To: Abun
Gue minta maaf udah bohongin lo, bohongin kalian semua. Gue nggak mau berantem sama lo.Lalu pesan itu di hapus lagi.
Alingga memejamkan matanya dan menarik napas berkali-kali, ia kesulitan untuk jujur, ia tidak bisa menjelaskan apapun.
Tangan laki-laki itu terasa dingin dan ia gemetaran, bayangan ketika ia masih kecil muncul, bagaimana Alingga dengan sombongnya selalu bercerita pada temannya bahwa ia di cium sebelum berangkat sekolah, bagaimana teman-temannya selalu memuji Alingga karena membawa bekal makanan yang berbeda setiap hari, bagaimana ia bisa membuat semua temannya iri karena selalu di antar Papa, Alingga punya puluhan mainan bagus, Alingga anak yang selalu mendapat hadiah setelah pengumuman rangking, Alingga membuat semua teman-temannya iri.
Lalu kemudian semua berubah hanya dalam satu malam.
Alingga di tinggalkan, ia di abaikan. Semua teman-teman memusuhinya, mengejeknya setiap hari, melempari Alingga dengan batu-batu kecil. Mereka bilang Alingga tukang bohong, mereka bilang Papa dan Mama tidak menginginkannya makanya mereka memilih bercerai.
Ya Tuhan..
Kenapa Alingga harus mengingatnya lagi, dia pikir kenangan itu sudah ia kubur sekian lama. Kenapa masih muncul juga?
Laki-laki menarik napas panjang, ia membuka matanya lalu berusaha menenangkan diri.
"Sialan!" Desisnya pelan.
Benda pipih itu Alingga letakkan di meja makan lalu dia berdiri dan berjalan kearah kulkas, mengambil sebotol air mineral lalu menenggaknya hingga sisa setengah.
"Itu nak Lingga lagi di dapur."
"Oh iya, makasih pak."
"Sama-sama."
Alingga membalikkan badannya dan menemukan Lyana berdiri dari jarak sepuluh kaki, di belakangnya ada pak Beni tukang kebun kakek yang sudah melangkah kembali keluar.
Laki-laki itu mengernyit, memperhatikan badan Lyana dari atas hingga ke bawah. Gadis itu masih memakai seragam sekolah padahal sekarang sudah jam 8 malam. "Ngapain lo?" Tanya Alingga dengan ketus.
Lyana terdiam, ia langsung menunduk memperhatikan ujung sepatunya. Tiba-tiba secuil keberanian yang sedari tadi berusaha ia kumpulkan hilang seketika hanya karena mendengar suara Alingga.
"Tau dari mana lo rumah kakek?" Tanya Alingga sekali lagi.
Lyana masih membeku.
"Lo ngikutin gue dari tadi?"
Dan kali ini kepala Lyana bergerak, gadis itu mengangguk pelan. "Gue mau minta maaf," cicitnya.
"Kan gue udah bilang gue maafin lo sejak di kelas tadi- astaga!" Ujar Alingga dengan geram, laki-laki itu maju satu langkah. "Terus konsernya gimana?"
"Tiketnya udah gue buang."
"Anjing! Itu Ciara ngasihnya tulus- ah bego lo!" Alingga membentak Lyana cukup keras, matanya bahkan seperti akan keluar hingga membuat Lyana takut.
"Maaf."
"Dih sialan! Bego!"
"Maaf Lingga, gue cuma benaran mau minta maaf."
"Lo mau minta maaf atau cari perhatian? Udah jelas-jelas gue bilang gue maafin lo! Masih aja lo ngerengek kayak gini, lo pikir lo imut? Ngaca! Muka lo kayak tai! Lo-"
"APASIH SUSAHNYA MAAFIN? GUE TAU LO MASIH MARAH, TAPI KAN LO NGGAK BERHAK NYALAHIN GUE TERUS! GUE NGGAK TAU KALAU BAKALAN KAYAK GINI!"
"GUE UDAH SUSAH BUAT BROWNIES SAMPAI TANGAN GUE KENA PANAS! GUE RELA NUNGGUIN LO DI LAPANGAN! GUE BAHKAN NGIKUTIN SAMPAI SINI, TAPI LO MASIH MARAH AJA! GUE NGERASA BERSALAH TAU NGGAK!?" Lyana memekik nyaring kemudian terisak, ia benar-benar hanya ingin di maafkan oleh Alingga, ia tidak ingin terus menerus merasa bersalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALINGGA (Completed)
RandomWalaupun jahil semua orang menyukai Alingga. Kecuali Lyana. Alingga akan bersikap baik pada semua orang. Kecuali pada Lyana Start : 20 maret 2022 Finish: 3 januari 2023