-2-

120K 9.9K 87
                                    

Seminggu sudah Riana di rawat di rumah sakit, kini keadaan Riana mulai membaik, bahkan dokter sudah memperbolehkan ia untuk pulang.

"Udah semua kan barangnya?" tanya Mama Riana lembut.

"Udah kayak nya,"sahut Riana sekenanya, ya memang ia tidak tau apa-apa, ia sungguh tidak mengetahui yang mana saja barangnya. Hampir saja ia menggandol bantal rumah sakit itu.

"Eh tunggu dulu kata Papa tadi dokter masih mau meriksa kamu dulu," balas Mama Riana kembali duduk di sofa empuk yang ada di ruangan itu.

Tak lama kemudian ia melihat sosok putih-putih datang dari arah pintu, bukan, bukan malaikat atau semacamnya.

Tapi Riana pun tak tau pasti, pandangan nya sekarang seperti kamera yang nge-blur.

Mungkin karena benturan keras itu membuat penglihatan nya kurang bagus, pikir Raena.
Sampai saat ini dia masih berpikir ini bukan kenyataan melainkan mimpi.

Perlahan-lahan putih-putih itu mulai terlihat jelas, ahh! Ternyata dokter guys, padahal Raena sudah panik tadi.
Maklum dia orangnya emang parno-an.

"Saya periksa Riana nya dulu ya buk," ujar sang dokter meminta izin dari Mama Riana.

"Ah iya silahkan dok," balas Mama Riana lagi.

"Riana sudah mulai membaik,hari ini juga sudah bisa
pulang, tapi saya sarankan, kalau bisa Riana nya harus istirahat yang baik dulu, jangan kelelahan dulu, tadi waktu saya cek, detak jantung nya masih belum normal," jelas sang dokter tampan.

"Dokter bangs*t jantung gua sekarang juga nggak normal gara-gara Lo, aishh sial*nnn!! Lagian kenapa ganteng banget sih?!!" Gerutu Riana dalam hati.

Mama Riana terkekeh, ia tau apa pikiran anaknya itu, bahkan dia juga jantungan saat di tatap dokter tampan itu, eh? Ingat Suami Makk.

"Yaudah saya permisi ya buk, 1 Minggu lagi Riana nya dibawa kesini lagi untuk check up,"ujar Dokter tampan itu melebarkan senyuman indahnya sebelum pergi meninggalkan ruangan itu.

Hal itu tambah membuat Riana melongo, kalau di periksa sama dia bukannya sembuh malah tambah sakitttt.

"Udah ah, ngeliatin nya gitu amat," ledek Mama nya terkekeh melihat tingkah laku Riana yang tersenyum malu-malu.

"Apaan sih Mah, ekhemm," ucap Riana tak jelas, salting sendiri jadinya aduhhh.

"Udah ayo mah, kita let's go ke rumah," ujar Riana, ia sudah membayangkan sebesar apa rumah keluarga nya nanti, keluarga nya(?)

"Anjay ini mobil pasti mahal banget, ginjal gua dijual juga nggak akan dapet," pikiran Riana bercabang kesana-kemari, berpikir keras tentang apa yang terjadi di kehidupan nya ini, walau belum juga membuahkan hasil, sebenarnya ia sudah menduga suatu hal, tapi ia masih bersih keras kalau itu cuman fiksi, itu tidak akan terjadi tapi? Ah sudahlah.

Mama Riana tersenyum memandangi anak semata wayangnya dari samping, entah apa yang terjadi tapi ini sungguh membingungkan, setelah Riana di cek lebih lanjut, tidak ada yang terjadi di sel-sel atau di dalam kepalanya. Bahkan dokter juga bingung kenapa Riana bisa lupa ingatan. Ini hal yang pertama kali bagi mereka.

Namun Mama Riana tidak memusingkan hal itu, yang terpenting sekarang anak nya masih ada, dan masih di sisi nya, itu sudah lebih dari cukup baginya, bahkan ia sangat-sangat bersyukur kepada Tuhan, karena ia masih diberi kesempatan merawat anak nya itu untuk lebih dewasa lagi.



"Wuahhh,"kagum Riana melihat Rumah nya sekarang, sungguh jauh dari ekspektasi nya, ia hanya berpikir rumahnya nanti hanya rumah minimalis bertingkat tapi ternyataaa

Rumah itu sudah bisa dikatakan mansion, warna putih mendominasi rumah itu, ukiran-ukiran yang cantik membuat siapa saja tau bahwa rumah itu di buat oleh arsitek terbaik, juga dengan bandrolan harga yang jauh dari kata murah.

"Gila, nggak bisa nih, gua bisa gila lama-lama nih," Giman Riana menggelengkan kepalanya tak percaya, sejak kapan rumah nya ter-upgrade jadi seperti ini?ini sangat...mustahil.

"Bangun, bangun, bangun nggak Lo," ujar Riana sembari memukul kepalanya, berusaha untuk membangun kan dirinya dari mimpi aneh ini.

"Eh, eh Riana kenapa nak? kepalanya kok di pukul-pukul? ada sakit? Kalau sakit, panggil Mama aja biar Mama aja yang pijitin, apa perlu kita ke rumah sakit lagi? jangan di pukul-pukul kaya gini," raut wajah Mama Riana terlihat sangat panik, bagaimana tidak panik, anak nya ditungguin dari tadi nggak masuk-masuk, eh pas di liat balik, malah berdiri sambil mukul-mukul kepalanya sendiri.

"Ah? enggak Mah, kayaknya Riana cuman butuh istirahat aja, kamar Riana yang mana ya? Boleh tunjukkin ke Riana?"tanya Riana pelan.

"Beneran? Yaudah ayo Mamah antar ke kamar kamu," balas Mama Riana masih sedikit khawatir.

Riana hanya terdiam,melirik kesana kemari, isi rumah itu benar-benar mewah, ia masih belum menyangka kalau ia berada di posisi ini.

Sepanjang jalan menuju kamarnya yang ternyata berada di lantai dua, banyak barang-barang mewah di lewatinya, guci guci indah, lemari hias yang terukir indah, sofa yang Riana tak tau ada berapa set dan masih banyak lagi, ia belum siap melihat kamarnya, pasti nanti dia spot jantung lagi.

Jadi gini rasanya jadi OKB pikir Raena.

"Yaudah kamu istirahat dulu ya, kalau ada apa-apa panggil Mama aja, Mama ada di bawah, kalau kamu bangun, kamu ke meja makan aja, kalau bingung ruang makan dimana, tanya bibi-bibi yang ada di sini aja ya," Jelas Mama Riana

"Iya mah," balas Riana singkat.

"Mah,"panggil Riana lagi sebelum Mama nya pergi.

"Iya?"sahut Mama nya.

"Makasih....untuk semuanya."jawab Riana tersenyum manis.

Mama Riana hanya ikut tersenyum, mengecup pucuk kepala Riana sebelum ia benar-benar keluar dari kamar Riana.

Tbc.

Tunggu aja tunggu saya lagi mikir keras buat lanjutin nih cerita

Si Culun Glow Up [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang