Aku nggak suka bertele-tele. Jadi alurnya bakal cepet ya. Mudah-mudahan masih bisa ngefeel.
🖤🖤🖤
"Mana yang lain? Apa mereka belum datang? Aku kira, aku yang akan paling telat datang. Maafkan aku, aku baru selesai meeting karena ada sedikit kendala tadi."
Jimmy mengulas sebuah senyuman tipis, ketika melihat Kyra yang baru datang, tiba-tiba berucap seolah tanpa jeda. "Tenang saja, mereka juga belum datang."
Mendengar itu, Kyra pun menghela napasnya. Dia bahkan langsung bersandar di kursi karena kelelahan akibat tergesa-gesa. "Astaga, sebenarnya mereka ke mana?" ucapnya sembari bergumam.
"Bukankah ini bukan hal yang aneh?" ujar Jimmy, walau Kyra tak melihat ke arahnya dan malah fokus pada ponselnya. "Sejak dulu, mereka memang sering datang telat, kan? Kita berdua yang selalu datang on time."
Kyra menganggukkan kepalanya. Meski dia belum berani menatap lagi pada Jimmy, karena masih merasa tak nyaman jika hanya berdua saja seperti ini.
Kyra bahkan terus mengarahkan pandangannya ke arah pintu restoran, barangkali ada seseorang yang datang kemari untuk memutus kecanggungannya.
Sepuluh menit hanya diam, dia akhirnya memutuskan untuk memulai percakapan.
Kyra hanya tak mau rasa canggung tersebut terlalu kentara dan malah membuat Jimmy salah paham. "Bagaimana dengan luka di kepalamu? Apa sudah membaik," tanyanya.
"Sudah lebih baik," jawab Jimmy sembari sedikit mengusap lebam yang masih dibalut plester tersebut. "Tapi sepertinya akan lebih baik jika mendapatkan usapan darimu," lanjutnya sedikit menggoda.
Kyra lantas bereaksi dengan mengangkat kedua alisnya. Hatinya sebenarnya sudah berdebar, karena tahu bahwa Jimmy masih berusaha untuk kembali mendekatinya tak hanya sebatas menjadi teman saja.
Jadi, dia pun memilih menanggapi seolah tak terbawa perasaan dengan ucapan Jimmy tadi.
"Oh, seperti ini maksudmu?"
"Aw! Ini sakit, Kyra."
Jimmy tak menyangka Kyra akan meladeni apa yang dia katakan. Lebih-lebih, dia pun tak mengira Kyra malah mengusap lukanya dengan usapan yang cukup keras.
Tangan Kyra mengusap penuh tekanan.
"Astaga, kau bilang tadi butuh aku usap agar cepat sembuh." Kyra berbicara begitu santai, padahal dia tahu Jimmy serius kesakitan.
"Tapi yang barusan bukan usapan, Kyra." Jimmy berujar dengan nada suara yang lembut, meski kini dia merasakan luka di pelipisnya kembali berdenyut.
"Kau tahu kan, kalau orang lapar itu harus makan?"
"Ya tentu saja, aku tahu." Jimmy mengerutkan keningnya, tanda tak mengerti, mengapa Kyra malah mengubah topik pembicaraan.
"Jika makannya lebih banyak, pasti laparnya akan cepat hilang, kan?" Kyra menjeda ucapannya. "Jadi, jika lukamu diberikan usapan yang lebih keras, itu akan lebih cepat sembuh juga, kan?" sambungnya, mengada-ada.
"Ya ampun, teori dari mana itu?" Jimmy tak bisa marah, dia menggelengkan kepalanya karena merasa bahwa Kyra masihlah Kyra yang dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boyfriend To Stranger
Fanfiction[On Going] Dia adalah sosok manusia yang akan memperlakukan pasangan layaknya seorang ratu. Tapi dia juga menganggap dirinya adalah seorang raja, yang tidak suka dibantah permintaannya. Bagi Jimmy, level pasangannya haruslah yang satu tingkat dengan...