15. Worst Situation

337 102 40
                                    

Sejujurnya, Jimmy tidak tahu di mana kini Kyra tinggal. Semoga saja, gadis itu masih menempati rumah lamanya. Rumah yang memang pernah Jimmy kunjungi dulu.

Dengan modal nekad, dia berangkat pada pagi hari bersama sang ibunda.

Dia sebenarnya bisa saja bertanya pada Samuel jika ingin lebih meyakinkan.

Namun, dia pun sadar betul Samuel maupun Jessica tak bisa dipastikan bisa membantunya lagi.

Saat ini, Jimmy tengah menyantap roti yang ibunya bawa. Ini sarapan paginya, karena tadi dia agak terlambat bangun.

Untungnya, nyonya Anna datang dan membangunkan Jimmy agar segera bersiap.

Bahkan setelah pemuda ini keluar dari kamar mandi, ibunya juga sudah mempersiapkan baju yang akan dia kenakan.

Jimmy bahagia. Setidaknya, awal hari ini dimulai dengan sangat baik.

Hingga, kebahagiaan itu tiba-tiba memudar. Ketika satu kalimat pertanyaan mengudara, dan mampu membuat Jimmy serta merta menahan napasnya.

"Kalau boleh ibu tahu, Kyra kuliah di mana? Dia mengambil jurusan apa?"

Kunyahan di mulut Jimmy terhenti.

Roti yang ada di tangannya pun berakhir terjatuh ke bawah jok mobil.

Nyonya Anna menoleh pada sang putra, yang kini malah terdiam kaku tanpa kata.

"Jim, ibu bertanya padamu."

Jimmy tahu itu. Dia bahkan masih bisa mendengar jelas suara ibunya. Tapi pertanyaan yang dia terima, agak sulit untuk dijawab.

Sejak awal, inilah inti dari permasalahannya.

Soal pendidikan yang sudah pasti menjadi poin penting yang akan keluarganya pertanyakan.

"Kyra ... tidak kuliah, Bu." Jimmy menjawab, walau dengan suara yang bergumam.

"Bagaimana?" Nyonya Anna ingin memastikan, bahwa apa yang dia dengar barusan tidaklah salah.

"Sebenarnya Kyra tidak melanjutkan kuliahnya. Tapi, dia sekarang sudah sukses, dan memiliki usaha sendiri."

"Usaha apa?"

"Konveksi baju," jawab Jimmy tanpa ragu.

"Tukang jahit?"

"Semacam itu, tapi dia bukan tukang jahit." Jimmy berpikir sejenak untuk menjelaskan lebih detail. "Intinya, dia memiliki usaha konveksi baju yang besar. Bahkan setahuku, dia sudah memiliki brand sendiri. Bisa dibilang usahanya sangat sukses, Bu. Penampilan, dan apapun yang dia pakai adalah barang-barang yang mewah."

"Apa itu hal yang luar biasa bagimu, saat memandang seorang wanita?"

"Bagiku, itu luar biasa. Dia wanita baik hati, mandiri dan sukses, walaupun hanya lulusan SMA. Aku rasa, itu sangat cukup bagiku." Jimmy menjawab dengan antusias, sebagai isyarat bahwa dia memang sangat membanggakan Kyra.

"Oh, ya?"

Tapi, hanya itu respons yang nyonya Anna berikan.

Jimmy mengangguk. Dia merasa bingung dengan ibunya yang terus bersikap tenang dengan pertanyaan-pertanyaan singkatnya.

Jimmy tidak tahu, ini pertanda baik atau malah buruk.

Dia hanya berharap ibunya kini bisa memiliki pemikiran yang sejalan dengannya.

Lebih mementingkan perasaan hati daripada gengsi.

•••


"Jadi, di sini rumahnya?"

Boyfriend To Stranger Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang