»Menerima situasi betapapun menyakitkan«
“Kenapa aku bangun, masih di sini?”Entah kalimat tersebut adalah dua atau hanya satu pertanyaan. Hajin mengucapkannya dengan jeda di antara keduanya, dengan nada suara pelan tak berdaya, masih begitu lemah untuk bertutur.
Marklee yang baru saja masuk ke dalam ruang rawat inap tempat Hajin dipindahkan tak bersuara perihal ucapan perempuan itu. Ia tetap menggerakkan langkahnya mendekati bangsal sang perempuan. Hajin yang masih terbaring lemah mengalihkan tatap dari laki-laki berpipi tirus tersebut.
“Kenapa kau yang di sini?”
“Maksudmu?” tanya Marklee tak mengerti maksud ucapan Hajin. Ia berhenti tepat di sisi kanan bangsal.
Tak ada jawaban, Hajin memiringkan kepalanya ke sebelah kiri. Ia merasakan panas saat kelopak matanya terkatup menyentuh kulit bagian bawah. Matanya bahkan terasa sakit karena terlalu lama terpejam, ia enggan membukanya kembali, karena saat ia mengatupkannya lagi rasa panas kembali hadir.
“Jaehyun—”
“Diam.” Belum sempat tersampaikan kalimat apa yang akan Marklee jelaskan pada perempuan berkulit seputih susu tersebut, namun dengan jelas terpotong begitu saja oleh suara rendahnya. “Bawa pergi nama itu dari telingaku.”
Pundak sebelah kanan Hajin yang terkulai lemas di sisi bantal terasa diremas lembut. Kedua kelopaknya kembali terangkat memperlihatkan isi di dalamnya yang begitu mengkilap diterpa cahaya lampu putih di atas sana.
“Bajingan itu bahkan tidak perduli,” umpat Hajin kelewat pelan. Namun, di sana sama sekali tak ada sesuatu yang menimbulkan suara kecuali mulut panas Hajin, sehingga telinga Marklee, pun, tetap dapat menjangkaunya. “Berapa lama aku tidur, Marklee?”
“Tiga hari,” ucap Marklee.
“Wanita itu bahkan juga tidak ada. Apa memang seharusnya kau yang aku lihat dibangun pertamaku setelah tiga hari, Marklee?” Bola mata Hajin bergulir menatap Marklee di sebelahnya, terlihat menjulang tinggi dari tempatnya berbaring. Pertanyaan itu terlontar untuk mendapat penjelasan mengenai opini yang Marklee pikirkan di dalam kepala.
“Semua orang ada bersamamu, Hajin.”
“Sounds good. Aku harap kau tidak memberitahu laki-laki itu lebih cepat.” Hajin mencoba mengangkat tubuhnya dengan kedua tangannya yang kurus, entah apa yang akan dilakukan perempuan itu Marklee hanya membantunya. Meninggikan sandaran bangsal membuat posisi Hajin menjadi setengah berbaring. “Kau tahu apa yang ada di mimpiku dalam tidur tiga hari itu?”
Seolah mulai mendengar aba-aba cerita panjang, Marklee mendudukkan diri di kursi yang ada di sisi kanan bangsal. Tak berniat menghentikan sebab setelah tidur panjangnya perempuan itu butuh tempat untuk menumpah-ruahkan sesak. Meski Hajin terus mencoba untuk kuat, Marklee dapat melihat segala kelemahan yang tak dapat ditutupi oleh perempuan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
IN LIFE SPRING | Jung Jaehyun ✓
Fanfiction『𝐟𝐞𝐚𝐭𝐮𝐫𝐢𝐧𝐠 𝐉𝐞𝐨𝐧𝐠 𝐉𝐚𝐞𝐡𝐲𝐮𝐧 𝐍𝐂𝐓; 𝐜𝐨𝐦𝐩𝐥𝐞𝐭𝐞𝐝』 Coretan tinta hitam di atas putih yang tak sengaja Hajin temukan di dalam lemari sang ibu benar-benar membuat penderitaan hidupnya berakhir, sedikit perjuangan yang mengharusk...