-3-

108K 9.3K 179
                                    

Riana menghembuskan nafasnya kasar, setelah Mama nya keluar dari kamar nya. Lalu menghempaskan tubuhnya ke atas kasur, dengan posisi terlentang, sedikit lama terdiam memandangi langit-langit kamarnya.

"Apa iya gue ngalamin transmigrasi?kayak di novel-novel?" gumam nya tak jelas.

"Gue tau gue suka baca gituan, tapi kenapa bener-bener ngalamin nya gitu loh, serius ini jauh dari dugaan gue,"

Ia menarik tubuh hingga ia kembali terduduk. Ia menatap wajahnya di cermin yang tak jauh dari kasurnya.

Wajah ini sangat jauh dengan wajahnya yang dulu, wajahnya yang sekarang sangat cantik, warna kulit yang putih, hidung mancung yang indah, kulit yang terlihat sehat dan segar, hanya saja terlihat culun karena rambut yang hanya dikuncir biasa dengan kacamata bulat nan tebal yang ia gunakan.

"Sekarang gue harus bersyukur atau harus sedih sih?" Lagi-lagi pertanyaan random ia lontarkan pada dirinya sendiri.

Tak lama ia menggeleng kan kepalanya pelan.
"Udah ah, ngapain dipikirin, syukurin aja apa yang dikasih Tuhan,"

"Mending room tour dulu ygy?" Ia berujar seolah-olah ia sedang membuat vlog.

"Let's gooo!"

Hal pertama yang ia dekati adalah, rak-rak skincare yang terlihat mencolok, dari tadi juga selalu menarik perhatian Riana.

"Anjayy, ini ngoleksi parfum kayak mau jualan aja," Ujar nya terkekeh saat melihat puluhan parfum tertata rapi di satu rak yang terbuka, mungkin jiwa yang asli pemilik badan ini sangat suka mengoleksi parfum dulunya.

"Kalau gini ceritanya, tiap hari wangi gue beda-beda dong, terus Makek nya juga nggak perlu sedikit-sedikit, atau takut habis," Celetuk nya lagi lalu terkikik geli.

"Wahhh...pantesan kulitnya bagus, ternyata skincare nya juga banyak, yang mahal-mahal lagi,"

"Eh kok nggak ada make up satu pun?apa dia nggak suka make up ya? atau nggak tau pake make up? Masa sih zaman sekarang nggak tau make make up?" Tak bosan-bosan ia berujar sendirian.

Melupakan ke-kepoannya ia kembali membongkar-bongkar isi rak-rak lainnya.

"Lah kok nggak ada catok-an sih?jadi ini rambut lurus gini aja terus?"entah sudah berapa pertanyaan ia lontarkan, setiap hal yang ia temukan selalu dikomentarinya.

"Au ah, mending ngeliat isi lemari dulu,"

Setelah pintu lemari yang diukir Indah itu terbuka, mata Riana langsung terbuka lebar, ini sangat-sangat jauh dari ekspektasi nya.

"Apaan, orang kaya isi lemarinya cuman baju kaos, sama celana 3/4, nggak fashionable banget sih jadi orang," lalu ia melirik pakaian yang ia kenakan sekarang dari atas sampai bawah.

Ah, ternyata sekarang ia terlihat seperti gembel, apa seperti ini penampilan nya dari tadi dilihat orang?

"Au ah,"

Ia kembali berjalan, sekarang tujuan nya adalah kamar mandi.

"Buju buset, mewah bener nih kamar mandi, wahhh banyak bener nih sampo, sampo nya juga sampo-sampo mahal, sabun mandi juga pasti harganya mehong," semua barang-barang yang ada di kamar mandi itu dia pegang satu persatu, mulai dari bodycare, hair tonic, segala macam jenis lulur, dan masih banyak lagi benda-benda ia sentuh, maklum belum pernah melihat kamar mandinya sepenuh ini, dulu kamar mandinya cuman diisi sampo isi ulang, sabun, odol, dan sikat gigi. Sedikit?emang sedikit namanya juga bukan orang berada.

Setelah puas dengan room tour dadakan nya, ia meraih handphone yang berada di atas nakas.

"Dari dulu gue pengen Ipong tapi kenapa Tuhan ngabulin nya secepat ini ya? Ipong Boba tiga lagi, bukan maen,"

"Ini password nya apa ya?" tanya Riana, karena memang ia tidak tau.
Ia mulai menyalakan telepon genggam yang harganya puluhan juta itu.

"Eh? Kagak ada password nya? zaman sekarang hp nggak dikasih password, langka banget sih,"

"Tadi katanya uang jajan udah di tf, lihat ah dikirim berapa, maunya satu juta biar bisa shopping-shopping," lagi-lagi ia terkikik geli, saat ucapan nya terdengar menyedihkan.

"Kita cek saldo dulu guyss...bangs*t!" umpat Riana tak sengaja saat melihat saldo rekening yang ada.

"65 Jeti? Uang jajan? Ini orang tua gua sehat apa kagak sih?sebanyak ini? ngasih uang apa ngasih modal usaha?" tanya Riana beruntun.

"Orang kaya mah bebas!" ia benar-benar gembira sekarang kapan lagi kan uang jajan nya upgrade, kurang? tinggal minta.

"Mari kita ke aplikasi si Oren, eh? Nggak ada? Parah bet sih nih hp, harus download dulu nih," tak perlu dua menit aplikasi itu sudah terdownload, biasalah paket mahal.

"Log-in dulu, untung gue masih ingat akun lama gue, sekalian bersihin keranjang, xixixi,"

"Ini nggak salah kan kalau orang kaya kayak gue ini beli barang-barang murah sama diskonan? apa gue harus beli yang bermerek kayak GinnCu, Dori, LuisPitam? au ah yang penting kece ya nggak?" lanjut nya lagi percaya diri.

Hampir satu jam Riana bergelut dengan si Oren itu, mungkin ratusan barang sudah di check out nya, bisa dipastikan nanti atau besok, tiap jamnya kurir paket akan datang ke rumah ini untuk mengantarkan barang-barang yang dipesan nya sekarang.

"Hadeh cape juga belanja-belanja online ya," ia tersenyum kecut, ia jadi teringat dulu kalau beli sesuatu itu harus kerja dulu, nabung dulu, bahkan kurir paket hanya datang sekali dua Minggu atau bahkan sekali dua bulan.

"Hemm... flashback-flashback gini, gua jadinya ngantuk, udah lah yang lalu biar lah berlalu, sekarang semangat buat gue, untuk ngejalanin
hidup baru gue, Hwaiting!!" Ujarnya menyemangati dirinya sendiri, lalu bergerak mencari posisi ternyaman bersiap untuk berjumpa dengan Hwang Xuxi di alam mimpi.





Tbc.

Si Culun Glow Up [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang