35 ALINGGA

11.5K 1K 56
                                    

Sepanjang pelajaran tadi, Lyana benar-benar merasa penasaran dengan pengakuan Gean. Dia jadi tidak sabar untuk segera pulang, pulang ke rumahnya sendiri dan membuka lemari birunya untuk melihat semua coklat pemberian Abun selama ini.

Lyana jadi bertanya-tanya, kalau memang Alingga menyukainya. Kenapa laki-laki itu selalu mengganggunya?

Bukankah seseorang yang mempunyai rasa suka akan begitu perhatian dan menjaganya? Bukan selalu usil dan membuat Lyana menangis.

Perlakuan Alingga sangat berbanding terbalik dengan sikap seseorang yang menyukai lawan jenis, dia tidak perhatian apalagi romantis. Kelakuannya setiap hari hanya mengerjai Lyana, mengejek sampai perempuan itu emosi.

Sebenarnya Alingga menyukainya atau tidak sih?

Tiba-tiba bel istirahat berbunyi, Lyana menutup bukunya dengan cepat. Ia menatap ke depan tepat saat Alingga berjalan kearahnya.

"Apa?" Tanya Lyana begitu melihat cengiran laki-laki itu.

"Punggung gue gatal tapi tangan gue nggak sampai, garukin tolong," ujar Alingga sambil bergerak memunggungi Lyana.

Perempuan itu mengangguk, menarik keatas seragam Alingga lalu menggaruk punggung laki-laki itu dengan kuku pendeknya.

Kemudian Lyana menelan ludah sesaat, menatap bekas goresan di punggung Alingga selama dua detik. Tiba-tiba pipinya memerah, bayangan saat ia memeluk Alingga di sofa dan mencengkram kuat punggungnya membuat Lyana merasa malu.

Apa yang laki-laki itu pikirkan tentang dirinya setelah malam itu? Apa Alingga risih mendengar suaranya, atau apa Alingga terkejut dengan sikapnya yang Lyana rasa terlalu agresif.

Ah, jangan sampai Alingga ilfeel. Lyana kan juga bersikap seperti itu karena pengaruh Alingga.

"Udah oi!" Sentilan Alingga di tangannya menyadarkan Lyana.

Perempuan itu langsung membungkuk, pura-pura memperbaiki tali sepatunya.

"Mau ke kantin?" Tanya Alingga sambil berjongkok, membuat Lyana terkejut tiba-tiba melihat wajahnya.

"Ih ngagetin!"

"Gue cuma tanya, lo mau ke kantin atau gue beliin terus bawa kesini?"

Lyana mendongak, mencoba menghilangkan kegugupannya. "Gue mau makan apa ya?" Balasnya bertanya.

Mendengar itu Alingga terkekeh, ia menarik satu kursi lalu duduk di depan Lyana. "Kenapa tanya gue, kan lo yang mau makan."

"Itu dia, gue dilema. Antara mau soto atau siomay aja?"

"Kalau dua-duannya gimana?"

"Ih nggak, nanti kekenyangan."

"Yaudah gue kasih waktu 5 menit, mau makan yang mana lo," ujar Alingga, jari telunjuknya dengan gemas menekan-nekan pipi Lyana. Namun perempuan itu tidak menolak dan tetap berpikir ingin makan apa antara soto atau siomay.

Sambil melihat Lyana yang masih serius memilih, Alingga diam-diam mengupil lalu kembali menakan pipi perempuan itu dengan jarinya, ia menahan diri untuk tidak tertawa. Hal itu dilakukan berkali-laki tanpa Lyana sadari.

"Gue ikut aja deh ke kantin, biar pilih disana," ujar Lyana akhirnya memutuskan.

Alingga mengangguk dan langsung berdiri, ia menyingkirkan kursinya. "Eh cium deh jari gue, bau apa?" Ujarnya sambil memajukan jari tengah dan telunjuknya ke depan hidung Lyana.

Perempuan itu menurut, mencium kedua jari itu dengan penasaran. Lalu tiba-tiba saja dengan jahil Alingga malah mendorong jarinya ke hidung Lyana hingga perempuan itu berteriak kesal. "ALINGGAAA!"

ALINGGA (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang