『𝐟𝐞𝐚𝐭𝐮𝐫𝐢𝐧𝐠 𝐉𝐞𝐨𝐧𝐠 𝐉𝐚𝐞𝐡𝐲𝐮𝐧 𝐍𝐂𝐓; 𝐜𝐨𝐦𝐩𝐥𝐞𝐭𝐞𝐝』
Coretan tinta hitam di atas putih yang tak sengaja Hajin temukan di dalam lemari sang ibu benar-benar membuat penderitaan hidupnya berakhir, sedikit perjuangan yang mengharusk...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
•Segala itikad baik harus berumur panjang•
Ricuh yang mengisi kepala Jaehyun kepalang ramai. Seperti waktu yang terus terusan tanpa jeda. Entah ke mana Jaehyun harus menyandarkan tubuh demi berdamai dengan diri sendiri. Malu jika ia harus mengaduh pada sesosok wanita pemegang tahta tertinggi dalam hidupnya, sang ibu. Tapi bagaimana pun, si anak ibu memiliki titik lemahnya juga.
Tapi rasanya seperti tidak etis sebab ia sudah menjadi tempat sandaran bagi perempuan lain. Namun, sampai saat ini sudah hampir seminggu lamanya perempuan itu masih juga tak ingin bersandar di pundaknya.
Tidak hanya Hajin, tidak hanya perempuan. Jaehyun juga boleh menangis, ia juga menangis dalam kesendiriannya. Siapa yang tidak patah, siapa yang tidak hancur ketika tahu masa depannya tidak akan pernah ada.
Tidak hanya menangisi diri sendiri, Jaehyun pun memikirkan betapa sakit hatinya Hajin. Perempuan itu selalu mendambakan buah hati. Setiap malam Jaehyun melihat perempuan itu diam-diam memandangi foto-foto bayi dengan pakaian menggemaskan. Seperti begitu menginginkannya untuk diberikan kepada anaknya sendiri.
Tetapi, angan-angan itu mau tidak mau seperti harus dibakar habis-habisan. Disiram abu nya dengan bergalon-galon air agar hanyut hilang tanpa sisa.
Sejujurnya Jaehyun lelah, tetapi ia tahu jika kabar duka bahkan sebelum lahir adalah yang paling menyakitkan. Jaehyun penat, Jaehyun ingin menyerah, tapi tidak bisa. Tidak hanya satu tanggung jawab yang menunggang di pundaknya. Perusahaan yang baru ia rencanakan untuk masa depan baru saja dibangun, tetapi ia sudah kehilangan itu semua. Hal mustahil jika ia ingin menyerah dan menghentikan ini semua. Bagaimana pun, ia harus tetap melangkah maju meski dengan semangat yang berbeda. Segala itikad baik harus berumur panjang.
Dalam satu minggu terakhir hanya cairan alkohol yang dapat menghangatkan tubuhnya. Setiap malam tenggorokannya disapa oleh air haram tersebut. Sebetulnya Jaehyun benci mabuk saat sedang kacau seperti ini. Ia lebih suka mabuk saat tengah bahagia. Terakhir kali dirinya yang hampir mabuk di kelab malam beberapa tahun yang lalu, mengingatkannya saat pertama kali bertemu dengan Hajin. Mungkin sampai sekarang perempuan itu masih tidak tahu siapa laki-laki yang ditubruknya saat malam memabukkan itu.
Aarrgghh... mengingat masa lalu membuat kepala Jaehyun semakin pening. Ia akan mengambil satu botol lagi untuk malam ini. Ia rasa malam kemarin dirinya menyetok 3 botol wine di kulkas dapur, tapi sekarang tinggal 2 yang tersisa. Entah, ia tak sadar telah mengambilnya atau memang dirinya hanya membeli 2 botol. Mungkin karena terlalu pusing saat Jaehyun membelinya hingga tak ingat dengan pasti. Pria itu mengambil satu botol dari dalam kulkas dengan segera dibawanya menjauh ke ruang tengah untuk dinikmatinya seorang diri sembari menyalakan apapun yang akan ditampilkan layar selebar 40 inci dihadapannya.
Dengan suara samar-samar televisi menyala, Jaehyun mulai membuka tutup botol cairan merah pekat dengan gelas tinggi menjadi teman kesendiriannya. Kepalanya hanya terus menunduk tanpa memperdulikan suara ricuh dari drama keluarga yang televisi itu tampilkan. Pertengkaran tersebut semakin membuat kepala Jaehyun pening, hingga saat suara kaca pecah pria itu mengangkat kepalanya tak tahan untuk segera mematikan televisi tersebut.