Hallo-!! Setelah sebulan lebih, baru nongol ke permukaan huhuhu.
Riana duduk di pojok kamarnya, dengan kedua airpods menyumpal telinga nya.
Lembaran halaman novel terus ia balik, namun tak satu kata pun yang ia baca, pikiran nya samar-samar mengingat suatu kejadian.
Menggeleng kan kepalanya ke kiri dan ke kanan, aneh, rasanya ingatan itu terus memasuki pikiran nya, namun tidak jelas apa yang sedang terjadi.
"Bodo amat gila, mending gue tidur, cukup di novel-novel aja yang kehidupan nya penuh misteri, di gue nggak usah, cukup hidup gue cuman makan, tidur, sekolah, nggak usah yang aneh," ujar nya tiba-tiba kesal sendiri karena ingatan pendek itu mengganggu nya.
Ia membanting buku novel yang ada di tangan nya ke atas meja, lalu menjatuhkan tubuhnya ke ranjang empuk nya.
"Nah gini kan enak, ngapain coba dari tadi di kursi kayu yang keras kayak gitu," gerutu nya sembari memeluk guling teman nya tidur.
Beberapa menit kemudian Riana sudah merasa sadar tak sadar, hingga kemudian memilih menutup matanya sepenuhnya.
"Ege orang nya di dalam, ngapain Lo ngoceh disini!"
"Ya habis nya kesel gila, gara-gara dia Ten nggak suka lagi sama gue, dia nggak kenal apa sama gue?!" Emosi seorang gadis bersama kedua teman nya yang sedang berdiri di depan pintu.
"Udah ah, dari pada Lo ngoceh nggak jelas disini mending ayo masuk, di depan udah dipastiin aman," kesal gadis lainnya, sebenarnya ia ingin jalan berdua dengan pacarnya namun karena teman nya yang sedari tadi mengoceh tak jelas ini, ia harus mengundur jadwalnya.
Mereka bertiga membuka pintu kayu itu, ini rumah yang tak pernah dihuni walaupun isinya yang cukup mewah.
Di depan mereka sudah terdapat kolam renang yang cukup luas dengan seorang gadis terikat di kursi di tengah-tengah kolam itu.
Gadis itu memandang sayu ke arah mereka bertiga.
"Ini yang ngerencanain siapa?" tanya salah seorang dari mereka, merasa tak tega.
"Gue kenapa? Kan ini udah paling bagus," ujar teman nya yang sensian tadi, merasa perbuatan nya itu sudah keren.
"Ini nggak terlalu berlebihan?" Tanya gadis itu lagi, ia juga menyadari kalau air terus berjalan memenuhi kolam itu, sekitar 10 menit lagi maka gadis itu akan tenggelam sepenuhnya dengan kondisi terikat di kursi.
"Udah lah nggak usah bacot, yang penting Lo berdua udah liat kan gimana yang gue maksud, yaudah ayo cabut jangan lupa matiin lampu nya," ujar gadis sensian itu lalu pergi mendahului mereka berdua, sudah tak sabar mungkin bertemu dengan pacarnya.
"Gilaa, gue curiga dia itu psikopat," ujar gadis yang mengetuai geng aneh mereka sembari terkekeh.
Namun tak urung ia benar-benar mematikan lampu yang ada di dekat nya, menjadikan suasana ruangan itu semakin mencekam.
Gadis yang ada di tengah-tengah kolam itu meronta, namun berhenti karena takut kursi nya akan jatuh dan dia akan tenggelam lebih awal.
Ia menangis tersedu-sedu ingin berteriak namun benda hitam yang lengket menutup mulutnya.
Ia menatap memohon kepada satu gadis lagi yang masih ragu melangkah untuk meninggal kan nya di ruangan gelap dan dingin ini.
Namun kepalanya tertunduk, harapan nya pupus saat gadis itu juga ikut melangkah pergi meninggalkan dirinya di dalam kolam yang airnya mulai menjalar naik ingin menelannya.
Ia menangis, menggerakkan kedua tangan dan kakinya berharap tali yang mengikat nya akan lepas meskipun ia tau cara itu tidak akan berhasil.
Dada nya semakin sesak kala air sudah setinggi bahunya, air itu seperti menekan dada nya, membuat ia memerlukan banyak udara untuk melegakan pernafasan nya, namun dengan kondisi mulut yang tertutup membuat semuanya semakin rumit, ia mendongak, mencegah air itu mengenai wajahnya.
Ia kedinginan, ia kekurangan oksigen, ia juga panik kala air masih terus bertambah.
Ia meronta pelan, hingga akhirnya ia tiba-tiba terdiam membeku.
Ia pasrah, ia lelah, dan memilih menutup mata, ia membiarkan air mulai menutupi mulutnya, apapun yang terjadi ia tidak peduli lagi, ia pasrah pada takdir nya.
Entah mengapa nasib buruk selalu menimpanya, ia lelah fisik maupun psikis.
Kalau bisa memilih ia ingin pergi dari tubuh nya ini lalu pergi ke kehidupan lain, ia tidak ingin disini, sungguh!
Gadis itu tersadar, ia ingat mengapa ia disini, dikamar nya.
Kalau kalian berpikir ia akan diselamatkan oleh laki-laki tampan, dengan julukan pangeran sekolah, yang memiliki insting kuat bahwa ia sedang dalam bahaya maka kalian salah!
Tak berapa lama saat ia mulai pasrah, pintu kembali terbuka dengan seorang penjaga rumah itu datang menyelamatkan nya dari kematian atau lebih tepatnya suruhan si gadis iblis tadi untuk menyudahi siksaan yang diberikan untuk nya yang sekian kalinya.
Ia menghela nafas kasar diikuti satu bulir air mata turun membasahi pipinya.
Ia meringkuk menenggelamkan tubuhnya di balik selimut tebalnya, satu dua bulir air mata jatuh mengenai bantalnya.
Selimut itu tersibak muncul gadis yang cantik dari baliknya.
"Gilaa mimpi apaan, kayak nyata banget buset, sampe keringatan gini,"
ujar Riana merasa tak wajar dengan mimpi yang baru dialaminya."Lagian udah panas, AC nggak dinyalain ngapain coba selimutan sampe atas kayak gitu," terdengar omelan dari mamanya yang baru saja memasuki kamar nya.
Untung saja mama nya hanya mendengar kalimat akhir yang ia katakan, kalau tidak, pasti semua pertanyaan sudah dilontarkan ke arahnya.
"Nggak tau Mah perasaan tadi waktu mau tidur nggak make selimut deh, eh bangun-bangun udah kepakek aja," balas Riana menggaruk-garuk kepalanya seperti sahabat terbaik kura-kura.
Riana penasaran dengan mimpi nya tadi, mungkin ia akan menanyakan pelan-pelan kepada mama nya nanti.
Ini lanjutan yang amat sangat freak, kalok kehabisan ide tapi maksa pengen up ya gini hasilnya.
Nggak punya banyak ide tapi sok buat cerita
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Culun Glow Up [TERBIT]
Teen Fiction[MASIH LENGKAP] Bagaimana jadinya Raena Quelinn yang Fashionable, walaupun duit dia selalu pas-pasan, bertransmigrasi ke tubuh Riana Graham yang culun, walaupun dia berada di keluarga yang kaya raya. Namun tidak ada yang tau, seluk beluk kehidupan R...