36 ALINGGA

11.6K 993 88
                                    

Sekitar jam sembilan lewat, Lyana baru membuka matanya setelah tadi jam empat tidur lagi sehabis sholat subuh. Bukan karena anak sholehah dia rajin sholat subuh tepat waktu, tapi karena bi Meli membangunkan dia dan Alingga untuk sholat juga. Katanya bi Meli takut sholat sendirian setelah kejadian mendengar suara aneh dari dapur.

Awalnya perempuan itu ingin bangun dan pergi ke kamar mandi, namun kemudian tertunda begitu merasakan hembusan napas hangat Alingga menerpa lehernya, kepala laki-laki itu berada di atas dadanya dan ia terlihat sangat pulas apalagi dengan suara dengkuran halusnya.

Lyana menghela napas pelan, tidak jadi pergi ke kamar mandi.

Tangannya kemudian bergerak mengusap rambut Alingga yang menusuk-nusuk dagunya, menciumnya cukup lama kemudian terkekeh. "Pasta gigi kodomo, shampo kodomo, pakai minyak telon tiap hari. Ah lama-lama lo mirip bayi tau nggak," bisiknya gemas.

Entahlah, Lyana tidak mengerti kenapa manusia tukang cari masalah ini begitu kekanak-kanakan. Dia tidak bisa menyisir rambut sendiri, tidak bisa memakai dasi bahkan tiap hari harus minum susu rasa strawberry.

Tapi sialnya bukannya risih, Lyana malah merasa gemas. Alingga itu seperti bayi nakal di mata Lyana, suka mengajak bertengkar tapi ujung-ujungnya tetap menempelinya kemanapun. Point plusnya dia tukang modus.

Lihat saja sekarang, dia tidur dengan pulas di atas dadanya dan bisa-bisanya tangan laki-laki itu menelusup masuk ke dalam kaosnya. Bahkan saat tidur saja kesempatan untuk memodusi Lyana tidak dia sia-siakan.

"Lyana," Alingga bergerak menjauhkan kepalanya dari Lyana, matanya menyipit sebentar lalu mulutnya menguap lebar.

Lyana menghela napas lega, akhirnya bisa bebas juga dari bayi modus dan cabul di sampingnya itu.

"Emang bi Meli dengar suara apa di dapur, kok sampai jadi penakut gitu?" Tanya laki-laki itu pelan, matanya beberapa kali berkedip. Alingga masih berusaha mengumpulkan nyawa.

"Dengar yang waktu itu," balas Lyana malu-malu.

"Apa?"

"Itu loh, Ga."

"Itu apa?"

"Yang kita di dapur! Ih bego!" Geram Lyana.

"Oh.." Alingga mengangguk-anggukan kepalanya. "Yang lo perkosa gue, kan?" Tanyanya dengan santai.

Lyana melotot galak. "Sembarangan! Lo tuh kali yang perkosa gue, enak aja!"

"Lebih tepatnya saling perkosa kayaknya deh, Na?  Kan kita sama-sama ah ah..."

Mata Lyana semakin melotot, ia mencubit kuat bahu laki-laki itu. "Lingga mulut lo tuh bisa diam nggak? Cabul banget."

"Halah Na, cabul gini pernah bikin lo mandi wajib subuh-subuh tuh."

"Linggaaa! Diam!"

Laki-laki itu menyengir lebar, lalu bergerak sedikit turun dan menelusupkan kepalanya di antara ketiak Lyana. "Iya, iya. Gue diam nih."

Lyana mendesah kesal, berusaha mendorong kepala Alingga yang sedang mengendus ketiaknya. "Lingga lo ngapain sih? Ada aja kelakuan minus lo."

"Bentar-bentar, gue sedang menghirup aroma kejahatan di ketek lo."

"Ih jorok banget sih lo! Minggir Lingga!"

Lalu Alingga akhirnya menjauh, laki-laki itu tidur terlantang sambil menatap langit-langit kamarnya.

Alingga sadar bentakannya salah, dia bisa merasakan wajah terkejut Lyana kemarin. Namun sampai detik ini dia belum juga meminta maaf, tetap memilih diam seolah tidak terjadi apa-apa.

ALINGGA (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang