VOTE+KOMEN JANGAN LUPA BEB 💗
»Banyak alasan yang aku buat yang memang sebenarnya aku tidak menginginkan kamu pergi«
Rintikan air yang yang jatuh dari langit menetes membasahi jendela kaca menampilkan hiruk-pikuk kota Seoul malam ini, meski hujan deras tak begitu menyurutkan aksi mereka. Lampu-lampu kendaraan bermotor melaju saling berlawanan, membuat jalanan kota yang basah berkilauan di antaranya.
Kepala Hajin menengadah menatap langit malam yang begitu gelapnya tanpa hiasan sekecilpun. Bintang-bintang pun enggan memunculkan atensinya seakan tak ingin disengat dinginnya suhu udara. Hajin merapatkan mantel coklatnya yang membalut pakaian rumah sakit berkain tipis. Di atas kursi roda dirinya terduduk dengan pergelangan tangan kiri yang masih tersambung selang infus.
Jam dinding berjalan menuju angka sembilan, Hajin bahkan sudah bosan meratapi nasib hidupnya setiap malam begini. Namun tidak ada yang bisa ia lakukan selain bergelut dengan pikirannya terhadap hidupnya sendiri. Kedua tangannya terpangku mendekap perut rata nya, ia masih belum percaya jika ada nyawa yang hidup disana. Setelah kabar kemandulan nya yang bahkan belum bisa ia terima, kemudian dikejutkan dengan terungkapnya kasus pembunuhan sang ayah beberapa tahun silam ternyata dilakukan oleh suaminya sendiri, kini ia juga harus menerima kabar kehamilan di waktu yang sangat tidak tepat.
Mungkin jika ‘dia’ tidak datang, Hajin bisa saja menggugat perceraian dan melaporkan Jaehyun ke polisi saat ini juga. Tapi ia menjadi terus-terusan terkepung dalam belenggu rumit tak berujung karenanya.
Kemungkinan terbesar adalah Hajin tetap menceraikan Jaehyun, ia benar-benar terlampau kecewa dengan laki-laki tak bertanggungjawab itu. Tapi, Hajin tidak bisa memutuskan apakah ia akan melaporkan laki-laki itu ke polisi. Hajin terlampau bodoh perihal hukum negara, hukuman apa yang akan dijatuhkan kepada laki-laki itu nantinya. Apakah nyawa dibalas setimpal?
Tidak, Hajin tidak benar-benar ingin berpisah dengannya. Maksudnya, laki-laki itu tidak harus pula meninggalkan kewajibannya sebagai seorang ayah. Ia harus menghidupi anaknya ketika lahir nanti. Terlebih lagi, Hajin tidak memiliki bukti apa-apa selain pengakuan laki-laki itu sendiri yang tidak sengaja terdengar oleh rungunya.
Hajin tidak pernah tahu jika jatuh ke air pun dapat mengalami benturan hingga menyebabkan cidera. Karena hal itu punggungnya terasa begitu nyeri saat ia mencoba untuk beranjak. Bahkan hingga saat ini tidak bisa berjalan sepenuhnya tanpa bantuan orang lain. Kakinya terasa kaku untuk digerakkan. Jadi bagaimana Hajin harus beranjak dari kursi roda ke ranjang?
Perempuan bermanik selayak madu itu menyuruh Marklee pulang sore tadi sebelum matahari tenggelam. Laki-laki itu juga butuh waktunya, tapi mengapa Marklee selalu merelakan waktu berharga miliknya untuk menjaga Hajin? Apakah pria Jung itu juga memperkerjakan temannya sendiri untuk mengurusinya?
Entahlah, pikiran Hajin sudah terlalu lelah menerka kemungkinan-kemungkinan yang memang bisa saja terjadi. Hujan di luar belum juga reda, lampu ruangan sudah disetel temaram sebelum Marklee pergi meninggalkannya. Hajin memperhatikan sandal dengan kain beludru yang ia kenakan, cukup untuk menghangatkan telapaknya dari besi penyangga kaki pada kursi roda yang dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
IN LIFE SPRING | Jung Jaehyun ✓
Fiksi Penggemar『𝐟𝐞𝐚𝐭𝐮𝐫𝐢𝐧𝐠 𝐉𝐞𝐨𝐧𝐠 𝐉𝐚𝐞𝐡𝐲𝐮𝐧 𝐍𝐂𝐓; 𝐜𝐨𝐦𝐩𝐥𝐞𝐭𝐞𝐝』 Coretan tinta hitam di atas putih yang tak sengaja Hajin temukan di dalam lemari sang ibu benar-benar membuat penderitaan hidupnya berakhir, sedikit perjuangan yang mengharusk...