-21-

39.4K 4.1K 14
                                    

Sepanjang perjalanan pulang Riana hanya menatap keluar, bahkan ponsel mahalnya pun menganggur tak terpakai.

Ia tak berniat memainkan benda pipih itu, ia ingin menikmati suasana luar.

Tiba-tiba atensi nya teralihkan, ada dua insan tertawa bersama si sebrang sana.

Seorang gadis dengan Hoodie kebesaran berwarna cream dengan celana panjang kotak-kotak mirip celana tidur, dan kacamata bulat besar, bahkan rambut gadis itu pun tak beraturan.

Riana meringis melihat penampilan Rea, tidak ada rapi-rapi nya.

Sedangkan Ken sudah sangat tampan dengan t-shirt putih dan kemeja hitam diluar nya, jangan lupa celana jeans hitam dengan sepatu sneakers nya.

Sangat kontras, lalu Riana menggeleng.

Tak apa-apa karena pada dasarnya Rea memang cantik, mau diapain juga tetap cantik.

Riana menghela nafas, iya mengingat-ingat apakah ia pernah membaca novel dimana ada tokoh figuran yang senasib dengan nya? siapa tau ternyata dia bertransmigrasi ke dalam novel.
Riana menggeleng kan kepalanya.

Mereka berdua masih terlihat di pandangan Riana, dia heran lalu tersadar kalau mobil yang ia naiki melaju sangat amat lambat.

"Pak, ih kok jalan nya lama banget sih? Kayak nya 2 meter per jam," Gerutu Riana dengan ucapan hiperbola nya.

"Aduh neng maaf ya, tapi tadi mas Al bilang sama Bapak kalau bawa mobil nya harus pelan-pelan, pokoknya harus sampai kerumah dengan selamat sentosa," jawab Pak Tarto.

Riana menyerngit bingung.

"Ya, ya, tapi nggak sepelan ini Pakkk, kalau mau selamat bukan berarti harus pelan kayak gini, kalok pelan kayak gini belum tentu juga selamat, nanti kayak aku kemarin tiba-tiba datang truk yang rem blong terus kita nggak bisa cepat-cepat ngehindar gimana?" Cerocos Riana.

"Aduh neng, omongan nya dijaga atuh, ingat neng ucapan itu adalah doa," peringat Pak Tarto.

Seakan tersadar Riana menepuk bibir nya berkali-kali, bodoh sekali dia, berbicara tanpa menyaring terlebih dahulu.

"Aduh maaf ya pak, Riana ngomong nya asal ceplos aja," Ujar Riana merasa bersalah.

"Iya nggak apa-apa neng, tapi lain kali jangan ngomong kayak gitu lagi," Nasihat Pak Tarto.

"Siap Pak Tarto!" Balas Riana semangat.

Pak tarto terkekeh, benar kata orang tua Riana, sekarang Riana sudah berubah drastis, baik penampilan maupun tingkah laku gadis itu.

Seakan tersadar Riana mengajukan pertanyaan.

"Eh Pak, seriusan Al ngomong gitu ke bapak?"

"Hah? Iya neng serius, dia pacar Eneng ya?" ujar Pak Tarto balik bertanya.

"Hah? Nggak kok Pak," bantah Riana.

"Jadi? Calon pacar?" Tanya Pak Tarto meledek Riana.

"Ih enggak Pak, ya kali," selah Riana memalingkan wajahnya ke arah luar lagi.

"Yang bener?" Pak Tarto masih saja menggoda nya.

"Iya bener Pak Tarto,"

"Bener pacar Eneng apa bener calon pacar Eneng?"

"Au ah gelap," balas Riana dengan wajah cemberut.

Pak tarto tertawa puas, membelokkan mobil yang ia kendarai memasuki pekarangan rumah majikannya.

Riana berpikir, kenapa Al sepeduli itu? Jangan-jangan? Ah tidak mungkin, mungkin Al khawatir dengan Pak Tarto bukan Pada nya, mereka masih beberapa kali berjumpa, itu mustahil terjadi.

Riana keluar dari mobil setelah Pak Tarto memarkir mobil dengan sempurna.

——————

"Na,"

"Anj," hampir saja Riana mengumpat, sedang asik berjalan tiba-tiba ia dikagetkan dengan panggilan dan tepukan seseorang dari belakang nya.

"Dih gitu doang kaget," ujar Al, si manusia tengil.

"Dih giti diing kigit, ya Lo datang nya nggak santuy, ngagetin aja," kesal Riana menepis tangan Al yang ada di bahu nya.

"Na gue mau ngomong sesuatu," ujar Al berjalan disamping Riana, kebetulan Riana naik bus tadi, jadi dia datang dari pagar depan.

"Coba ngomong sesuatu," titah Riana.

"Sesuatu," ujar Al mengikuti perintah Riana.

"Nah udah kan, pergi dah Lo," usir Riana.

"Ye gue serius Na, nggak gitu konsep nya," balas Al.

"Kemarin kan setelah lo nelfon gue, yang katanya nggak sengaja, kita kan udah ketemu dua kali," ujar Al mengawali cerita nya.

"Itu nggak usah dibahas lagi, gue gibeng Lo ya," balas Riana menghentikan langkah nya.

"Udah nggak usah berhenti juga kali, diliatin orang nanti, gue belum siap cerita," ucap Al merangkul Riana untuk mengajak nya kembali melangkah bersama.

"Nah kan, setelah kita ketemu dua kali, gue baru inget kok gue nggak ngebahas tentang Lo nelfon gue yang tiba-tiba ya? Seharusnya gue ngebahas nya sampe kuping Lo panas, bener nggak sih?" Pertanyaan unfaedah itu benar-benar mengesalkan bagi Riana.

"Nggak usah dibahas lagi Alll," gerutu Riana menarik-narik lengan baju seragam Al.

"Setelah Lo pergi dari rumah gue baru inget buset," Ujar Al lalu tertawa pelan.

"Lo kok ngeselin banget sih jadi orang?" Kembali langkah Riana terhenti, kelas nya masih jauh, sedangkan kelas Al sudah dekat, tapi dengan bodohnya Al juga ikut berhenti.

"Ye, udah gue bilang nggak usah berhenti, batu banget jadi orang," Kembali Al mengajak Riana berjalan, namun kini ia hanya menarik baju gadis itu.

"Nggak usah pegang-pegang," ujar Riana menepis tangan Al.

"Dih? Sensi bener mbak," balas Al.

"Eh btw kok Lo sekolah?" Tanya Riana.

"Ya karena sekarang hari Senin lah, kalok hari ini hari Minggu baru Lo nanya kayak gitu," jawab Al ikutan sewot.

"Ya santuy keles, kemarin kan Lo sakit," balas Riana.

"Sakit? Siapa yang sakit? Lo tau darimana?" Tanya Al beruntun.

"Ya kemarin gue ngerasa nafas Lo agak panas, waktu kita nggak sengaja—" Seakan sadar, Riana menghentikan ucapan nya. Ia melirik kearah Al.

Al menaikkan alis nya menunggu kalimat selanjutnya yang keluar dari mulut Riana, tak lupa senyum yang menyebalkan terpatri diwajahnya.

"Lo bener-bener orang yang paling ngeselin yang pernah gue temuin setelah Rea." Ujar Riana berlalu dengan langkah tergesa-gesa.

Al tertawa lagi.

"Na, waktu kita ngapain? Oi Na?" Panggil Al, namun Riana masih tetap tidak menoleh kearah nya, ia menggeleng kan kepalanya, tak habis pikir dengan gadis itu, salah sendiri, kesal sendiri, aneh.

"Woi bro, kayak orang gila Lo ketawa-ketawa sendiri disitu,"  celetuk teman Al dari dalam kelas.

Ia tak sadar ternyata ia sudah di depan kelasnya.



Tbc.

Si Culun Glow Up [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang