"Aldreano kan?" tanya Riana kepada lelaki tampan yang datang dengan mobil mewah menghampiri mereka.
Lelaki yang bernama Aldreano itu hanya mengangguk lalu meraih Anna kedekapan nya.
"Pelan-pelan, dia lagi tidur," peringat Riana menyerahkan Anna dari pelukan nya dengan hati-hati.
"Gue juga tau," celetuk laki-laki itu acuh.
Riana terkejut dengan celetukan laki-laki tampan yang ada di depannya itu, aneh, padahal dia hanya memperingatkan tapi mengapa jawaban nya ketus sekali?
"Santai dong, aman adek lo sama gue," balas Riana tak kalah ketus, namun dengan suara sedikit lebih pelan, takut menganggu bidadari kecil yang ada di dekapan Aldreano, yang sedang menggaruk pipi gembul nya mungkin mulai terganggu dengan suara mereka.
Sepotong kertas kecil terulur ke arah Riana, kartu nama.
"Itu kartu nama gue, entar Lo gue hubungan lagi untuk urusan 'Terima Kasih'," ucapnya lalu memasukkan Anna kedalam mobil nya.
Setelah selesai, ia berbalik, pandangan nya jatuh ke arah Riana yang sedang berdiri menatap polos kearah nya. Ia menatap lamat gadis itu lalu menghela nafas.
"Masuk, gue antar pulang, udah gelap," ujar nya, Riana orang baru, jadi ia terlalu malas untuk berbicara panjang.
Riana menimang-nimang tawaran itu , bagus juga, karena hari sudah mulai gelap, ponsel nya juga lowbat.
Bisa mati kedinginan ia disini.Namun bagaimanapun Aldreano adalah orang asing baginya, Riana sudah dewasa dan memiliki rasa kewaspadaan terhadap orang baru, bukan seperti Anna yang digandol sama orang asing mau-mau aja. Untung Riana orang nya baik kalau tidak?
Namun pada akhirnya Riana memilih mengangguk dan ikut masuk kedalam mobil itu.
***
Sunyi, satu kata yang dapat menggambarkan keadaan mereka bertiga sekarang, Aldreano yang fokus menyetir dengan kegundahan dihatinya. Anna yang kini sudah kembali berada di pangkuan Riana, sama seperti Aldreano, ia pun tak mengeluarkan suara nya, mungkin sudah lapar, dan memilih memilin-milin ujung rambut Riana.
Sedangkan Riana? Ia sudah berada di ambang batas kesadaran sekarang, bau petrichor yang menenangkan, udara yang dingin, serta pelukan hangat dari Anna benar-benar membuat nya nyaman, dan tak bisa menahan kantuk nya lagi.
Tentu hal tersebut menarik perhatian seorang Aldreano, menurut nya gadis itu ceroboh, bisa-bisa nya ia hampir tertidur di mobil seseorang yang baru ia kenal, dimana rasa kewaspadaan nya tadi.
Dengan sengaja ia membunyikan klakson mobil nya, padahal tak ada kendaraan lain di depan mereka.
Suara keras tersebut sukses membuat Riana terpekik pelan, begitu juga Anna yang langsung menabok lengan kekar milik Al, kesal dengan perbuatan konyol Abang nya itu."Abang Al!" pekik Anna memarahi Aldreano dengan mata yang melotot lucu.
"Ekhem...sorry, sorry kepencet," ujar Aldreano beralasan.
"Kepencet, kepencet, sengaja itu mah!" Kesal Riana. Padahal dia hampir tertidur namun suara keras itu seakan menariknya kembali dari alam bawah sadar.
"Ya Lo ngapain tidur? Tunjukin jalan kerumah Lo, gue bukan cenayang, gue buang di tengah jalan mau?" Malas Aldreano, sebenarnya inilah tujuan nya membunyikan klakson mobil nya tadi, namun caranya saja yang kurang aesthetic.
"Ya Lo bangunin nya yang bagus kek, aelah, noh yang rumah hitam pagar putih, eh kebalik, rumah putih pagar hitam," tunjuk Riana.
Tak ada balasan lagi Aldreano hanya mengangguk saja.
***
"Makasih," ujar Riana membuka suara lebih dulu.
"Sama-sama," balas Aldreano yang sedang sibuk memasangkan sabuk pengaman kepada Anna, tubuh Anna kecil jadi lumayan susah.
"Lain kali kalok main ingat adeknya, jangan karena keasikan main adek sendiri dilupain, untung yang nemuin orang baik kayak gue, kalau enggak bisa berabe," nasihat Riana.
"Bahasa lo, keasikan main dikira gue bocah apa," balas Aldreano membenarkan posisi Anna agar lebih nyaman.
"Ya siapa tau kan," ujar Riana memasang wajah tengil nya.
Aldreano memandang wajah menyebalkan itu lalu menggeleng lelah.
"Ngomong-ngomong makasih karena Lo udah nyelamatin ponakan gue, gue nggak tau apa yang bakalan terjadi kalau nggak ada ada Lo yang nyelametin dia, oh iya urusan 'Terima Kasih' kirim aja no rekening Lo entar gue transfer," ucap Aldreano berterima kasih.
Ah, akhirnya Riana paham apa maksud dari urusan 'Terima Kasih'.
Riana tak menjawab dan hanya mengangguk saja.
Kalau kalian pikir ia akan menerima nya, maka kalian salah.
Karena sedari awal ia menolong Anna dengan hati yang tulus tanpa mengharapkan imbalan apapun.Suara mobil menyala, dan bersiap untuk kembali melaju.
Anna yang berada di kursi depan tiba-tiba berteriak.
"Dadah Kak Ana cantik, see you," pekik nya sembari melambaikan tangan mungilnya.
Riana terkekeh pelan.
"Dadah juga Adek Anna cantik," balas Riana mengikuti gaya bicara Anna.Mereka berdua tertawa senang, Aldreano yang melihat itu hanya menggeleng pelan, tak urung sudut bibirnya tertarik ke atas.
Momen yang sedikit menghibur nya dari kegundahan hatinya, ia menekan klakson dua kali lalu berlalu menuju kediaman nya.
Riana memandang mobil itu dengan senyuman aneh. Mungkin kah lelaki itu jodoh yang ia maksud tadi dengan Rea?
Tbc.
Bab nya hilang guys, padahal aku udah capek ngetik, eh pas mau ngepublikasi udah nggak ada.
Maaf cerita nya ngelantur lagi, sebenarnya udah badmood buat nulis ulang, tapi demi readers tercintah aku, aku berusaha nulis ulang lagi ya walaupun mungkin bab yang hilang tadi lebih bagus dari bab yang ini (〒﹏〒)
![](https://img.wattpad.com/cover/303257755-288-k35798.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Culun Glow Up [TERBIT]
Teen Fiction[MASIH LENGKAP] Bagaimana jadinya Raena Quelinn yang Fashionable, walaupun duit dia selalu pas-pasan, bertransmigrasi ke tubuh Riana Graham yang culun, walaupun dia berada di keluarga yang kaya raya. Namun tidak ada yang tau, seluk beluk kehidupan R...