-24-

35.4K 3.6K 27
                                    

"Re, tapi gue masih penasaran, sama apa yang terjadi kemarin," celetuk Riana tiba-tiba setelah guru mata pelajaran Matematika meninggalkan kelas mereka.

"Yang kamu pingsan kemaren?" Tanya Rea sebagai balasan.

"Iya, karena setelah kejadian itu gue mimpi, dimana mimpi ini udah pernah sebelumnya gue mimpiin," balas Riana yang membuat Rea tak paham.

"Maksudnya gimana sih?" Bingung Rea.

"Gini loh, jadi mimpi nya itu, ada cewek yang disiksa sama 4 entah 3 orang, dan mereka cewek juga, gue ingat itu kayak nya di kolam renang, tapi gue nggak ngeliat jelas, muka mereka semua itu kayak blur gitu, gue juga bingung sebenarnya gue jadi apa dimimpi itu, karena gue nggak bisa gerak sama sekali, gue cuman diam sambil nangis ngeliat cewek itu disiksa, dan aneh nya mereka kayaknya nggak ngeliat gue deh Re, aneh kan mimpinya?" Jelas Riana panjang lebar.

"Apa mungkin ada kaitannya ya sama kejadian kemarin?" Lagi-lagi Riana melontarkan pertanyaan nya.

Sedangkan Rea hanya diam membisu.
Ia menarik tangan Riana.

"Udah nggak usah terlalu dipikirin, mending kita ke kantin dulu, ini udah  jam istirahat kedua, kan tadi waktu jam istirahat pertama kita belum makan apa-apa, kamu nggak lapar emang?" Tanya Rea masih menarik tangan Riana.

"Lah iya gue baru inget, pantes tadi waktu belajar Matematika tadi otak gue nge-blank, batre gue belum diisi ternyata," Jawab Riana.

"Udah deh Na, kita itu sama aja, dulu juga setiap kamu ditunjuk ngerjain soal di papan tulis, cuman diam aja, soalnya ditulis, terus dihapus, terus ditulis ulang lagi, dihapus lagi, gitu aja sampe kamu akhirnya kena ceramah," cerita Riana semangat, membeber kan kebodohan nya.

Riana hanya terkekeh, tidak tau saja di depan nya ini sudah digantikan oleh seorang Raena Quelinn pemegang juara 1 umum sejak ia SMP.

Namun tak mungkin Raena memberi tau itu, karena disini ia harus berperan menjadi Riana Graham bukan Raena Quelinn.

"Udah nggak usah dibahas, lagian gue udah lupa," balas Riana menyombongkan diri.

"Kamu ya mentang-mentang udah amnesia semua hal istimewa dilupain," balas Rea.

"Hah? Istimewa dimana coba? Palingan idup gue b aja, dibully tiap hari, penampilan culun, nggak punya pacar, bodoh, lengkap deh, jadi istimewa nya itu terletak dimana? Lagian kalok istimewa nya bareng Lo kan yakali, orang ketemuan juga baru kemarin," Ujar Riana enteng.

Rea meringis. "Iya juga sih."

Lalu hening lah yang terjadi sampai mereka duduk di kursi kantin, kursi yang layak nya kursi cafe itu tergeser lagi karena Rea berniat untuk memesan makanan.

"Samain aja," ujar Riana yang diangguki Rea. Karena terlalu ramai meskipun sudah jam istirahat kedua, Riana memilih menunggu saja.

Tak berselang lama Rea kembali datang dengan ibu kantin dibelakang nya, mereka sama-sama membawa nampan.

"Nyariin siapa Na?" Tanya Rea.

"Ha? Enggak, lagi lihat-lihat sekeliling doang," jawab Riana, lalu mengambil porsi untuknya.

"Untung aja masih ada nasi goreng, aku lagi males makan makanan yang berkuah," ujar Rea diselang makan mereka.

"2 in, lagian waktu tinggal sedikit," timpal Riana.

Tak berselang lama terdengar bisik-bisik dari kaum hawa yang ada di kantin itu terkecuali mereka.

"Buset, itu anak baru yang Lo bilang itu kan?"

"Iya gimana? Ganteng kan?"

"Dia yang namanya Aldriano kan? Beneran cakep ya?"

"Followers nya juga banyak, ya meskipun folls dia nggak sebanyak punya gue, tapi itu udah keren karena postingan dia juga cuman sedikit,"

"Dia udah punya cewek nggak ya? Beruntung banget pasti cewek nya, mana anak donatur lagi,"

Berbagai celetukan yang berbeda-beda topik Riana dengar membuat Riana mengetahui sedikit informasi tentang Al, laki-laki yang masuk dengan gerombolan teman sekelas nya, rambut yang urakan, tangan dikantong, tawa yang sering mengudara membuat banyak kaum hawa yang terpana.

"Ternyata dia se- famous itu ya Na?" Ujar Rea.

"Nggak tau, nggak peduli juga," balas Riana lalu melanjutkan aktivitas makan nya.

"Eh? santai dong, orang aku nanya bagus-bagus," ujar Rea lalu mengerucut kan bibirnya.

"Biar apa Lo begitu, imut kagak eneg iya, udah lah nggak laku juga," balas Riana dengan rasa tak bersalah masih tetap menghabiskan makanan nya.

Bibir Rea semakin mengerucut, bahkan kini pipinya ikut menggembung.

"Kamu kenapa sih? Kan aku—"

Ucapan Rea terputus kala tangan kekar seseorang mencubit pipinya.

"Aww," pekik Rea lalu menabok tangan itu kesal.

"Ehh, sakit ya? Sorry, sorry, niatnya gue mau becanda, eh malah kelepasan, lain kali pipinya jangan digituin lagi, bikin orang gemes tau," ujar lelaki itu, siapa lagi kalau bukan Ken.

Rea hanya mengangguk dan tersenyum malu-malu sembari memperbaiki letak kacamatanya.

Tangan kekar berurat dengan cincin yang melingkar di ibu jari itu mengelus pelan pipi Rea.

Riana yang melihat itu hanya melongo, perkataan nya tadi lebih tepatnya menyindir dirinya sendiri bukan Rea.

Tadi yang terkejut Rea, sekarang  gantian Riana yang terkejut kala ada lagi tangan kekar putih yang menepuk bahu nya.

"Hey Sist! How are you? Udah mendingan?" Tanya Al melihat tepat kearah mata Riana.

"Ah Lo mah ngagetin aja," ketus Riana.

Kaum hawa tadi menjerit tertahan melihat interaksi mereka berdua, iri, benar-benar iri, kenapa si culun itu bisa sedekat itu dengan Most Wanted baru disekolah mereka.

"Dih orang nanya bagus-bagus juga, salah?" Balas Al.

"Emang dianya lagi unmood kayak nya, balasan nya ngeselin, mending nggak usah diajak ngomong," kompor Rea yang berusaha menghabiskan makanan nya, namun tetap tidak bisa, padahal porsinya hanya sedikit.

Ken mengambil sendok yang ada di tangan Rea, kini ia lah yang membawa sendok berisi nasi itu memasuki mulut Rea.

Kaum hawa tadi semakin menjerit, dan mulai kesal, seperti nyaduo culun ini memakai pelet yang cukup manjur.

"Najiss benerrr, mending gue cabut, daripada jadi nyamuk." celetuk Riana membawa piring yang sudah kosong di tangan nya.

"Lah kok nyamuk, jadi gue dianggap apa nih? Na! Riana!" Sahut Al tak terima.

"Dianggap angin lalu mungkin," bukan Riana yang menjawab melainkan Rea.

Al menatap wajah polos dan mata bulat milik Rea. Memang ngeselin.

"Udah ah mending gue cabut juga." Akhirnya tinggal lah Rea dengan Ken di meja itu, namun mereka tak peduli, Ken masih menyuapi Rea, dan Rea yang masih menerima suapan Ken.

Fucek author iri.

——————

"Mer! Meri!" Panggil Riana kala melihat Meri berjalan di depan nya.

Langkah Meri terhenti, ia melihat kebelakang, ouh budak nya dulu.

"Mau apa Lo?" Tanya Meri kala Riana sampai di hadapan nya.

"Gue mau nanya soal ucapan Lo hari itu," ujar Riana, baru sekarang ia bertanya, pasalnya sulit sekali menemukan Meri ini, macam artis saja.

"Ouh, Lo baru nanya sekarang? Berhubung Lo emang amnesia beneran, dengan senang hati gue bakalan ngasih tau ke Lo, lagian gue suka ngeliat Lo ngerasa bersalah terus teriak-teriak nggak jelas," balas Meri dengan tawa devil di akhir kalimat nya.




Tbc.

Si Culun Glow Up [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang