39 ALINGGA

11.1K 1K 92
                                    

"Kartu debit lo di blokir."

Alingga membuka matanya ketika mendengar suara rengekan itu, kepalanya masih sedikit pusing dan ia mengerjab beberapa kali hingga akhirnya sadar kalau di luar sudah menjelang malam.

Lengan kirinya robek hingga membutuhkan tiga jahitan, sebenarnya hanya itu saja lukanya setelah jatuh dari motor. Namun karena laki-laki itu terlalu kelelahan, kurang tidur dan tekanan darahnya rendah. Jadilah dia harus di rawat di rumah sakit.

"Dua-duanya?" Tanya laki-laki itu, tangannya bergerak mengusap rambutnya dan ia melirik infus di tangan kirinya.

Lyana mengangguk pelan sambil menutup pintu ruang inap Alingga. "Iya, dua-duanya. Gak ada yang bisa di pakai."

Alingga tersenyum tipis. "Udah nggak di anggap anak ternyata, ck! Instan juga gue di buangnya," gerutunya pelan, ia menatap Lyana yang sudah berdiri di samping tempat tidurnya. "Terus lo bayar rumah sakit pakai apa?"

"Uang tabungan gue, tadi gue nelfon Orion dulu, minta ambilin dompet di rumah."

"Maaf jadi ngerepotin, nanti gue ganti uang lo," balas Alingga.

"Ih nggak usah, kayak ke siapa aja."

Alis Alingga menyatu, ia terkekeh pelan. "Emang lo siapa?" Tanyanya.

Mendengar itu, Lyana tersenyum sombong, mengibas rambutnya di depan laki-laki itu. "Gue?" Perempuan itu menunjuk dirinya sendiri dan tertawa pelan. "Gue adalah cewek cantik luar biasa, yang bisa bikin lo cemburu kalau gue pergi ke rumah temannya. Iya kan? Ngaku kan tadi lo bilang gitu."

"Widiiiih jadi nyesal guenya."

Mata Lyana menyipit. "Nyesal apa nyesaaaal?"

"Gue tarik bisa nggak ucapan gue tadi?"

"Aelah nggak usah jaim deh Ga, skor kita sekarang sama. Lo satu gue satu," Lyana lalu berjalan kearah sofa, senyumannya benar-benar memperlihatkan kalau dia sedang bangga karena bisa membuat Alingga cemburu.

Kalau Jennie disini, Lyana akan bilang pada kucing itu untuk hati-hati, karena sebentar lagi posisinya sebagai ratu akan segera tergeser olehnya.

Alingga cemburu itu artinya laki-laki itu mulai menaruh rasa suka, dan Lyana yakin Alingga tidak akan tega lagi membuatnya makan makanan yang lebih murah dari pada makanan Jennie.

Rasakan itu kucing bencong! Batin Lyana berteriak sombong.

"Baru aja gue bilang cemburu, lo udah besar kepala," ketus Alingga, tapi ia tersenyum melihat ekspresi tidak perduli dari perempuan itu. "Gue cuma bilang cemburu, bukan suka!"

"Cemburu adalah jembatan menuju suka, tunggu aja deh. Nanti lo terjatuh-jatuh ngemis cinta gue, Ga."

"Idih pd amat lo anak monyet."

"Bodooooo!"

Alingga terkekeh dan ia turun dari tempat tidurnya, berjalan membawa tiang penyangga infus kearah Lyana. Gerakannya begitu cepat dan bersemangat.

"Eh? Gila- lo lagi sakit!" Lyana langsung berdiri untuk menahan laki-laki itu. Namun terlambat, Alingga sudah duduk di tempatnya dan menarik pinggang perempuan itu hingga jatuh ke pangkuannya.

Lyana melotot galak. "Linggaaa!!" Kesalnya, ia berusaha berdiri, tapi walaupun Alingga sakit tenaganya masih tidak sebanding dengan Lyana. Perempuan itu akhirnya diam dengan wajah kesal.

"Orang sakit macam apa yang modusnya masih lancar," gumamnya sebal.

Alingga tersenyum lebar, senyuman yang tidak bisa Lyana lihat karena menghadap ke depan. "Kan guenya butuh obat," bisiknya dengan suara serak.

ALINGGA (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang