginya berbalik.

Ting!

"Silahkan, ada yang bisa diban—Oh you again?" Detik setelahnya, gadis itu tersenyum berbarengan dengan ekspresi keterkejutannya. Satu dimple kecil pun tercipta di samping sudut lengkungan pipi sebelah kanannya.

Manis sekali. Lebih manis dari jajaran kue yang tertata rapih dalam kaca etalase.

"Why? Gak ada larangan bagi pemuda tampan untuk singgah di cafe ini, bukan?" Jaka terkekeh diakhir kalimatnya.

"Euwh mulai deh." Sang gadis merotasikan bola matanya namun masih dengan senyuman yang bertengger manis pada bilah bibirnya.

"Ini namanya self-love."

"Self-love sih self-love, tapi segala sesuatu yang berlebihan itu gak baik tau. Nah jadi, apa pesanan anda, Mr. Jakey?"

Jakey... ya ampun, sejujurnya Jaka dibuat salah tingkah dengan panggilan tersebut. Bahkan sekarang dia mati-matian untuk tidak tersenyum dan bersikap biasa saja.

"Iced Vanilla Latte."

"Itu lagi.... Ya ketebak sih sebenernya." Sang gadis berhijab mocca itu terkekeh sembari mencatat pesanan Jaka pada layar monitor. "No sugar, right?"

"Uh damn... You know me that well, Miss Bright."

"Oh C'mon, don't call with that silly name."

KELUARGA ADHINATHA [ENHYPEN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang