18. Purpose Of Life

284 89 35
                                    

Apakah kapal Myky masih banyak penumpangnya? Atau malah sudah pindah haluan ke tempat lain?

Makin sepi aja ini, kek kapal titanic yg mulai karam. Hehe.

Duduk menyendiri di sudut ruangan, Jimmy yang baru saja beristirahat dari pekerjaannya itu memilih berdiam diri, dibandingkan harus ikut mengantre untuk mendapatkan jatah makan siangnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Duduk menyendiri di sudut ruangan, Jimmy yang baru saja beristirahat dari pekerjaannya itu memilih berdiam diri, dibandingkan harus ikut mengantre untuk mendapatkan jatah makan siangnya.

Selain tak berselera untuk makan, Jimmy pun merasa tempat ini sangat tak nyaman baginya.

Bukan soal beratnya pekerjaan yang harus dia lakukan. Melainkan perilaku pegawai di sini yang bertindak seenaknya.

Ya, terutama karyawan tetap yang bukan karyawan tambahan seperti dirinya.

Ketika menunduk, Jimmy mendengar suara langkah kaki yang datang ke arahnya.

Dan dia baru mau menengadah ketika langkah tersebut berhenti tepat di hadapannya.

"Usahakan untuk tak melewatkan jam makanmu. Jika sesuatu terjadi padamu, siapa yang repot nantinya?"

Jimmy melirik pada sang pembicara yang tak lain adalah Pak Harry. Pria tua itu bahkan mengulurkan satu kotak makanan di tangannya.

Setelah menatap selama beberapa saat, bukannya menerima, Jimmy malah langsung berdiri dari tempatnya.

"Siapa memangnya? Apakah Anda?" Jimmy menyahut. "Tenang saja, aku tak akan merepotkan siapapun di sini," lanjutnya sembari melengos pergi, meninggalkan Pak Harry.

Jujur, Jimmy masih kesal dengan pria yang sepertinya berumur tak jauh dari ayahnya itu.

Dia menghindar pun untuk menghargai orang yang lebih tua saja.

Jimmy memilih kembali pada pekerjaannya. Bahkan saat semua karyawan belum tiba dari kantin, dia sudah mulai mengangkat kain-kain yang harus dia pindahkan.

"Rajin sekali Anak Baru ini. Apa dia ingin cari muka untuk segera naik jabatan?"

Di pertengahan jalan, ketika tiga gulungan kain tengah berada di atas pundaknya, Jimmy malah mendengar celetukan dari salah satu karyawan tetap yang kini tengah duduk santai di sebuah kursi.

Jimmy tak nyaman mendengar kata-kata itu. Dia pun langsung terhenti, dan berbalik, menatap tajam pada orang yang menyindirnya.

"Seharusnya kau yang tahu diri. Orang lain sudah mulai bekerja, kau malah duduk santai di sini. Apa kau tidak malu dengan seragam yang kau kenakan?" ujar Jimmy dengan beraninya.

"Kenapa? Kau iri padaku, karena aku pegawai tetap di sini?" Pria berkemeja biru muda itu kembali membalas ucapan Jimmy.

Mendengar itu, Jimmy pun lantas menyimpan kain yang dia bawa untuk disandarkan sementara di dinding. "Untuk apa aku iri?"

"Tentu saja kau harus iri. Kau hanya pegawai tambahan, yang mendapatkan gaji yang tak menentu," ledek pria tadi. "Sedangkan kami, duduk santai di sini saja, akan tetap mendapatkan gaji yang sudah ditentukan oleh kantor."

Boyfriend To Stranger Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang