Ruang tempat mereka ujian sudah tinggal 7 meter lagi, tiba-tiba Rea bertanya.
"Na kamu udah nyiapin pensil sama papan ujian kamu kan?"
Riana mengangguk.
"Udah, awalnya agak bingung sih, gue kira di sekolah elite gini ujian nya bakalan pakai komputer," ujar Riana.
"Kalau Ujian Bulanan gini sih ya pakai kertas lah yakali pakai komputer, ribet dong," jelas Rea.
Riana pun hanya mengangguk.
Sebelum masuk Riana membaca nama-nama peserta ujian yang ditempel kan di depan pintu.
Kelas XI-IPA 2
Nomor absen 1-16
Kelas XI-IPS 2
Nomor absen 16-32"FUCEK!" Umpat Riana.
Ia baru tau, kenapa di informasi yang ia baca semalam tidak ada menampilkan dengan kelas mana mereka digabungkan, yang jelas mereka di tempat kan di ruangan 4, sudah itu saja.
"Na masuk, pilih meja," ujar Rea dari dalam kelas.
Riana mendapat bagian nomor dua dari depan, dan sial nya lagi dibelakang nya ada cowok tengil yang ingin ia hindari, nasib buruk apa ini padahal masih pagi.
Selanjutnya dibelakang Al ada Rea, ini memang disengaja kan agar tempat nya berselang-seling.
Anak IPA, lalu Anak IPS, lalu Anak IPA lagi, begitu seterusnya.
Saat Riana sedang fokus meraut pensil nya, terdengar suara yang seperti nya memanggil nya.
Pstt!
"Oi," panggil Al dari arah belakang.
"Apa!" Balas Riana tak santuy.
"Sensi bener mbak," ujar Al.
"Gue mau nanya, bulan lalu Lo dapet ranking berapa?" Tanya Al, dengan mata yang fokus menatap tepat di mata Riana.
"Kalau udah tau nggak usah pura-pura nanya," aneh sekali, cowok ini bertanya seolah-olah baru pertama kali mengikuti ujian ini, pikir Riana.
"Gue anak baru kalo Lo lupa," peringat Al.
Riana terdiam, ah iya dia lupa, pelupa sekali memang dirinya ini, biasalah remaja jompo.
"Kepo Lo kayak monyet Dora," ucap Riana asal, sudah kepalang malu.
Al mendelik kesal, karena tak mendapat jawaban ia menoleh kearah belakang. Menatap Rea lama, sedikit ragu bertanya dengan gadis polos ini. Tapi yang ia tau Rea teman Riana, tentu saja Rea mengetahui bulan lalu Riana mendapat ranking berapa.
"Sut! Oi! Bulan lalu si Riana rangking berapa?" Tanya Al langsung to the point.
Rea yang tadinya menunduk menatap nya, lalu menunjuk kearah nya.
"Kamu ngomong sama aku?" Tanya Rea.
"Nggak, sama hantu yang disamping Lo," jawab Al dengan wajah datar nya.
"Ihhh seriusss~" rengek Rea, mudah sekali terpengaruh.
"Ya gue tadi juga nanya serius ke elo!" Rea tidak cocok merengek kepada Al yang kesabaran nya setipis tisu yang di bagi dua.
"Ouhh gitu ya," ujar Rea cengengesan.
"Bulan lalu dia ranking 345 dari 375 siswa," Jawab Rea.
Al melipat bibirnya menahan tawa.
Riana melirik sinis kearah dua manusia yang menyebalkan versi nya.
"Kalau mau ketawa, ketawa aja, emang lucu kok," timpa Rea lagi terkekeh pelan.
Al jadi ikut tertawa, kulit putih bersih nya sedikit memerah karena tertawa.
Sehingga semua makhluk yang ada di kelas itu terdiam sesaat menikmati ketampanan seorang Aldreano Caesar.
Mungkin pocong yang diam di sudut kelas juga pasti akan ikut terpanah sangking tampan nya.
"Awas Lo berdua, liat aja gue bakalan dapet ranking 3 besar," Riana memalingkan wajahnya kasar, ceritanya dia lagi ngambek.
49 menit kemudian
Riana menatap seluruh soal-soal yang sudah dijawab nya dengan yakin.
Ia ingin mengumpul tapi belum berani, ia akan menunggu salah satu orang yang mengumpul pertama, nanti takutnya ia sok mengumpul pertama tapi ternyata nilai nya dibawah rata-rata, mau ditaruh dimana mukanya, ya walaupun ia sudah yakin dengan semua jawaban yang ia pilih.
Ia melirik ke belakang, ternyata Al sudah sedari tadi menyelesaikan soal-soal milik nya.
Rambut dengan model comma, tangan yang ia letakkan di sandaran kursi nya, menciptakan kesan cool dimata Riana.
Al menaikkan alisnya kala menyadari Riana yang menatap kearah nya.
"Apa? Lo mau nyontek? Nih," ujar Al dengan sukarela menyerahkan kertas jawaban ujian nya.
Memang soal-soal yang dibuat sama meskipun jurusan mereka berbeda.
Riana menatap Al sinis, dia kira Riana sebodoh itu makanya sampai menyontek.
Namun tak urung ia melirik satu nomor, lalu terkekeh sinis, bahkan pertanyaan semudah itu Al memilih jawaban yang salah.
Ia kembali menghadap ke depan, awas kau Al!
————————
"Re, ini beneran pengumuman nya sekarang?" Tanya Riana untuk ketiga kalinya.
"Iya Riana, iya, harus berapa kali lagi aku ngomong iya, mesin pengkoreksi jawaban di sekolah ini banyak jadi nggak perlu nunggu seminggu atau bahkan besok," jelas Rea sudah jengah dengan pertanyaan Riana yang itu-itu saja.
Riana mengepalkan tangannya erat-erat semoga ia benar-benar bisa menembus peringkat 3 teratas. Karena kepintaran nya ternyata juga terikut ke dunia asing ini.
"Kamu udah yakin banget bakalan masuk Na?" Tanya Rea serius, ia takut nanti Riana malah kecewa.
"Udah Lo selepe banget sih sama gue," balas Riana, pemegang juara 1 umum nih boss, senggol dong.
"Yaudah deh sabar ya, hasil nya keluar jam sebelas, tinggal setengah jam lagi kok," ujar Rea. Yang hanya diangguki oleh Riana.
30 menit kemudian
"Na pengumuman nya udah ditempel di mading, yuk kita lihat," ajak Rea antusias.
"Lagian kenapa nggak di akun sekolah aja sih, kan lebih gampang ngeliat nya, ini pasti sempit-sempit-an di mading," ujar Riana malas ketika mengetahui hasil nya malah di tempel di mading.
"Kalok hasil nya di akun sekolah nggak seru, kalau di mading kan kayak butuh perjuangan gitu loh ngeliat nya," balas Rea masih menarik tangan Riana menuju mading.
And gotcha! Di depan mereka kerumunan siswa/i yang seangkatan dengan mereka terlihat berdesakan melihat hasil ujian tadi.
Untung nya mading kelas 10, 11, dan 12 dipisah kalau tidak?
Rea meninggalkan Riana lalu menyelip antara manusia-manusia itu, ada untung nya memiliki badan yang mungil.
Bukan namanya yang ingin ia cari tapi nama Riana.
"RIANA LIHAT, NAMA KAMU DISINI HAHAHHA," teriak Rea tertawa lalu membaguskan kacamata nya yang melorot.
Riana perlahan mendekat, akan kah hasil nya buruk? Lantas mengapa Rea tertawa?
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Culun Glow Up [TERBIT]
Teen Fiction[MASIH LENGKAP] Bagaimana jadinya Raena Quelinn yang Fashionable, walaupun duit dia selalu pas-pasan, bertransmigrasi ke tubuh Riana Graham yang culun, walaupun dia berada di keluarga yang kaya raya. Namun tidak ada yang tau, seluk beluk kehidupan R...