"Maafkan aku."
"Kau minta maaf untuk apa lagi?" Kyra mengalihkan pandangan setelah mengembuskan napas lirihnya.
"Untuk banyak hal yang telah aku lakukan," jawab Jimmy, sembari terus menatap pada Kyra yang terlihat semakin jengah. "Baik di masa lalu, maupun soal kejadian tempo hari bersama ibuku."
"Aku sudah memaafkan semuanya." Kyra menjawab begitu cepat, hingga membuat Jimmy hanya bisa terdiam selama beberapa detik.
"Benarkah?"
"Bukankah itu jawaban yang kau inginkan? Kau meminta maaf untuk aku maafkan, kan?" Kyra menaikkan sebelah alisnya.
"Kenapa begitu mudahnya bagimu mengatakan itu?"
"Memangnya, ada sesuatu yang harus aku persulit? Aku ingin semua masalah cepat selesai. Supaya kita tidak usah lagi membicarakan ini," tegas Kyra.
"Aku sadar, kesalahanku padamu sangat besar. Kau bisa bebas menamparku, atau membalas dengan kata-kata yang lebih menyakitkan." Jimmy mencoba meraih lengan Kyra, tapi gadis itu buru-buru menjauh.
"Itu melelahkan, aku tidak pernah mau menyimpan dendam pada siapapun. Aku tahu, itu tak ada gunanya. Aku ingin hidup dengan tenang, tanpa harus mempermasalahkan apapun." Kyra menjawab dengan nada suara yang lebih pelan dari sebelumnya.
"Tapi, Kyra---,"
"Berhentilah mempersulit hal-hal semacam ini. Kenapa kau selalu saja membuat sesuatu jadi lebih pelik, jika itu bisa diselesaikan dengan cepat?"
Tapi tidak lama, Kyra kembali terlihat kesal pada Jimmy.
"Dengarkan perkataanku baik-baik."
Ada jeda selama lima detik, sebelum Kyra melanjutkan kalimatnya.
"Aku sudah memaafkanmu untuk apapun itu. Aku sudah tidak mau memiliki urusan denganmu. Aku rasa, sudah cukup bagimu untuk meminta maaf padaku.
Semua masalah kita sudah selesai.
Anggap saja semua tidak pernah terjadi. Atau bahkan, anggap saja kita tidak pernah saling mengenal."
Jimmy membulatkan matanya dengan kalimat yang terakhir Kyra ucapkan. "Kenapa harus seperti itu?"
"Menganggap kita adalah dua orang asing, itu lebih baik. Supaya aku, maupun kau tak terbebani," pungkas Kyra.
"Terbebani oleh apa?" Jimmy melangkah maju, lalu memegang kedua lengan Kyra yang kini tengah menundukkan kepalanya.
"Oleh semua kenangan yang pernah kita lewati," lirih Kyra.
"Kyra! Aku tidak akan mungkin melupakan itu semua! Kenapa mudah sekali bagimu."
"Mudah apanya? Apakah lima tahu itu waktu yang sebentar, bagiku untuk memutuskan apa yang harus aku lakukan? Bukankah kau yang selalu menganggap mudah? Memutuskan hubungan denganku, bahkan berpacaran dengan wanita lain. Bukankah itu lebih mudah kau lakukan?!"
Jimmy terdiam, ketika Kyra berkata demikian. Dia tahu, bahwa apa yang gadis itu katakan adalah sebuah fakta.
Ya, sekali lagi dia mengakui bahwa dia memang sudah melakukan hal yang sangat amat bodoh.
Melihat Jimmy yang malah menatap kosong ke arahnya, Kyra pun yang sejak tadi ikut bergeming itu akhirnya tersadarkan untuk segera pergi dari sana, ketika hujan tiba-tiba turun walau masih sebatas rintikan kecil.
Kyra berbalik sembari mengangkat satu tangan untuk menutupi bagian kepalanya. Meskipun sebenarnya itu tak membantu sama sekali.
Dari arah belakang, Jimmy dengan segera melebarkan langkah, dia tak rela jika Kyra pergi begitu saja. Dia menarik tangan Kyra yang otomatis kembali membalikkan tubuhnya. "Berteduhlah di sini bersamaku sampai hujannya reda," kata Jimmy, berusaha mengajak Kyra untuk berdiri di bawah pohon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boyfriend To Stranger
Fanfiction[On Going] Dia adalah sosok manusia yang akan memperlakukan pasangan layaknya seorang ratu. Tapi dia juga menganggap dirinya adalah seorang raja, yang tidak suka dibantah permintaannya. Bagi Jimmy, level pasangannya haruslah yang satu tingkat dengan...