1 ALINGGA

36.6K 2K 181
                                    

Sebelum baca, kalian tahu cerita ini dari mana? Tiktok? Temen? Atau cuma ngasal?










"BU AMEL.. AYO DONG BANGTAI KAMI.."

"Ayo dong bu.."

"KALO ELO PUNYA NYALI."

"Gak punya nyali yeee.."

"TONGKRONGAN KAMI, BUKAN TONGKRONGAN PECUNDANG.."

"Pecundang.. pecundang."

"KAMI SIAP MEMBUKTIKAN."

"Membuktikan.."

"Coba kasih tugas lagi!"

Kelas XI IPS seketika ramai dengan suara nyanyian heboh itu. Abun sebagai vokalis memegang buku yang di gulung dengan fungsi pengeras suara, Alingga duduk bersila di atas meja guru dan memukul-mukulnya dengan ganas sebagai drum, Abi memegang sapu, sementara Gean dan Dewa menjadi penari latar dengan gerakan seperti ular.

Satu kelas ikut bernyanyi hanya karena kelima laki-laki itu, terdengar tawa saling bersahutan, ada yang diam-diam merekam sebagai kenangan dan ada juga yang refleks ikut menari karena terbawa kehebohan.

Suasana seperti ini sudah biasa bagi setiap kelas, pasti tentu saja di tiap kelas ada murid yang pintar, ambisi, rajin, dan tentunya pasti selalu ada tukang rusuh seperti geng Lingga saat ini.

"Caduk sia! Nanti di kasih tugas MTK, malah mabok," kata Dewa menyahut sambil tertawa ngakak.

Alingga mengacungkan jari tengahnya sebentar, lalu kembali memukul-mukul meja menyesuaikan dengan suara Abun.

"Ayo gengs karaokean kita! Bu Amel gak masuk, kata osis ada rapat siang ini!" Teriak Alingga penuh semangat.

Makin hebohlah kelas mendengar kabar bahagia dari mulut Alingga, musik dari meja yang Alingga ketuk semakin nyaring, tarian dari Gean dan Dewa sudah seperti macan kesurupan.

Seperti organ tunggal yang tiba-tiba di masukkan ke dalam kelas, seperti itulah keadaan berisiknya kelas mereka sekarang. Sampai akhirnya kebisingan itu di paksa berhenti ketika pintu kelas terbuka dan sosok guru yang tadi Lingga bilang tidak masuk, kini sudah berdiri membawa beberapa buku tebal di tangannya.

"Loh, kok Bu Amel ada disini sih? Pulang dong Bu, aelah Ibu mulu deh perasaan yang di lihat."

Bu Amel melotot mendengar sambutan dari murid paling menonjol di kelasnya itu, siapa lagi gerangan kalau bukan ananda Alingga yang terhormat.

"Lingga! Turun dari meja Ibu," teriak bu Amel marah.

Alingga berdecih, Abi, Gean dan Dewa sudah ngacir lari ke belakang, tinggal dia dan Abun yang masih menetap di atas meja guru dengan tatapan tidak suka akan keberadaan wali kelasnya itu.

"Ibu kapan hamil lagi sih? Biar Ibu cuti gitu, atau mau saya hamilin aja ya, Bu?" Tanya Alingga sambil turun dari meja, dia menyengir pada Bu Amel.

"Lingga!"

"Ck, Ibu sensetif sekali kayak pantat bayi."

"Lingga, balik ke tempat kamu!"

Teriakan bu Amel yang makin marah membuat Alingga akhirnya mengalah, dia mengajak Abun untuk segera pergi sebelum tanduk wali kelasnya itu makin tajam.

"Lo curiga nggak sih kalau bu Amel itu sebenarnya tentara jepang yang menyamar?" Bisik Alingga pada Abun.

"Hah, gimana?"

"Iya, abisnya galak banget. Tentara jepangkan galak."

"LINGGA! IBU DENGAR YA," Teriak bu Amel memberi peringatan, Alingga membalikkan badannya dan menyengir lagi.

ALINGGA (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang