-43-

29.6K 3.2K 74
                                    

Dengan langkah cepat Al memasuki pelataran rumah nya, tak lupa senyum indah masih terpatri di wajahnya.

Dengan penuh semangat ia menggenggam kertas yang ada di tangan nya.

Langkah nya berhenti sebentar mencari sosok yang ingin ia temui, setelah terlihat di penglihatan nya senyum nya semakin lebar, lalu berlari kecil menghampiri wanita paruh baya yang sedang duduk di ruang tamu sambil melihat majalah, ia berlari kecil bermaksud agar lebih cepat sampai di hadapan wanita itu

"Bunda!" Panggil nya dengan suara girang.

"Eh? Nak udah pulang?" Sambut wanita yang di panggil Bunda oleh Al.

"Bunda aku mau nunjukin sesuatu....lihat!" Ujar Al dengan semangat memperlihatkan hasil Ujian Bulanan nya, dimana disana juga terlihat bahwa dia berada di posisi urutan pertama, itu artinya nilai nya lah yang paling tinggi dari seluruh siswa/i seangkatannya.

"Kali ini Al udah buktiin, kalau nilai Al yang sebelumnya bukan bohongan atau rekayasa, Al berhasil dapet Ranking 1 lagi," ujar Al masih berdiri dihadapan Bunda nya.

Wanita itu berdiri melihat hasil ujian itu, lalu mata nya berbinar.

"Wahhh keren banget nak, ini kamu beneran benar semua, satu soal pun nggak ada yang salah?" Tanya Bunda nya semangat sembari merapikan tatanan rambut putra nya itu.

Al pun mengangguk sebagai jawaban.

"Iya Nak, Bunda udah percaya sama kamu, selama ini juga bunda kan percaya sama kamu, kamu itu anak bunda yang paling pintar dan paling membanggakan," puji Bunda nya.

Al membelalak kan matanya, apa tadi? Bunda nya memuji dirinya? Setelah sekian lama akhirnya ia menerima pujian dari Bunda nya lagi, ia benar-benar bahagia sangat bahagia, biasanya ia hanya dibanggakan jika ada orang luar saja, dan ini? Tidak ada siapa-siapa kecuali mereka.

Dulu waktu Riana datang, Bunda nya terlihat akrab dengan nya, namun setelah Riana pulang semua akan kembali seperti semula, kembali seperti orang asing yang berbicara jika ada perlu saja.

Senyum nya mengembang saat melihat perlakuan hangat Bunda nya.

Namun....itu tak berselang lama kala bunda nya kembali membuka suara.

"Kamu yang terbaik Arkan, Bunda sama Ayah bangga sama kamu," ujar Bunda nya dengan senyum hangat nya.

Al terdiam seribu bahasa, hatinya mencelos mendengar ucapan Bunda tersayang nya itu, kertas yang ia pegang dengan erat terjatuh begitu saja hingga menyentuh lantai marmer rumahnya.

Padahal tadi dia sudah di level kebahagiaan tertinggi di kehidupan nya selama 10 tahun terakhir, tapi dengan mudahnya semua itu hancur dalam hitungan detik.

"Bun? Ini Al Bun, bukan bang Arkan," ujar Al mencoba menyadarkan Bunda nya itu, tangan nya perlahan naik memegang tangan Bunda nya yang asik merapikan rambut nya.

"Al? Kok Al? Arkan mana?" Ujar Bunda nya tiba-tiba lalu langsung menepis tangan milik Al.

"Arkan! Kamu dimana Nak? Bunda disini! Bunda nyariin kamu Nak! Bunda kangen kamu!" Pekik Bunda nya langsung terduduk di lantai.

Al masih mematung di tempat ia berdiri, air matanya mengalir membasahi pipinya, lagi-lagi Bunda nya menangis mencari keberadaan Arkan, tanpa mempedulikan dirinya.

Ia melihat Bunda nya yang menangis tersedu-sedu yang bersimpuh di hadapan nya, ia menyugar rambutnya kebelakang, lalu menggigit bibirnya agar isakan tak lolos dari bibirnya.

Ia melepas dasi yang mencekik nya sedari tadi lalu membuang nya asal.

Ia kembali berbalik melangkah cepat mendekati Bunda nya.

Ia mencengkram erat pundak Bunda nya.

"Ini Al Bunda! Ini Al, bukan Arkan, sekali aja Bunda nggak nyariin Arkan  bisa nggak sih? Sekali aja hargai Al, sekali aja! Disini Aku juga hidup sebagai anak Bunda, kenapa bunda cuman nyariin Arkan?

Disini cuman ada Al Bun! Cuman ada anak Bunda yang udah mati-matian ngemis maaf dari kalian, disini cuman ada Al yang udah berusaha sekuat mungkin supaya kalian maafin Al.

Al tau kesalahan Al terlalu besar, tapi sesulit itu kah memaafkan anak kalian sendiri?

Setiap hari Al hidup dalam kesengsaraan, kalian pernah mikirin Al nggak sih? Al capek Bun, Al capek, Al nggak kuat lagi, apa lagi yang harus Aku lakuin biar kalian bisa maafin aku? Bilang sama Al, sebisa mungkin Al bakalan penuhin, kalau kalian minta nyawa Al, kalau bisa Al juga bakalan kasih, coba kasih tau apa yang harus Al lakuin supaya kalian maafin Al—

—kasih tau Al Bun, kasih tau Al," lirih Al ia terjatuh bersujud di hadapan Bundanya, ia menangis sekuat-kuat nya.

Tangis yang ia sembunyikan selama 10 tahun ini akhirnya meledak, kali ini ia sudah tidak tahan lagi, terlalu sakit, perjuangan nya ternyata sia-sia tak tau apa lagi yang diinginkan orang tua nya.

Ia sudah mencapai titik terendah nya.

Ia memukul-mukul kepalanya sendiri, lalu tak lama kerah baju nya ditarik dari arah belakang.

BUGH!

Kepalan ayah nya dengan sempurna mendarat di rahang nya, kali ini pukulan itu jauh lebih kuat dari biasanya, sampai ia jauh terjatuh dari tempat nya.

Al menggeleng kan kepalanya menghilangkan rasa pening akibat hantaman keras itu.

"Dasar anak brengsek!" Maki ayah nya.

"Berani-beraninya kau berbicara seperti itu pada istri ku! Apakah kau tidak memakai otak mu? Apa kau tidak melihat seberapa sengsara nya istri ku? Dan semua itu karena kau! Karena kau bajingan!" Amuk Ayah nya.

Al memandang wajah tampan ayahnya, laki-laki yang sering menorehkan luka untuk nya.

"Ayah mau pukul Al lagi? Pukul yah pukul, Al siap, Al nggak bakalan ngehindar, pukul sampai Ayah puas, bunuh aja anak brengsek nggak tau diri ini, Al memang nggak pantes ada di kehidupan kalian, jadi tolong bunuh saja anak pembawa sial ini," lirih Al dengan air mata yang masih mengalir.

"Dasar anak sialan!" Umpat ayahnya.

Ayah nya meraih tubuh Al lagi, Ia memukul Al membabi buta tanpa ampun, pekikan kesakitan memenuhi ruangan itu.

Sedangkan Bunda nya hanya menatap lurus ke arah pintu masuk, seakan tak peduli apa yang terjadi.

"Kau hanya anak yang menyusahkan! Andai kakakmu masih hidup, mungkin istri ku tidak akan menderita seperti ini, dan ini semua karena kau bajingan!" Sarkas Ayahnya dan memberi tendangan terakhir.

Al terbatuk kuat, urat di lehernya menonjol sangking sakit nya yang ia rasakan.

Selama ini ia tidak pernah melawan, dan sampai kapan pun, semua ini memang pantas di terima oleh dirinya.

Kalau kalian pikir semua nya telah usai, kalian salah, kembali lagi kerah nya ditarik sang Ayah, di seret seperti binatang menuju kamar mandi tamu.

Tempat yang sangat enggan dimasuki Al. Karena di dalam sana lah ia sering merasakan sakit yang benar-benar tak tertahankan.

Tubuh Al melemas, tak peduli nanti ia akan diapakan, yang ia harap semoga ini yang terakhir kalinya, semoga.







Tbc.

Hari ini author up nya cepet pakek banget, karena biasanya author up itu jam 2 sore

Ouh iya, author cuman mau bilang kali ini nggak bisa double up, soal nya tabungan draft author udah habis, dan author lagi nggak mood buat nulis, karena author lagi badmood parah, tapi kalau besok author usahain up.

Thank you sayang² ku♡♡♡♡♡♡
 

Si Culun Glow Up [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang