46 ALINGGA

13.7K 1K 153
                                    

"Lingga, Lingga!" Ujar Dewa dengan napas memburu, ia mensejajarkan langkahnya dengan Alingga.

Laki-laki dengan jas biru tua itu terdiam sejenak, menatap sahabatnya itu dengan datar.

"Lo sengaja ya biarin Lyana sama Abun couple-an gitu?" Tanya Dewa, kesal.

Alingga mendengus, kembali melangkah cepat ke belakang panggung. Dewa mengejarnya lagi.

Dengan sekali lirikan, Alingga bisa melihat senyum bahagia Lyana ketika ia di panggil ke atas panggung dan dinobatkan sebagai kostum serasi bersama Abun, bahkan mereka juga sempat berdansa. Dress renda berwarna putih yang Lyana pakai malam ini memang terlihat serasi dengan jas putih milik Abun, keduanya mencolok dan seolah bersinar.

Tidak bisa Alingga pungkiri bahwa dia cemburu, tentu saja. Memang suami macam apa yang tidak cemburu ketika istrinya malah di pasangkan dengan laki-laki lain. Walaupun Alingga sendiri tidak bisa sepenuhnya menyalahkan Lyana, ia sendiri yang menolak memakai warna senada dengan perempuan itu karena berpikir warna biru tua akan terlihat jauh lebih bagus jika bersama putih.

Faktanya manusia memang tidak mau melihat keindahan dari sebuah perbedaan, hal apapun yang memiliki kesamaan menurut mereka akan cocok, begitupun hanya perkara warna.

Memiliki kesamaan artinya berjodoh, Alingga muak dengan asumsi konyol itu.

Prom night kali ini terasa begitu buruk untuk Alingga, di adakan di aula sekolah dengan suara riuh penuh tawa murid lainnya. Tapi ia sendiri bukannya menikmati acara terkhir bersama teman kelasnya itu, ia malah sibuk merengut sambil memantau Lyana dari kejauhan.

Acara prom sudah resmi di buka sejak satu jam lalu, semuanya sedang tertawa ketika mendengar para siswa yang menyanyi di atas panggung.

Baiklah, perlu Alingga beritahu jika saat ini ia bukanlah bagian dari keriuhan yang menyenangkan itu. Ia hanya banyak diam dengan tatapan datar, menerima kenyataan bahwa besok ia akan pergi, tidak akan mengabari Lyana lewat pesan atau hal apapun selayaknya pasangan suami istri. Ia tidak akan tahu apa yang perempuan itu lakuan tanpa dirinya.

"Putih nggak cocok sama putih. Tabrakan, keliatan jelek, lebih bagus sama warna dongker saling menonjolkan keindahan," komentar Alingga dengan marah.

Dewa mengangkat kedua bahunya. "Bukan salah warnanya, tapi salah lo kenapa ngebiarin Lyana naik ke panggung. Coba lo tahan dia tadi, pasti pemenang kostum itu ganti ke Athila, kan dia juga pakai dress putih."

"Picek berarti mata mcnya, dia gak lihat Athila!"

"Malah nyalahin mc."

Alingga melirik sinis Dewa, lalu menghela napas dan menatap tajam kearah Lyana yang berdiri bersama Abun di samping beberapa guru yang malam ini juga ikut memeriahkan acara prom night.

"Harusnya lo intropeksi diri Ga. Lo punya hak untuk ngelarang Lyana, tapi lo nggak ngelakuin itu dan marah ketika Lyana akhirnya sekarang sama Abun," Dewa menatap kearah pandang yang sama, melihat bagaimana Lyana menikmati prom night itu dengan senyum lebar.

"Dari awal juga karena lo terbiasa ngebiarin Lyana bebas, lo biarin Lyana jalan sama Abun sampai akhirnya Abun suka beneran sama istri lo, lo ngebebasin Lyana karena nggak mau dia nggak nyaman sama lo. Padahal justru itu, kebebasan yang lo kasih itu yang ngebuat Lyana ngerasa lo gak sayang dia."

"Gue sayang sama Lyana makanya gue biarin dia main sama siapapun," balas Alingga dengan pelan.

"Ga, Lyana bukan anak kecil. Larangan bukan lagi punya arti dikekang untuk dia," Dewa menepuk pelan bahu sahabatnya itu. "Lo mikir nggak sih, kenapa Lyana minta lo nggak usah kabarin dia sama sekali?"

ALINGGA (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang