🖤🖤🖤
Duduk di sebuah halte, Jimmy yang masih kebingungan itu belum tahu ke mana arah tujuannya saat ini.Satu-satunya sahabat yang dulu selalu ada untuknya adalah Samuel. Tapi, dia merasa tak mau merepotkan pemuda itu lagi, karena sudah terlalu sering terlibat dalam masalahnya.
Nekat pergi, mungkin bukan keputusan yang menguntungkan. Tapi, Jimmy tak mau menyerah. Toh, dia juga tahu bahwa risiko seperti ini memang harus dia terima.
Rasa kantuk datang, saat sore semakin menjelang.
Namun Jimmy terperanjat, ketika ada seseorang yang tiba-tiba mengambil sesuatu dari dalam kotak yang dia letakkan di hadapannya.
"Apa kau menjual novel ini?"
"Ini tidak kujual." Jimmy langsung mengambil novelnya kembali dengan gerakan cepat.
"Ah, aku pikir kau menjualnya. Ini novel yang sudah tidak ada di pasaran. Dan sebagai seorang kolektor, aku berani membeli dengan harga sepuluh kali lipat dari harga aslinya," cerocos pria berusia sekitar 40 tahunan itu, mencoba membujuk Jimmy.
Yang diajak bicara malah bergeming. Jimmy tahu dia butuh uang, tapi barang-barang ini terlalu berharga, tak mungkin juga dia rela menjualnya.
Apalagi, dia masih menganggap bahwa semua yang dia bawa ini adalah milik Kyra.
"Dua puluh kali lipat, aku masih berani."
Jimmy mendongak, saat pria yang berada dihadapannya kembali memberikan tawaran. "Kenapa kau berani membayar novel lama ini dengan harga tinggi?" balasnya.
"Karena novel ini sudah langka, dan aku pikir, ini sangat berharga. Jadi, aku berani membayar berapapun demi mendapatkannya." Pria berbaju hitam itu menjawab dengan senyuman meyakinkan.
"Ya, tak jauh berbeda denganmu," jawab Jimmy. "Jika kau menganggap ini berharga, maka demikian juga denganku. Bagiku, novel ini terlalu berharga jika harus aku jual. Jika Anda bersikeras untuk membeli, maka aku pun akan bersikeras untuk tak menjualnya."
Pria itu terdiam sejenak, hingga kembali menanggapi. "Kau yakin? Padahal, aku akan membayarmu, berapa saja yang kau mau."
"Apa Anda belum paham? Aku tidak menjual novel ini." Jimmy berdiri dari duduknya. "Aku tidak akan pernah menjualnya," ulang Jimmy, menegaskan.
"Apa kau benar-benar tidak mau menerima tawaranku?"
"Tentu." Jimmy menjawab dengan singkat tanpa ada rasa ragu sedikitpun.
"Baiklah." Melihat gelagat Jimmy yang memang sulit untuk dibujuk, akhirnya, pria yang seorang kolektor novel itu memilih pergi, walau dengan perasaan yang tak nyaman. Sebab dia tak berhasil, mendapatkan apa yang selama ini dia inginkan.
Jimmy yang tadi berdiri, kini kembali duduk.
Setelah hal tak terduga yang barusan terjadi, Jimmy jadi memikirkan sesuatu yang hampir dia lupakan.
Kebetulan sekali baginya.
Apakah Tuhan sedang bersamanya kali ini?
Karena, dengan datangnya pria tadi, Jimmy jadi kembali ingat, bahwa ada sesuatu yang memang harus dia jual untuk memenuhi kebutuhannya.
Sebuah jam mewah yang kini dia kenakan.
Jimmy ini orang yang pintar. Alasan dia membawa jam pemberian pamannya itu bukan semata-mata karena itu adalah miliknya, dan bukan hak sang ayah.
Tapi, dia memang hendak memanfaatkan itu untuk menjualnya.
Dan sebelum hari kian menggelap, Jimmy memutuskan untuk pergi ke sebuah toko jam yang paling terdekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boyfriend To Stranger
Fanfiction[On Going] Dia adalah sosok manusia yang akan memperlakukan pasangan layaknya seorang ratu. Tapi dia juga menganggap dirinya adalah seorang raja, yang tidak suka dibantah permintaannya. Bagi Jimmy, level pasangannya haruslah yang satu tingkat dengan...