24. Forgotten

265 79 28
                                    

🖤🖤🖤

Jimmy tak paham dengan apa yang Jessica katakan. Dia hanya bisa mengerutkan kening sembari berpikir, sampai sebuah tepukan di bahu yang membuatnya menoleh.

"Karena benturan yang Kyra alami cukup keras, dan dari hasil pemeriksaan yang sudah dilakukan, dokter bilang, ada kemungkinan Kyra akan mengalami amnesia saat dia sadar nanti."

Mendengar itu, Jimmy pun lantas memposisikan tubuhnya menghadap pada sang pembicara. "Sam, jangan bercanda. Kepalaku juga pernah terbentur dengan keras, tapi buktinya, aku baik-baik saja." Dia tak langsung percaya dengan apa yang Samuel katakan.

"Pukulan yang dia terima mengenai salah satu syaraf vitalnya, Jimmy." Samuel memberi penjelasan dengan setenang mungkin.

Tidak mungkin. Jimmy tetap tak percaya.

"Seandainya kau tak egois dan mau mendengarkan, Kyra pasti tidak akan seperti ini." Jessica menarik bahu Jimmy untuk menatap padanya. Sahabat terdekat Kyra ini benar-benar marah. Seandainya tak bisa menahan diri, dia ingin sekali mengeluarkan semua kemurkaannya kepada Jimmy.

"Jess, aku sungguh menyesal."

Jessica menghela napasnya, dia memejam sejenak lalu kembali berujar, "Sudah berapa kali kau menyesali sesuatu? Seharusnya kau bisa belajar dari masalah yang lalu. Jika sudah begini, kita bisa apa?"

Jimmy terdiam. Masalah kali ini memang lebih serius dari sebelumnya. Ini menyangkut keadaan Kyra.

Bagaimana jika gadis itu benar-benar lupa padanya?

Meski saat ini pikirannya lebih berharap agar Kyra lekas sadar dari masa kritisnya. Itu yang terpenting bagi Jimmy.

Perdebatan tadi berhenti, saat tak ada lagi yang bersuara. Sebab itu percuma saja, tak akan bisa mengubah apapun juga.

Jessica kembali duduk di samping Samuel yang terus merangkulnya. Sementara Jimmy sendiri masih tak bisa menyamankan diri untuk hanya sekadar menempatkan tubuhnya di atas kursi.

Dia berdiri sambil sesekali mondar-mandir.

Beberapa saat setelahnya, terdengar suara pintu yang dibuka, menampakkan nyonya Marie yang keluar bersama raut lesunya.

Tatapannya tertuju langsung pada Jimmy.

Yang ditatap ikut stagnan. Ekspresi wajahnya begitu tegang saat tatapan kesedihan dan kekesalan yang ditampilkan ibunda Kyra itu seolah mengikat seluruh bagian tubuhnya.

"Kyra mengalami amnesia. Apa kau senang?" ujar nyonya Marie tanpa basa-basi.

"Bi, mana mungkin aku senang." Jimmy menghampiri, walau dia langsung mendapatkan respons sebuah gestur tangan, agar berhenti mendekat.

"Tapi bagiku, itu sedikit melegakan."

Ucapan wanita paruh baya tersebut sedikit ambigu bagi Jimmy

"Setidaknya, dia akan lupa padamu dan semua kenangan buruk yang kau berikan padanya."

Jimmy tak habis pikir dengan kalimat yang barusan nyonya Marie lontarkan. Tapi dia pun merasa tak bisa mengelak, apalagi membela diri.

Semua kesalahan memang berada padanya.

Kyra seperti sekarang ini karena ulah dia juga.

"Bi, apa maksudmu?"

"Bebaskanlah dirimu, jangan pikirkan Kyra lagi. Kau tidak usah meminta maaf dan datang kemari. Kyra akan baik-baik saja, jika kau tidak lagi berada di sekitarnya."

Boyfriend To Stranger Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang