5. FIVE

629 89 32
                                    

VOTE YA, SAMA KOMEN, JANGAN LUPA!!!! 🔊🔊🔊🔊🔊

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

VOTE YA, SAMA KOMEN, JANGAN LUPA!!!!
🔊🔊🔊🔊🔊



• You're my happiness. Please be mine •

Semenjak hari dimana ia mendengar vonis mematikan itu, Hajin sama sekali tidak ingin keluar dari dalam kamarnya. Ia terus mengurung dirinya, mencari cara bagaimana agar semuanya tidak terjadi.

Ia tidak ingin menikah. Maksudnya, ia tidak ingin menikah di usia semuda ini. Apalagi dengan orang yang sama sekali tidak ia kenal. Hajin akan menikah, tapi nanti, dengan orang yang dicintainya.

Ah, sebenarnya Hajin tidak ingin memikirkan hal tentang pernikahan, ia masih muda untuk memikirkan hal itu, tapi tidak bisa, keadaan yang memaksanya untuk memikirkan hal tersebut.

"Hajin," panggil Ibu dari luar kamar sembari mengetuk pintu beberapa kali. "Hajin, buka pintunya. Ibu harus berbicara denganmu."

Sebenarnya Hajin masih belum ingin bertemu dengan Ibunya, mengingat perkataan Jung Jinwoon waktu itu saat ia mengatakan jika semua orang sudah mengetahui. Berarti Ibunya juga mengetahui, bahkan Ibu menyetujuinya? Yang benar saja?! Hajin semakin kesal dibuatnya.

Tapi Hajin merasa tidak enak, ia tidak ingin mendapat cap sebagai anak durhaka, ia sangat menyayangi Ibunya. Dengan berat hati, Hajin menepis rasa egoisnya dan pergi menemui Ibu.

Saat Hajin membuka pintu kamarnya perlahan, ia mendapati Ibunya yang langsung memeluknya. Ibunya benar-benar merasa khawatir, karena dirinya sama sekali tidak ingin keluar dari kamarnya, bahkan hanya untuk sekedar makan.

Ibu melonggarkan pelukannya, menatap Hajin dengan raut wajah yang penuh dengan ke khawatiran. "Hajin, sayang. Kau tidak boleh seperti ini. Dengarkan kata Ibu. Ibu tidak bermaksud menyembunyikan semua ini, tapi Ibu ingin kau mendengarnya sendiri dari Tuan Jung."

"Maaf, maaf Ibu. Aku tidak ingin bersikap egois, tapi aku masih terlalu muda untuk... untuk.. " Cairan bening luruh dari mata Hajin sebelum ia menyelesaikan kalimatnya.

Sebagai seorang Ibu, Haesoo juga bisa merasakan apa yang anaknya rasakan. Ia tau jika putrinya tidak menginginkan ini semua, terlebih lagi ia juga tidak mengenal sama sekali meskipun dia adalah putra Jung Jinwoon sekalipun.

Haesoo menggiring Hajin, mendudukannya di pinggiran ranjang di dalam kamar putrinya. Kedua tangan wanita dengan surai pendek itu menangkup kedua sisi lengan putri cantiknya. "Ibu tahu, kau pasti sangat marah dengan ini. Tapi coba dengarkan penjelasan Ibu."

Hajin mengangguk menanggapi, ia akan mendengarkan apapun yang akan dikatakan Ibunya, meskipun itu membuatnya jatuh sekalipun. Tapi ia percaya, Ibunya tidak mungkin melakukan hal seperti itu kepadanya.

Haesoo mengusap pipi Hajin, menghapus sisa-sisa air mata di sana, lalu mulai berbicara, "Kau tahu, Ayahmu dengan Tuan Jung itu sudah berteman sangat lama, bahkan sebelum Ibumu ini mengenal Ayahmu sekalipun. Kita menjodohkan kalian bukan tanpa alasan, kita punya alasan. Karena Ayah sekarang sudah tidak ada, jadi Ibu yang menyampaikan hal ini. Ayah dan Ibu ingin kau bahagia, Ibu tidak bisa membahagiakanmu, Ibu tidak punya apa-apa."

IN LIFE SPRING | Jung Jaehyun ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang