-26-

31.9K 3.4K 20
                                    

Riana termenung di kamarnya, ia bingung ingin melakukan apa, ingin keluar rumah pun ia malas.

Padahal niat hati ia ingin bertanya dengan orang tuanya tentang fakta yang baru ia ketahui tadi siang.

Namun rencana nya itu harus tertunda karena orang tua nya tak kunjung pulang padahal sekarang sudah hampir larut malam.

Lalu tiba-tiba ia mengingat perkataan Al tadi sebelum mereka berpisah.

Ia meraih ponsel nya lalu mencari kontak seseorang.

"Re, gue mau nanya sesuatu," ujar Riana langsung ketika panggilan nya sudah terhubung.

"Kamu malam-malam nelfon langsung nyeletuk aja, kasih aba-aba dulu kek," sahut Rea di seberang sana.

"Udah itu nggak penting, gue mau nanya Ujian Bulanan itu kayak gimana?" Tanya Riana penasaran.

"Ouh mau nanya itu, ujian ini biasanya dilakukan sekali sebulan dan besok jadwal ujian nya untuk bulan ini, nanti hasilnya bakalan nentuin peringkat bulanan dari yang pertama sampai seterusnya, bedanya ini peringkat IPA dan IPS di gabung, bisa dibilang kayak peringkat paralel gitu," jelas Rea yang sudah terkantuk-kantuk.

"Ooo terus nanti kalok juara 1 dapet apa?" Tanya Riana lagi, ia sedang haus informasi sekarang, pasalnya sekolah negeri nya dulu tidak ada istilah Ujian Bulanan.

"Nggak dapet apa-apa, tapi pasti bakalan trending terus jadi terkenal deh," Rea masih setia menjawab semua pertanyaan teman barunya itu.

"Dih? Gitu doang? Gue tanpa masuk peringkat juga udah terkenal," tolong ingat kan Riana kalau ia harus mengurangi tingkat kepercayaan diri nya.

"Aduhh, tingkat kepercayaan diri kamu harus dikasih jempol sih," ledek Rea.

"Terus biasanya yang ranking 5 besar siapa?" Lagi-lagi Riana bertanya.

"Biasanya sih anak IPA, emang kamu kenapa sih? Kayak nya penasaran banget, udah deh sini aku ingatin kalau kamu nggak pernah nyentuh rangking 5 besar," jawab Rea.

"Emang biasanya gue rangking berapa?"

"Rangking 340-an kalok enggak naik ya turun, pokoknya nama kamu selalu stuck di angka 300-an," jawab Rea yang membuat Riana melongo.

"Dari berapa orang Re?"

"Dari 375 orang,"

"Buset! Goblok bener gue," umpat Riana.

"Kamu baru sadar? Selama ini kemana?" Ujar Rea diseberang lalu terkikik.

"Idih sombong bener ni anak, emang Lo peringkat berapa ha? Belagu bener," sahut Riana tak terima.

"Aku peringkat 310 ke atas tau," balas Rea dengan semangat.

"Yeee sama aja dibawah rata-rata ogeb!" Balas Riana kesal.

"Nggak apa-apa yang penting masih lumayan jauh diatas kamu hahaha," Tawa khas Rea menguar di kamar nya.

"Dih liat aja besok gue bakalan masuk peringkat 5 besar atau bahkan peringkat 3 besar," balas Riana dengan tegas.

"Hahaha nggak apa-apa Na, ngehalu malam-malam itu bagus, karena siapa tau terkabul kan, ya walaupun terkabul nya dalam mimpi sih," tak habis nya Rea meledek Riana, lagian malam-malam begini Riana malah bercanda, membuat nya yang tadinya mengantuk menjadi segar kembali.

"Dih nggak percaya banget, gue bakalan buktiin besok," balas Riana.

"Iya, deh iya percaya, yaudah aku tutup ya?" Tanya Rea pasalnya rasa kantuk kembali menyerang nya.

"Eitsss tunggu dulu, kirim info tentang ujian nya dong," pinta Riana.

"Kan udah ada di grup kelas Na," balas Rea malas.

"Ha? Emang iya? Kok gue nggak tau?" Tanya Riana bingung.

"Itu info-info nya udah dikasih tau dari 2 hari yang lalu, makanya kalok ada pesan dari grup kelas itu dibaca, jangan sok seleb," sarkas Rea.

"Dih ni anak omongan nya nyelekit bener," balas Riana geleng-geleng kepala.

"Yaudah gue matiin bye!"
Riana menekan tombol merah di hp nya dengan cepat, tak tau diri memang, sudah bertanya bukan nya bilang terima kasih malah langsung memutuskan panggilan.

Setelah melihat informasi tentang ujian besok, Riana meletakkan ponsel nya ke nakas disamping ranjang nya.

Iya menatap ke arah tumpukan buku di atas meja nya.

"Belajar nggak ya?" Gumam Riana malas.

Setelah pertimbangan cukup lama akhirnya ia beranjak meraih buku-buku itu.

"Pokoknya gue harus dapet juara 1 umum lagi," tekad nya.

Namun nyatanya ia hanya membalik-balikkan buku-buku paket itu, dan membaca sekilas saja.

Perlu diketahui dia bukan orang yang ketika hari ujian tiba, malam nya akan menghafal mati-matian, tidak itu bukan tipe nya sekali.

———————

Riana meringis melihat kartu ujian yang ada ditangan nya, dulu untuk mendapatkan kartu ini ia harus mengumpulkan uang agar SPP nya lunas, baru ia boleh menerima kartu ini, jadi sebulan sebelum ujian semester atau tengah semester ia akan mencari kerja sampingan agar segera melunaskan SPP nya, kalau tidak, ia tidak akan dapat mengikuti ujian.

"Oii ngelamunin apa masih pagi gini?" Tanya Rea yang berjalan bersama menuju ke ruangan ujian mereka.

"Ha? Nggak apa-apa," balas Riana singkat.

"Gue udah siap bertempur dengan soal-soal sialan itu," celetuk Riana tiba-tiba, sambil meloncat-loncat seolah ia sedang berada di ring tinju.

"Kamu semangat banget ya, semoga realita nggak akan ngehancurin ekspektasi kamu," ujar Rea dengan wajah tanpa dosanya.

Riana menghentikan aktivitas.

"Lo dari semalam cari gara-gara sama gue ya, sini Lo!" Pekik Riana sudah lelah dengan ucapan Rea yang nyelekit pakek banget.

Rea tertawa lalu berlari menuju ruang ujian ke 4 yang terletak di XI-IPA 3.



Tbc.

Si Culun Glow Up [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang