39. THIRTY NINE

325 44 16
                                    

❗VOTE + KOMEN YANG BANYAK❗

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

VOTE + KOMEN YANG BANYAK

»Memaafkanmu, memaafkan diriku sendiri, dan mulai bersyukur atas apapun hal baik yang hadir«

Jaehyun benar-benar sempat hilang akal setelah interaksinya dengan Hajin meski perempuan itu secara terang-terangan menolaknya. Tapi sepercik kebahagiaan itu hadir hanya dengan satu hal yang tak bisa ia lupakan hingga kini. Perempuan itu menyebut namanya dalam tidurnya. Namun itu semua seperti tak diizinkan untuk bertahan lebih lagi, ketika laki-laki itu datang segala rasa sakit kembali menggerogoti hatinya.

“Kau tidak lagi perlu datang, Mark.”

Pukul 7.30 pagi Marklee yang baru saja datang dan hampir meraih gagang pintu berbahan stainless steel itu mengurungkan diri dengan munculnya Jaehyun dari dalam sana. Tidak mengerti apa-apa, Marklee mengangkat kedua alisnya meminta penjelasan.

Helaan napas lelah berhembus kasar dari mulut Jaehyun, laki-laki itu mungkin memang sudah benar-benar kehilangan akalnya. Mengambil jeda sejenak sebelum menjawab, “Tidak, dia membutuhkanmu.” Jaehyun melayangkan dua kali tepukan pada bahu Maeklee dan berniat pergi.

Marklee semakin tak mengerti dengan permainan kata Jaehyun. “Maksudmu?”

Jaehyun yang telah beranjak beberapa langkah kembali terhenti, ia membalikkan tubuhnya membalas pandangan Marklee. “Apa masih kurang jelas?” tanyanya dengan raut wajah yang sulit diartikan. “Dia bahkan mengatakannya padamu.”

Terdiam cukup lama mencerna segala ucapan tak berdasar tersebut, Marklee tahu ‘dia’ yang dimaksud adalah Hajin. Mencoba mengingat hal apa yang pernah dikatakan perempuan itu padanya. Astaga, Mark benar-benar gila jika melupakan hal tersebut. “Hyung... kau percaya itu?”

Menarik napas panjang, Jaehyun mengalihkan netranya pada sembarang arah, ia terkekeh kecil mendengar pertanyaan yang keluar dari bibir Marklee.

“Emosinya kemarin benar-benar tidak stabil, kau tahu apa yang terjadi.”

“Tentu saja.” Jaehyun kembali menatap kedua manik coklat gelap milik Marklee. “Tentu saja aku tahu apa yang terjadi. Dia seperti itu karena aku, dan sekarang yang dia inginkan adalah kebahagiaan. Dan apapun itu yang ia katakan adalah keinginannya untuk kebahagiaan, dan yang ia katakan adalah menikah denganmu.”

Marklee benar-benar tak habis pikir atas pemahaman Jaehyun, ia tahu laki-laki itu pasti tengah terbakar api cemburu. “Hyung... seharusnya kau tak berpikir sejauh ini, apa yang Hajin katakan hanya omong kosong tak berdasar.”

“Bagaimana kau bisa menyuruhku untuk tidak memikirkannya sedangkan dia masih berstatus sebagai istri sah ku?!”

Perdebatan mereka terdengar semakin sengit hingga suara keduanya menggema di sepanjang lorong.

“Hajin hanya— Hajin pasti hanya merasa buntu dengan ini semua. Apa yang ia katakan hanyalah spontanitas tak bernalar.” Marklee mencoba untuk tetap tenang dan tidak meninggikan suaranya terhadap perdebatan ini, ia sudah menganggap Jaehyun seperti kakak kandungnya.

IN LIFE SPRING | Jung Jaehyun ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang