-8-

85.4K 7.3K 54
                                    

Riana pergi ke kantin dengan Rea yang selalu mengintili nya dari belakang.

"Ya Lo kalok mau jalan sama gue, sini disamping gue bukan nya dibelakang,  nanti orang ngiranya lo babu gue lagi," celetuk Riana tiba-tiba, ia sudah merubah gaya panggilan nya, ia tidak terbiasa dengan kata aku-kamu.

"Boleh?" tanya Rea.

"Nggak boleh, makanya gue nyuruh Lo," malas Riana, dia orangnya tidak sabaran, dan entah kenapa Tuhan menganugerahkan manusia seperti Rea di dekatnya.

"Nggak usah marah-marah ih, kan cuman nanya," balas Rea cengengesan.

"Siapa yang marah? Orang cuman kesel doang," acuh Riana.

"Sama itu mah," jawab Rea, namun tidak ditanggapi Riana lagi.

"Ini kita mau kemana?" Kembali Rea bertanya.

"Makan, laper gila pagi-pagi jumpa Geografi," balas Riana membuka pintu kantin, ia jadi teringat kantin nya yang dulu, kalau mau masuk harus berebutan dengan suara teriakan-teriakan, sedangkan sekarang kantin itu sangat damai tentram hanya terdengar tawa yang tidak terlalu keras.

Riana berjalan ke meja pesan, setelah nya ia berjalan lagi ke meja yang kosong dengan tatapan sok tajam, dalam hati dia.
"Anjir cool banget gue"

Tapi memang semua pandangan jatuh ke dia semenjak ia menginjak lantai kantin tadi.

"Bener kan aku bilang, kamu tetiba famous," kikik Rea.

"Dari dulu gue juga famous kok, famous karena dibully sih kayaknya," Ujar Riana tertawa hambar.

"Aku dibully juga tapi kok nggak famous ya?" Tanya Rea polos.

"Agak gelap tapi gimana," balas Riana mengusap kepalanya pening dengan ucapan-ucapan gadis yang di depan nya itu.

"Nih ya dek," balas ibu-ibu kantin meletakkan dua mangkok bakso pesanan nya beserta es teh dingin yang berjumlah sama.
Awalnya Riana ragu ada makanan sejenis itu di sekolah elite ini, namun agak terkejut karena masih banyak menu-menu lokal lainnya yang bisa di beli di kantin ini.

"Eh Buk, ini saya langsung bayar aja, takut lupa nantinya," terang Riana mengeluarkan uang merah selembar.

"Tunggu ya ini ambil kembaliannya," ujar Ibu kantin lembut.

"Ah nggak usah Buk kembalian nya untuk ibu aja," timpal Riana tersenyum hangat.

"Ah kamu mah belum pernah kesini, eh tetibanya datang langsung ngasih tip, makasih ya nak," ujar ibu kantin itu berterimakasih, yang dibalas kekehan oleh Riana.

"Wihh dah kaya Lo? Atau baru gajian? Sayang banget kerja cape-cape eh diabisin cuman gaya-gaya an ngasih tip," celetuk salah satu gadis dari kumpulan geng di samping meja nya dan Rea.

"Palingan juga simpanan om-om, makanya bisa glow up, zaman sekarang mah jalan termudah buat glow up ya gitu," kekeh gadis lainnya.

"Iya gue simpanan bokap Lo, mau apa Lo?!" Ketus Riana dengan mata yang melotot.

Tidak hanya Riana semua jadi ikut melotot.

"Seriusan Na?!" panik Rea tak percaya.

"Ya enggak lah anjir percayaan banget sih, lagian gue nggak sudi seperduitan sama dia!" Malas Riana melanjutkan acara makan nya.

"Najis anjir omongan Lo nggak bermutu banget," celetuk gadis tadi mulai kesal.

Rea yang menyadari keadaan mulai tak kondusif akhirnya kembali membuka suara.

"Riana kita pergi aja yuk," ajak nya pada Riana.

"Ah mager mending disini," dia tidak akan mau meninggalkan makanan favorit nya hanya karena omongan sampah dari mereka.

Riana tetap melanjutkan aktivitas nya dengan kuping yang panas, bukan karena cibiran kumpulan gadis tadi, tapi karena rasa pedas dari baksonya.

--

Riana keluar dari WC wanita yang jaraknya jauh dari kelas nya, ia harus menyebrang melewati lapangan yang luas, harus melewati kelas anak IPA hingga akhirnya sampai di belakang bangunan itu, terdapat lah WC dimana Riana sedang berdiri.

"Hmmm, mau jalan aja gue harus ngumpulin niat," gerutu nya tak tau malu.

Ia berjalan terus sampai si dekat lapangan yang cukup luas, ia berjalan di pinggir lapangan karena ada beberapa laki-laki yang sedang bermain volly.

"Ni pada udah tau panas malah maen volly, kurang kerjaan banget serius," ujar nya dalam hati.

Sekarang sedang istirahat kedua, kondisinya sangat ramai, membuat ia kurang percaya diri apalagi ia hanya  jalan sendiri, karena Rea harus menyelesaikan catatan nya yang belum siap.

Ia berjalan menunduk sebelum sepasang sepatu elite walaupun tak se- elite milik nya, terlihat di pandangan nya, ada kaki jenjang yang berdiri di depan nya.

Ia mendongak, ah si peran antagonis.

"Mau apa Lo?" Tanya Riana langsung.

"Gue kira berita nya hoax ternyata beneran Lo udah glow up? Agak kaget sih, karena kita mikirnya Lo dapet duit darimana coba hahaha," ujar Meri tertawa sinis.

"Masalah Lo sama gue apa sih?" Tanya Riana tak peduli dengan ujaran Meri tadi.

"Banyak! Ngeliat Lo bernafas aja masalah sama Gue!" jawab Meri dengan cepat, membuat Riana heran dengan jawaban konyol itu.

"Dih sakit Lo kayaknya," sarkas Riana menatap sekeliling nya yang mulai ramai menonton perdebatan mereka.

"Gue tau kok Lo ngerubah penampilan Lo buat nandingin gue kan?" Ujar Meri lagi tak nyambung.

Agak lain emang.

"Ngerasa tersaingi? Apa gimana?" Tanya Riana merasa aneh dengan perempuan yang tiba-tiba mendatangi nya ini.

Meri tersenyum sinis.

"Sekuat apapun Lo buat nyaingin gue, Lo bakalan tetap ada di bawah gue, why?" Ucapan Meri terhenti sejenak, ia mendekat kearah Riana, lalu berbisik di kuping Riana.

"Lo emang lupa siapa Lo dimasa lalu, tapi gue nggak akan pernah lupa siapa Lo sebenarnya, dan dengan Lo ngerubah penampilan Lo kayak gini, Lo tetap nggak akan bisa ngerubah perspektif orang kalok penyebab kecelakaan kedua orang tua Lo itu bersumber dari diri Lo sendiri," tekan Meri tersenyum di akhir kalimat nya, menjauh lalu menikmati ekspresi terkejut dari Riana.

Tbc.

Si Culun Glow Up [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang