20. TWENTY

495 66 8
                                    

“Apa quotes hari ini?”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Apa quotes hari ini?”

—Bukan keahlian yang menunjukkan siapa kita sebenarnya. Melainkan pilihan yang kita ambil—

"Jaehyun, bangun, kau harus berangkat kerja."

Hajin yang sudah lebih awal bangun memasuki kamar berniat untuk mengambil pakaian kotor untuk dicuci, ia sedikit berteriak membangunkan Jaehyun yang masih nyenyak bergelut dengan mimpinya.

Melihat Jaehyun yang hanya mengubah posisi tidurnya, Hajin menyibak gorden lebar-lebar memerintah cahaya matahari pagi yang bersinar terang masuk ke dalam kamar, guna merutuki mata Jaehyun dengan cahaya yang menyilaukan tersebut.

Namun, bukannya segera bangun, lagi-lagi Jaehyun malah membenarkan selimutnya hingga menutupi kepala, menghalangi sinar matahari yang mengganggunya.

Hajin yang melihatnya menghela napas pelan. Ia meletakkan pakaian kotor yang sudah ia angkati ke sofa kecil di sudut ruangan, kemudian berjalan mendekati tubuh Jaehyun, menyibak selimut yang menutupi kepala laki-laki itu.

“Bangun! Sudah hampir pukul delapan,” ucap Hajin sembari mengguncangkan tubuh laki-laki tersebut.

Jaehyun yang sudah membuka mata kantuknya menatap Hajin. “Bukankah ini libur musim dingin?” tanyanya dengan suara serak.

“Hah? Ya, benar, libur musim dingin. Tapi untukku. Kau harus tetap bekerja.”

Jaehyun menghela napas lemah sebelum berucap, “Tidak mau.” Kemudian laki-laki itu kembali memposisikan tubuhnya untuk kembali tertidur.

“Apa maksudnya tidak mau?! Bangun!” Hajin menarik kuat lengan besar Jaehyun. “Hey! Apa kau tidak ingat jika kau menikahiku untuk mendapatkan perusahaan itu? Lalu setelah kau menikahiku—”

Kata-kata itu, sejujurnya Hajin tidak pernah ingin mengungkitnya lagi. Ia sudah menerima semua takdir yang berjalan di hidupnya. Tetapi mungkin ia harus sekali-kali membuat perhitungan dengan Jaehyun.

“Iya, iya, iya. Aku bangun.” Setelah mendapat cerocosan dari Hajin, Jaehyun langsung mendudukkan dirinya. Ia mendongak menatap Hajin yang masih berdiri di sebelah tempat tidur. Beberapa detik mereka saling beradu tatap berlomba memancarkan manik kecoklatan yang terbasahi mentari pagi, menimbulkan refleksi samar antara keduanya yang tampak begitu indah dari sana.

“Benar, dulu memang karena itu. Tapi sekarang tidak.” Sembari mengucapkan kalimat tersebut Jaehyun menarik pinggang ramping Hajin, melingkarkan lengan besarnya di sana kemudian menenggelamkan kepalanya di perut perempuan itu.

Hajin terdiam sejenak mencermati perkataan Jaehyun barusan, ia mengerutkan alis tak mengerti tanpa menggubris perlakuan yang Jaehyun buat. “Maksudnya?”

Hening. Tidak ada jawaban. Hajin kira Jaehyun kembali terlelap. Namun, sebelum ia ingin menyadarkannya laki-laki itu sudah terlebih dahulu mendongakkan kepalanya, sembari memasang senyuman hingga mencetak puppy eyes nya di sana, kedua lesung juga membuat Hajin semakin menambah rasa untuk tidak ingin menggigit hidung laki-laki yang tengah memeluknya kini.
“Maksudnya... Ppoppo*,” ucap Jaehyun sembari menunjuk pipi kanannya.

IN LIFE SPRING | Jung Jaehyun ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang