7 ALINGGA

17.1K 1.4K 67
                                    

Abun sebenarnya sedikit takut dengan kefanatikan seorang Dewa pada warna merah muda, semua yang laki-laki itu miliki berwarna pink bahkan Ibunya Dewa sampai memesan dalaman warna pink pada toko baju langganan mereka.

Dewa bukan tipe laki-laki tulang lunak yang sukanya teriak-teriak, dia sangat tulen dan setiap minggu mengikuti les karate dari semenjak SD bahkan pukulan tangannya menurut Abun mampu mematahkan bangku sekolah.

Tapi ya begitulah..

Kecintaan Dewa pada warna merah muda membuat pandangan orang pada Dewa jadi aneh, mereka selalu mengira Dewa adalah laki-laki setengah perempuam dan selalu di bicarakan kalau nanti Dewa pasti akan mengikuti jejak Lucinta Luna.

Abun mendongak setelah beberapa detik menatap kotak bekal warna pink milik Dewa. "Lo yakin ayam ini aman di makan?" Tanya Abun sedikit ngeri, pasalnya ayam itu berwarna pink dengan pinggiran agak hitam karena di goreng.

"Aman cok! Gue udah habis lima potong di rumah tadi," balas Dewa dengan santai.

"Warna pink Wa, gue baru nemu ayam di masak gini."

Dewa tertekekeh, ia mengambil sepotong ayam di kotak makannya lalu ia arahkan ke mulut Abun. "Aaaaaa! Ayo pesawat mau mendarat, buka mulutnya adek Abun.." kata Dewa dengan jahil.

Abun membuka mulutnya dengan pasrah.

"Ini tuh namanya ayam black pink kata Momy, dia tadinya mau masak ayam bumbu kunyit, tapi karena nggak ada kunyit dan adanya pewarna makanan warna pink, jadilah kreasi hebat Momy gue tercipta, cheff Juna pasti nyembah sama Momy gue," jelas Dewa dengan gaya sombongnya.

Sebenarnya rasa ayam itu tidak terlalu aneh, sama seperti ayam goreng pada umumnya. Hanya yang membedakan di warna merah muda yang sangat amat mencolok itu.

"Ini adalah ayam black pink pertama dan terkhir yang gue coba, gue nggak mau lagi," desis Abun.

"Lo belum pernah nyoba bakwan pink buatan Momy gue sih, enak anjir."

"Makin ngaco aja."

"SELAMAT MORNING PARA ANAK SETAN!"

Teriakan itu berasal dari pintu kelas, Abi datang dengan wajah ceria. Tangan kanannya menenteng satu plastik hitam besar, kemudian ia meletakkan tas di tempatnya lalu kembali ke depan dengan plastik hitam yang tadi laki-laki itu bawa.

"Gue bawa jualan nih, yang beli masuk surga, yang nggak beli gue doakan masuk neraka level paling bawah!" Kata Abi sambil membuka plastik itu.

Seisi kelas memperhatikan kegiatan Abi dengan malas, Abun dan Dewa saling menyenggol bahu dengan lirikan sinis, sementara Gean sudah seperti lupa ingatan karena sibuk membucin di bangku belakang dengan pacarnya.

"Gue jual sabun muka merk Rinso, harganya murah untuk ukuran kecil seribuan, untuk yang besar ini lima ribu doang," ujar Abi sambil mengeluarkan satu persatu jualannya. "Kelebihan sabun muka ini, selain bisa meng-glowingkan dengan di pakai di wajah juga bisa di pakai untuk cuci baju. Hebat kan?"

Beberapa siswa hanya mengangguk, ada pula yang suka rela memberi tepuk tangan untuk Abi.

"Bi, kok sabunnya pahit? Lo kata itu rasa jambu, bohong lo njir. Jualan nggak jujur," celetuk Dewa dari sebelah kanan.

Abi langsung menoleh dengan tatapan tajam. "Heh! sperma Mimi peri, kapan gue bilang ini rasa jambu? Mana ada tolol sabun rasa jambu, lo nggak beli tapi menfitnah. Dosa Big lo!" Ketus Abi langsung mengundang tawa.

"Baru atau bekas tuh sabun?" Teriak Alingga baru saja datang, di belakangnya ada Cia yang membawakan tas laki-laki itu.

"Oh tenang, jangan ragu jangan bimbang saudara! Jika di temukan jembut dalam kemasan, uang kembali!" Balas Abi sangat tidak ramah. "Bego! Mana ada gue jualan sabun bekas!"

ALINGGA (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang